56

60 3 0
                                    

Luciana menempelkan kartu langganan transportasi umum pada sistem sebelum kemudian memilih tempat duduk di dalam bus yang sedang dinaikinya saat ini.

Ya, Ava memberikannya kartu transportasi bulanan khusus pelajar. Beruntung, tak jauh dari bangunan Emeraude terdapat halte. Pun dari kampus menuju RPS dapat dijangkaunya dengan mudah.

Begitu bus berhenti di halte di dekat persimpangan utama, Luciana turun. Ia hanya harus menyeberangi jalan raya dan berjalan sepanjang kurang dari 1 kilometer untuk tiba di gedung RPS.

"Aku ingin bertemu Josh." Luciana menghadap FO di bagian lobby.

"Sedang ada briefing sejak tiga jam lalu dan kurasa agenda itu belum selesai. Richard, Josh, dan yang lain belum tampak batang hidungnya."

Jawaban karyawan FO itu cukup mengecewakan. Entah sudah berapa pesan yang ia kirimkan pada Josh tapi pria Klan Anderson itu tak kunjung merespon.

Luciana memilih menunggu di sofa lobby yang berbaris-baris layaknya menanti antrean teller bank. Cukup ramai-pikirnya.

Tak lagi bisa menunggu lebih lama karena masih ada jadwal mid-term jam 1 siang, Luciana memutuskan menyusul ke lantai atas. Berdiri tegak di depan pintu bertuliskan meeting room selama beberapa detik sebelum kemudian membukanya.

Luciana merasa wajahnya kebas begitu semua kepala yang ada di dalam berputar kearahnya. Lantas ia tersenyum kaku guna mengurai rasa malu.

"Hai, Lue!" sapa Andrea senang. Beranjak dari kursi, lalu berjalan menghampiri.

"Apa aku mengganggu?" Menatap cemas Andrea yang telah berdiri di hadapannya. Pria itu tersenyum geli melihat ekspresi lucu Luciana.

Kepala bersurai gondrong dengan style cepol itu menggeleng-geleng. "Tidak. Kami hanya melakukan diskusi ringan dan sebentar lagi selesai. Ada yang bisa kubantu?"

Luciana mengangguk. "Aku ingin bertemu Josh. Bisakah?"

"Oke!" jawab Andrea yang langsung berpaling pada forum. "JOSH! Gadis cantik ini mencarimu. Sepertinya penting!"

Josh yang terlihat mengobrol dengan salah satu rekan menoleh pada Andrea dan memberikan anggukan singkat. Setelahnya pria itu berjalan menuju Luciana dan Andrea.

"Wow, Josh! Apa sebentar lagi Gabby akan mendapatkan saingan? Seorang gadis belia? Kuyakin gadis itu masih tersegel!"

"Shut up!" Josh mengacungkan telunjuknya pada salah satu rekan yang mengatainya terang-terangan. Sosok itu duduk di sudut lain dan membalas Josh dengan seringai jahil.

Tanggapan spontan Josh memicu keriuhan di dalam ruangan. Semua bersorak kompak mengejek Josh, sedangkan satu pria, tiada lain Richard, hanya terdiam tanpa ekspresi. Namun bola mata biru itu diam-diam mengawasi Luciana dan Josh.

"Ada apa Luciana?" sapa Josh bertanya. Di sisi lain, Andrea bersedekap dada.

"Aku ingin membicarakan sesuatu denganmu. Bisa kita ke cafeteria?"

"Sure."

Luciana dan Josh pergi meninggalkan ruangan detik itu juga. Begitu daun pintu tertutup kembali, Andrea menjadi bahan bully selanjutnya.

"Kau sepertinya menyukai gadis itu, And!"

Andrea hanya memberikan senyum miringnya. Tak membenarkan maupun menyangkal.

"Jika begitu, apa artinya kau dan Josh akan bersaing?"

"Aku tak masalah jika harus bersaing dengan Anderson. Bagaimanapun juga pemenangnya tentu aku." Andrea menyahuti dengan bangganya. "Josh tidak akan bisa menduakan Gabriella. Pria itu terlalu mencintainya."

Kena Kau, Gadis Kecil!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang