13

143 9 0
                                    

Mendadak lapar, Richard memutuskan berbelok arah menuju cafeteria setelah sebelumnya memeriksa keadaan galeri dan sekadar melihat keberadaan Luciana yang diperhatikannya sedang berbincang dengan salah satu pengunjung.

Richard mengambil dua bungkus roti isi sosis dan satu botol minuman dari lemari pendingin. Membayarnya di kasir, dan lalu memilih tempat duduk yang kosong. Tidak banyak orang di cafeteria di hari menjelang sore hari.

"Hai, Rich!"

Panggilan seseorang mengurungkan niat Richard untuk mendaratkan satu gigitan pada roti yang digenggamnya. Richard menaikkan pandangan dan mendapati seorang wanita berdiri dan lantas duduk di kursi, tepat di depannya. Hanya berbatas meja.

"Kau juga lapar, Jo?" tanya Richard dan lalu menggigit ujung sosis yang menyembul di antara tangkupan roti.

Joanna, yang tiada lain salah satu asisten galerinya, menggeleng. Meneguk setengah minuman kaleng dingin di tangannya. "Aku haus setelah menjelaskan panjang lebar tentang galeri fotografimu pada salah satu pengunjung. Dan tetap saja tidak mengerti walau mulutku sampai berbusa," adunya pada sang pemilik galeri. Menggenggam kaleng minuman di atas meja.

Richard tertawa. "Aku yakin mereka hanya mengerjaimu."

"Kau benar."

"Ngomong-ngomong, aku seperti melihat pekerja baru di galerimu, Rich. Kuperhatikan dari name tag yang mengalung di lehernya, gadis itu bernama Luciana Miller. Josh memberikannya tanda pengenal itu," sambung Joana usai menenggak habis minuman dinginnya.

Richard menganggukkan kepala sebagai jawaban iya dan memilih menghabiskan sisa roti keduanya dalam sekali suap.

"Bukankah walk-in interview baru akan dibuka besok pagi? Josh yang memberitahuku-"

"Gadis muda itu teman spesial Richard."

Josh tiba-tiba muncul dari balik punggung Joanna dan duduk di samping wanita itu yang seketika menoleh dan menatapnya kaget. Joanna mengangguk-anggukkan kepala. Ia tak ingin mengetahui itu lebih jauh. Toh galeri itu milik Richard dan pria itu bebas melakukan apapun.

Di sisi lain Richard bungkam. Tak membenarkan ataupun menyangkal pernyataan Josh. Satu tangannya bergerak mengeluarkan ponsel dari dalam saku celananya. Akan lebih baik ia tenggelam dalam dunia maya-nya. Membiarkan Josh dan Joanna asyik mengobrol hal remeh.

Kedua sudut bibir Richard berkedut. Membentuk senyum samar. Hanya karena membaca status lucu milik Emerald yang terpublish beberapa menit lalu pada halaman utama platform kencannya. Merasa gatal untuk berkomentar, jemari Richard berinisiatif menekan akun wanita itu untuk memulai obrolan.

Chat Room Richie J - Emerald:

[Richie J] 2:37 pm
Kau baik-baik saja, Eme?
Seperti sedang kesal.

[Emerald] 2:38 pm
Ya. Aku sial beberapa hari ini.
Kau tahu? Aku bertemu orang gila.

Richard tertawa tanpa sebab dan menarik perhatian kedua orang di hadapannya yang tengah bercengkerama.

Josh mencibir. "Tak perlu hiraukan orang itu, Jo. Sejak beberapa hari belakangan, lelaki ini memang sedang kekurangan vitamin kewarasan."

Tak tahan, Joanna meledakkan tawa. Menggelengkan kepala. Menutup mulutnya. Hanya agar tawanya berhenti, namun gagal. Melihat itu, Josh semakin gencar mencemooh Richard yang sialnya tak terpancing sedikit pun dan tetap fokus pada layar ponsel yang menampilkan ruang obrolannya dengan Emerald.

[Richie J] 2:40 pm
Orang gila?
Seperti apa maksudmu?

[Emerald] 2:40 pm
Orang gila yang merupakan boss di tempatku bekerja.
Sayang sekali pria itu tampan.
Kalau tidak, sudah keremukkan wajahnya!
Emoticon muka sangat marah.

Kena Kau, Gadis Kecil!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang