Richard abai meski ia tahu Luciana, yang berjalan terseok-seok di belakangnya, berusaha keras menarik lepas tangan yang berada dalam genggamannya. Sekeras apapun usahanya, seharusnya Luciana tahu jika kekuatannya tak sebanding dengan dirinya.
"Kau mau membawaku ke mana?"
Nada suara Luciana terdengar kesal. Namun lagi-lagi, Richard tidak memedulikannya. Ia tetap fokus menyusuri jalan setapak dengan banyak pohon-pohon besar di kanan-kiri bersama Luciana yang terseret di balik punggungnya. Suara khas lengkingan serangga dan cicitan burung-burung di pagi hari menjadi lantunan syair yang begitu merdu di telinga.
"Apa ini yang kau maksud dengan mengajakku jalan-jalan? Yang benar saja! Mana ada jalan-jalan di tengah hutan!"
"ALLEN! BICARALAH!"
Jeritan frustrasi Luciana mengundang tawa tanpa suara Richard. Sungguh menyenangkan membuat gadis itu tersiksa akibat perbuatannya-pikirnya.
Richard melepas genggaman tangannya dari Luciana saat ia sampai di batas padang rumput kecil. Bak permadani yang membentang, daun-daun berwarna merah juga oranye memenuhi area itu dan sebagian beterbangan ketika angin mendesau.
Usai meletakkan tas punggung serta perlengkapan memotret di atas rerumputan yang tertutupi daun-daun, Richard segera berpaling dan menemukan air muka masam Luciana yang ditujukan padanya.
"Duduklah! Aku akan siapkan sarapan kita di sini. Sebentar!"
Richard menggelengkan kepala heran. Meski tengah kesal, nyatanya gadis itu menurut juga.
Luciana duduk bersila di atas daun-daun sambil mengamati suasana sekitar yang cukup menenangkan. Sementara Richard membuka tas berisi bekal sarapan. Mengangsurkan satu kotak menu pada Luciana yang kemudian tertegun.
"Lasagne. Bukankah kau menyukai pasta, Anna?"
Anna. Kenapa nama itu menjadi sangat seksi di telinga saat diucapkan? Atau memang suara Richard yang sejak dulu begitu, namun seorang Luciana tidak pernah memerhatikan sedetil itu? Ah, rona merah itu merambat di pipi dan Luciana kebingungan menyembunyikannya.
"Makanlah!" Richard duduk di sisi Luciana. Membawa kotak lasagne untuk dirinya sendiri.
Sebelum benar-benar menyantap sarapannya, Richard menyempatkan merunduk. Mendekatkan mulutnya pada telinga Luciana. "Jangan terlalu sering memperlihatkan wajah meronamu, Anna, atau aku akan melakukan hal lebih dari sekadar ciuman padamu di tempat ini!"
Dengan cepat Richard menarik diri. Segera menikmati sekotak lasagne di tangannya. Mengabaikan pelototan ngeri Luciana yang terhunus padanya.
Luciana dengan mata melototnya benar-benar perpaduan yang sempurna. Mendorong tekad Richard untuk segera memiliki gadis itu sehingga ia bisa menikmati pemandangan indah tersebut setiap hari.
***
Richard lebih dulu menyelesaikan sarapannya ketimbang Luciana. Membiarkan Luciana menikmati makanannya, ia beringsut menata perlengkapan kamera yang telah ia bawa sesuai posisi yang diinginkannya.
Sebuah tripod menahan beban lensa kamera khusus yang salah satu fungsinya memang diperuntukkan menangkap gambar burung yang cukup sulit didekati. Lensa itu terarah di antara dahan pohon yang berdaun tidak terlalu rimbun di mana sarang burung bertengger di sana.
"Kau akan mengambil gambar apa?" heran Luciana. Berdiri di sisi Richard yang sibuk mengintip sesuatu dari jendela bidik untuk membenarkan letak lensa kameranya. Mata Luciana menyipit-menatap jauh di sana pada satu pohon yang tersorot moncong lensa itu.
"Spesies burung langka, Anna. Mereka hanya bisa ditemui di pagi hari selama musim panas." Richard menegakkan tubuh. "Ini menjadi kali ketiga aku melakukannya," jelasnya. Menatap ke dalam bola mata Luciana yang tampak berkilau.
"Maksudmu kau gagal di percobaan sebelumnya?"
"Bukan gagal, melainkan kami belum bertemu mereka hingga terpaksa pulang tanpa memotret apapun."
Luciana mengerutkan kening. Bukankah itu juga bisa dikategorikan gagal? Namun ia justru lebih fokus pada satu kata dalam kalimat itu. "Kami?"
"Ya. Aku dan Josh." Mengusap lembut puncak kepala Luciana. "Spesies itu cukup sulit ditemui dan semoga kali ini aku belum terlambat. Sesuai artikel yang kubaca, sebagian dari mereka akan mengawali migrasi ke wilayah yang lebih hangat di awal musim gugur dan akan kembali saat musim semi. Bayangkan, Anna!"
"Apa rentang waktu itu menyulitkanmu, Allen? Untuk menunggu? Atau kau akan berpaling pada spesies lain yang lebih menarik yang memang akan muncul di musim dingin?"
"Ide bagus!"
Namun kemudian, Richard meraih pinggang Luciana. Merapatkan tubuh ramping itu padanya. Satu tangannya yang lain bergerak menyentuh ujung dagu Luciana. Membawanya naik hingga wajahnya mendongak dan keduanya saling bersitatap. "Tidak ada yang menyulitkanku, kecuali penolakan darimu, Anna."
Tak perlu menunggu tanggapan Luciana, Richard menyatukan bibir mereka. Menyebarkan kehangatan di tengah udara dingin di padang rumput. Pakaian tebal nyatanya tak cukup mengusir rasa dingin secara keseluruhan dan mereka berdua sedikit membutuhkan panas.
***
Richard mungkin tidak menyadari sudah berapa kali ia menarik sudut bibirnya ke atas-menggambarkan kepuasan.
Pandangan bola mata biru itu terus tertanam pada deretan angka dalam kurs dollar Amerika yang terus merangkak naik pada laman akun market jual-beli internasionalnya atas hasil lelang bidikan spesies burung langka itu beberapa pekan lalu.
Anna... Anna... Anna!
Gadis itu pantas mendapatkan hadiah kecil darinya. Hanya karena bersedia menemaninya pagi itu walau di bawah paksaannya. Richard menyeringai lebar.
Ponsel Richard berdenting bersamaan laman akun tersebut tertutup dan kemudian berganti wajah cantik Luciana yang tertangkap candid melayang di layar laptop 14 inch itu.
Untuk beberapa saat lamanya, Richard mengerutkan kening mendapati notifikasi chat dari Emerald melalui platform kencannya. Oh, bahkan ia nyaris melupakan keberadaan gadis itu.
Chat Room Richie J - Emerald:
[Emerald] 9:21 pm
Aku marah padamu!
(Emotikon cemberut berasap)Begitu menekan untuk membuka percakapan, makian gadis itu menyambut pandangannya. Ada apa? Rasa kesal sempat hinggap, namun detik selanjutnya-saat Richard berniat menyemburkan permintaan konfirmasi melalui ketikan balasan, pesan lanjutan gadis itu lebih dulu sampai dan berhasil mengundang tawanya.
[Emerald] 9:22 pm
Semua kata-katamu dulu terkabul, Richie!
Aku JATUH CINTAAAAA!
Pada atasan gilaku!
Bagaimana ini?
(Emotikon tangis)Mendadak, sebuah ide terlahir dari dalam kepalanya. Dengan cepat Richard menggerakkan jari-membalas pesan yang menurutnya menghibur untuk menutup harinya.
[Richie J] 9:24 pm
Kabar yang sangat menggembirakan, Eme.
Lama tak berkabar dan kau berakhir jatuh cinta.
Selamat padamu![Richie J] 9:24 pm
Bagaimana kalau kita bertemu?
Lusa. DaVinci Café. Jam 4 sore.
Paling tidak kita sudah menemukan topic menarik untuk dibicarakan di pertemuan awal kita.Bisa dikatakan ini menjadi rekor terhebatnya dalam hidup. Seorang Richard mengatur janji temu dengan pasangan kencan dunia mayanya, untuk pertama kalinya, dan entah kenapa gadis itu langsung menyetujui dalam balasan super cepat dan super pendek-'siapa takut?'
And Richard! You changed!
Berubah? Tidak. Richard hanya sedang senang dan membiarkan semua mengalir apa adanya. Topic mengenai cinta rasa-rasanya cukup menarik untuk dibahas akhir-akhir ini. Dalam kasus ini ia ingin tahu cerita detil bagaimana seorang Eme jatuh cinta. Pada seorang boss yang dikatakannya gila? Astaga!
Apakah Anna-nya akan cemburu jika tahu ia memiliki janji dengan wanita lain? Richard berniat memancing kecemburuan gadis itu. Let's see your reaction, Baby Girl!
***
To be continued ...
***
Fri, February 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Kena Kau, Gadis Kecil!
RomanceWarning! ⚠️ Rate 21+ Keputusan Richard Allen Jackson (30) untuk berkunjung ke salah satu store kamera terbesar di Sofia hari itu menjadi kesalahan fatalnya. Kamera istimewanya yang seharusnya hanya mendapatkan service ringan mendadak hancur akibat u...