"Litta merajuk karena kau mengalihkan pemotretannya pada Andrea."
"Kau tahu bukan itu yang ingin kudengar!" Richard menjawab sinis. Menyesap minuman kaleng di tangannya dalam dua kali teguk. Bola mata birunya melirik pada Josh yang duduk di kursi sebelah, terpisah sebuah meja bundar kecil.
Mendengar nada tidak ramah semacam itu, Josh terkekeh geli. Kedatangannya sepertinya memang tidak diharapkan manusia satu ini. "Ayahmu yang memintaku datang, Brother! Kau tahu, bukan? Jika kita harus mematangkan poin-poin kesepakatan bersamanya sebelum agenda besarmu tiba." Menyandarkan punggung pada kursi, sementara sorot bola mata abu-abunya terjatuh pada kilau permukaan air kolam renang.
Tentu saja! RPS memang bekerja sama dengan perusahaan media milik Emery untuk mendapatkan kemudahan akses publikasi launching grand opening ruang galeri terbarunya tahun depan.
Selain perkembangan teknologi, kontribusi besar Emery sejak dulu memang memiliki andil atas reputasi RPS yang kini kian meluas dan dikenal di mana-mana. Setiap memiliki agenda besar, Emery dengan sukarela mem-backup-nya dan ia sangat bersyukur untuk itu hingga kerjasama itu bernilai selamanya.
Richard mendengus. Menyimpan kaleng minumannya di atas meja. "Apa kau juga yang memberitahu dad tentang keberadaan Luciana di Selandia Baru bersama kita, heh?" tuduhnya langsung tanpa basa-basi.
Kini Josh tertawa terpingkal. Merasa geli dengan pertanyaan itu. "Ayahmu menanyakan agendamu padaku dan aku menjawab apa adanya dengan siapa saja kita ke sana," jelasnya di tengah tawa. "Kurasa itu bukan suatu masalah besar, Rich."
"Bukan masalah, katamu? Karena kau, dad dan mom memintaku membawa Luciana kemari dan mereka berujung membicarakan pernikahan. Astaga, ANDERSON!" geram Richard tertahan. Manik birunya mengawasi tajam pria di sebelahnya.
Josh menoleh dengan satu alis melengkung tinggi. "Why not, Brother? Kau sudah cukup umur. Lagipula menikah itu sangat enak. Terlebih kau tertarik pada gadis itu, bukan?"
Sepenggal kalimat terakhir Josh berhasil menyihir Richard. Tubuhnya tiba-tiba membeku, namun jantungnya berdetak kencang. Richard mengerling pada satu ruangan di mana Alma dan Luciana tengah berada di sana. Keduanya tampak akrab walau Luciana terlihat masih segan dan canggung.
Bagaimana tidak?
Gadis itu baru saja lulus sekolah menengah dan langsung dihadapkan dengan topic obrolan berat? Mungkin selama ini Luciana menganggap matematika adalah cobaan terbesar dalam hidupnya. Namun saat ini, setelah dipertemukan denganku, aku-lah yang menjadi cobaannya.
Good conclusion, Richard!
Richard menghela napas, mengingat Alma begitu bersemangat pada gadis itu.
Pasca-makan siang, tak segan-segan Alma menarik Luciana. Menggelandang gadis itu ke sisi ruangan untuk memperlihatkan koleksi hasil karya rajutannya. Sementara dirinya menggeret paksa Josh ke beranda samping rumah untuk menginterogasi kedatangan pria itu yang terkesan tiba-tiba.
Seharusnya jika ada janji dengan ayahnya, Josh memberitahunya.
"Tanpa sadar kau merasakan perasaan itu padanya, Rich. Aku bisa melihatnya dari bagaimana caramu memperlakukannya dan bersikap padanya. Hanya saja kau masih berusaha mengingkarinya. Move on, Brother!" Josh menepuk pelan bahu Richard.
Detik itu juga, Richard tersadar dari keterdiamannya memandangi Luciana secara diam-diam. Hatinya terus bergetar saat manik birunya tak hentinya menangkap ekspresi polos gadis itu. Entah karena takut akan melenyapkan ekspresi itu di kemudian hari atau karena perkataan Josh yang benar.
Sesaat kemudian Richard memilih berpaling pada hamparan rumput hijau di depannya. Tanpa berniat menanggapi pernyataan Josh. Ia sendiri sedang bingung dengan perasaan yang tengah bergejolak di dalam dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kena Kau, Gadis Kecil!
RomanceWarning! ⚠️ Rate 21+ Keputusan Richard Allen Jackson (30) untuk berkunjung ke salah satu store kamera terbesar di Sofia hari itu menjadi kesalahan fatalnya. Kamera istimewanya yang seharusnya hanya mendapatkan service ringan mendadak hancur akibat u...