24

86 7 0
                                    

"Kau tahu apartemen murah di sekitar sini?" tanya Richard pada seorang barista yang tengah sibuk meracik kopi pesananannya. Richard duduk di kursi tinggi sambil mengamati cara kerja barista di depannya yang begitu cekatan.

Pria barista itu terdiam sejenak, namun di dua detik berikutnya ia menggeleng. "Area sekitar Heaven Center setahuku. Ada beberapa flat murah yang memang diperuntukkan para pelajar di kota besar ini. Sisanya memang bangunan apartemen mewah." Mengangkat kedua pundaknya dan kembali berkutat dengan perkopian.

Richard mendengus. "Apartemen murah di sana terlalu kecil," keluhnya. "Lorongnya kurang pencahayaan dan terkesan horror meski di siang hari."

"Kalau begitu cari yang sedikit mahal, Dude. Tidak sulit bagimu untuk membayarnya, bukan?" kekeh si barista tanpa berpaling, namun menggelengkan kepalanya. Merasa lucu dengan pengunjung coffee shop miliknya yang satu ini.

Meski penampilan luar Richard tergolong biasa, nyatanya orang-orang bisa menilainya bahwa ia pria berkantung tebal. Padahal tidak ada aksesoris mahal yang menempel di tubuhnya.

Selepas dari Emeraude, Richard kembali pulang ke unit tempat tinggalnya hanya untuk tidur. Sore hari menjelang malam, ia berkeliling kota Sofia seorang diri. Mencari-cari apartemen murah yang bisa ditinggali Luciana dikarenakan bangunan sebelumnya telah terisi penuh.

Banyak bangunan apartemen di dekat RPS, namun sayang biaya sewanya terlalu mahal. Richard yakin gadis itu tidak akan mampu membayarnya walau bekerja selama sebulan penuh. Pun ia tak habis pikir akan merepotkan dirinya sendiri seperti ini.

Menggelikan! Richard menertawai tingkahnya yang absurd.

"Kopimu, Dude!" Si pria barista menggeser secangkir kopi hitam pada Richard. "Kuharap setelah meminum kopi ini, kau kembali sehat."

"Sialan!"

Dan si barista tergelak. Menarik perhatian banyak pasang mata pengunjung yang masih menjejali area coffee shop miliknya pada jam menjelang tengah malam.

"Untuk apa kau mencari apartemen murah?" tanya si barista. Ia hanya sedang luang dan mengajak berbincang customernya.

Richard mengangkat kecil pundaknya sebagai respon tak acuhnya sambil menyesap sedikit demi sedikit kopinya melalui bibir cangkir. Rasa pahit khas kopi pilihannya yang hangat mengaliri tenggorokannya.

"Aku cukup mengetahui tentangmu."

Richard menyimpan kembali cangkirnya, yang isinya nyaris tandas, di atas meja. Menaikkan satu alis meminta penjelasan lebih dari pria di depannya.

"Kau pemilik RPS, bukan? Wajahmu sangat familiar di media sosial. Aku mengagumi karya-karyamu yang kau tunjukkan di beberapa aplikasi pertemanan dan akun jual-beli internasional."

"Apa aku seterkenal itu?" tanyanya begitu polos.

"Peminat karyamu berani membayar mahal. Berapa keuntunganmu setiap harinya hanya dengan satu foto saja?" Si barista terlihat sangat ingin tahu.

Richard menggelengkan kepala. "Untuk apa kau tanyakan hal yang bersifat pribadi? Itu sangat tidak sopan," jawabnya tanpa emosi di mimic wajah.

"Kau bisa membeli apartemen mewah, lalu kenapa mencari yang murah?" Si barista kembali melayangkan pertanyaan yang belum mendapatkan jawaban.

Ah, pria ini! Seperti wanita saja. Senang mengurusi urusan orang lain!

"Sudahlah. Aku pergi!" Richard menggeser satu lembar uang kertas pada si barista, dan bergegas beranjak meninggalkan tempat duduknya tanpa memedulikan uang kembalian. Telinganya mendadak panas mendengar ocehan pria itu.

Kena Kau, Gadis Kecil!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang