"Well ... Ada beberapa teori dasar yang memang harus dikuasai oleh seorang fotografer. Teori dasar yang akan membuat komposisi foto itu terlihat lebih menarik."
Dengan gesture santai, Richard mulai menyampaikan materi di depan, di sudut aula salah satu kampus yang memang diperuntukkan bagi mereka-para audiens dari kalangan mahasiswa dan non-mahasiswa-yang ingin mengetahui tentang fotografi secara umum.
Sedangkan di lain sisi panggung di mana Richard mulai berbicara, terhampar pameran fotografi yang diselenggarakan selama satu minggu penuh oleh pihak panitia kampus tersebut.
Tidak hanya Richard yang diundang sebagai narasumber di sana, melainkan beberapa fotografer terkemuka dengan genre mereka masing-masing seperti street photography, macro photography dan portrait. Richard sendiri sedang mempelajari teknik fine-art photography yang menurutnya tidak mudah.
Setelah mempelajari audiens yang rata-rata adalah seorang pemula, Richard memutuskan memberikan materi tentang teori dasar fotografi untuk menjadikan foto itu bagus dan menjual.
"Komposisi sebuah foto itu sangat penting, karena menjadi fokus utama seseorang saat pertama kali melihat hasil foto yang kita ambil."
Salah satu audien mengangkat tangan. "Apa hanya itu, Sir? Bagaimana dengan exposure, colours, white balance?"
"Good question!" Richard menanggapi. "Selain komposisi, tentu hal-hal itu juga menjadi unsur dalam sebuah foto yang harus diperhatikan agar gambar menjadi lebih indah saat dilihat."
"Waktu kita sangat sempit, Teman-teman. Jadi, untuk lebih detilnya kita akan membahas itu satu per-satu sambil berjalan dan saat kita melakukan praktik nanti."
Terlihat seluruh audiens mengangguk. Memerhatikan Richard menjelaskan materi dan sesekali tangan mereka bergerak mencatat poin-poin penting. Tak sedikit yang hanya memerhatikan wajah tampan Richard, juga mengambil gambar pria itu secara diam-diam. Siapa lagi kalau bukan kaum perempuan.
Selain menjelaskan berbagai teori dasar fotografi, Richard juga membimbing para peserta dalam membidik sebuah objek di lapangan berdasarkan teori yang sudah dipaparkannya. Setelahnya, Richard akan menilai dan mengevaluasi apa yang harus dibenahi dari segala sisi.
"Sir, apa kau sudah menikah?" tanya seorang gadis tiba-tiba saat Richard mendampinginya membidik suatu objek di pelataran kampus.
Richard mengerjap. Lantas menoleh pada sumber suara. "Kenapa?"
Si gadis hanya diam. Terlihat malu-malu dengan sudut pipi memerah saat manik biru Richard menjelajahi wajahnya.
"Aku belum menikah," jawab Richard singkat. Mengalihkan fokus kembali pada lensa kamera miliknya. "Tapi aku sudah memiliki kekasih. Gadis itu seumuranmu. Mungkin lebih muda." Melengkungkan kedua sudut bibir.
Ah, setidaknya saat ini Richard bisa menjawab seperti itu jika orang lain menanyakan perihal statusnya. Jawaban single hanya akan memberikan peluang para wanita untuk mengejar-ngejarnya dan itu membuatnya lelah. Lahir dan batin.
NYESS!
Hati si gadis sempat merekah, berbunga-bunga begitu mendengar Richard belum memiliki seorang isteri. Namun seketika redup oleh satu tetes bara api kala bibir seksi pria itu menambahkan informasi yang membuat jantungnya berdesir nyeri.
***
Richard menjejalkan berbagai barang khas Zurich yang baru saja ia beli sebagai buah tangan ke dalam satu koper tersendiri yang cukup besar. Dari mulai jam tangan bermerk ternama, parfum, sepatu, pisau lipat Swiss Army, juga pernak-pernik untuk orang-orang terdekat dan para karyawannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kena Kau, Gadis Kecil!
RomanceWarning! ⚠️ Rate 21+ Keputusan Richard Allen Jackson (30) untuk berkunjung ke salah satu store kamera terbesar di Sofia hari itu menjadi kesalahan fatalnya. Kamera istimewanya yang seharusnya hanya mendapatkan service ringan mendadak hancur akibat u...