23

118 8 0
                                    

"Deal?" Richard mengulurkan satu tangan pada Luciana yang duduk di depannya. Meja kayu persegi panjang berlapis kaca tebal memisahkan keduanya.

Luciana membalas jabat tangan Richard dengan raut lesu. "Deal," ucapnya tak bersemangat.

Ya, keduanya baru saja selesai membicarakan kesepakatan lain. Lebih tepatnya Richard melayangkan sebuah ancaman agar Luciana bersedia kembali bekerja di galeri fotografinya.

Mendengar Richard akan menghentikan pendanaan pada Emeraude dan mengalihkannya pada panti yang lain memaksa Luciana menyepakati keinginan pria itu. Sungguh, Luciana tidak bisa jika salah satu donatur akan mencabut pendanaan itu. Terlebih Richard berlaku sebagai donatur terbesar. Mencari penggantinya akan memakan waktu, sedangkan anak-anak membutuhkan banyak biaya dalam segala hal.

Sangat sadar Luciana yakin dengan pasti bahwa mulai detik ini ia tidak akan lagi bisa pergi dari sosok Richard.

Tidak akan.

"Good girl. Semua akan menjadi lebih mudah jika kau menurut seperti ini."

Luciana memutar bola matanya malas.

"Tenang saja. Kau bisa bekerja sesuai waktu senggangmu setelah jadwal perkuliahan, namun kesepakatan pertama tetap berlaku."

Nyaris napas lega lolos dari hidung Luciana saat Richard mengutarakan satu maksud yang dinilainya baik, namun mendadak napas itu terhenti karena ia tahu upahnya akan tetap terkena potongan cicilan. Sialan!

"Mengenai tempat tinggal-"

"Aku akan tinggal di sini sampai aku bisa mendapatkan uang cukup untuk menyewa satu kamar yang murah," potong Luciana cepat. Mengabaikan tatapan datar Richard yang sedari tadi tertuju padanya.

Ah, pria ini! Benar-benar membuat degup jantungku bertalu liar.

"Aku akan menawarkan satu kamar di apartemenku jika kau mau, Luciana." Richard memundurkan tubuh. Menyandarkan punggung pada sandaran sofa dengan nyaman dan membawa kedua tangan terlipat di depan dadanya.

Luciana menggeleng lemah. "Tidak perlu."

"Lalu kau akan tinggal di sini sampai kapan? Sampai lulus kuliah? Begitu?" cecar Richard. Merasa gemas dengan penolakan halus gadis di depannya. "Apa tidak malu menumpang tidur dan makan gratis di sini?" lanjutnya ringan.

Luciana mendelik tidak suka atas serangkaian rentetan pertanyaan yang membuat telinganya berdengung bak lebah berterbangan di atas kepalanya. Sungguh menyebalkan pria ini! Apa yang sebenarnya ia mau?!

"Itu artinya kau akan meminta bayaran atas tawaranmu, Tuan Allen?" Memberi tekanan di dua kata terakhir guna melampiaskan rasa jengkel yang menyesakkan dadanya.

Richard tertawa kecil tanpa suara, namun astaga ... itu membuat wajahnya semakin terlihat tampan berkali lipat. "Aku menawarkannya padamu. Aku masih cukup manusiawi untuk tidak membuatmu depresi memikirkan beban pembayaran atau kau tidak akan pernah bisa menyelesaikan kuliahmu." Kini tawa Richard terdengar.

Terdengar sentakan napas kesal dari mulut Luciana. "Akan aku pikirkan. Lagipula Bibi Ava memberiku ijin untuk tinggal."

"Baiklah. Terserah padamu. Mumpung aku berbaik hati, jangan menyia-nyiakannya sebelum aku berubah pikiran," sahut Richard bersamaan suara kunci terputar dan pintu itu terbuka lebar. Mengalihkan perhatian kedua manusia itu pada sosok gadis kecil yang berlari kencang ke arah Luciana dan Josh yang membuntutinya.

"Apa yang Richard lakukan padamu, Lue?" Stella bertanya begitu tubuhnya mendarat di pangkuan Luciana. Menelisik fisik Luciana dengan teliti layaknya seorang perawat. Ekspresi khawatirnya sungguh menggelikan.

Kena Kau, Gadis Kecil!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang