66

54 3 0
                                    

Dengan air muka letih, Alma keluar dari ruang ICU. Ia sempat tertidur selama 30 menit di sudut ruang tunggu. Tidur yang justru membuat kepalanya pusing dan persendian terasa lolos dari tempatnya.

Ketika langkah kakinya menapak keramik koridor, Alma dikejutkan dengan keberadaan Nicole. Wanita itu memasang wajah sedih padanya.

"Nicole-"

"I'm sorry about Dad Emery, Mom." Nicole langsung menubrukkan dirinya pada Alma yang refleks menahan bobot tubuh wanita itu dengan melingkarkan kedua lengannya pada punggung Nicole.

Alma mengerutkan wajah kala dekapan Nicole padanya kian erat. Ditambah isak lirih wanita itu di bahunya.

"Ayah Richard baik-baik saja. Dokter menanganinya dengan cepat," sahut Alma pelan.

Setelah beberapa menit lamanya, Alma memaksa menarik diri dari pelukan Nicole. Menatap dalam-dalam wajah cantik di depannya. "Siapa yang memberitahumu mengenai kondisi ayah Richard, Nicole?" imbuhnya-bertanya.

"Richard yang mengirim pesan padaku pagi ini, Mom. Ia tidak bisa bertemu denganku karena harus menunggui Dad Emery di rumah sakit akibat anfal yang dialaminya sore lalu." Oh, Nicole sudah berani berdusta.

Alma menganggukkan kepala sebagai tanggapan. Hanya itu, karena ia sedang tidak ingin menyahuti lebih. Fisik dan pikirannya benar-benar sedang lelah.

"Bolehkah aku melihat keadaan Dad Emery, Mom?"

"Aku antar." Alma membalikkan badan, lalu melangkah enggan menuju ruang ICU kembali diikuti Nicole di belakangnya.

Ah, Alma bahkan baru saja ingin mencari pemandangan lain di luar! Suasana di dalam cukup menggerus hati kecilnya.

Dua wanita berbeda usia itu hanya saling diam. Namun mata mereka terus menyorot pada Emery yang tertidur pulas di atas ranjang dengan beberapa alat medis menempel di sebagian tubuhnya. Monitor detak jantung di sisi lain ranjang terus berbunyi dan selalu berhasil membuat seorang Alma gelisah setiap detiknya.

Tak tahan dengan suasana itu, Alma lantas memutar tubuh. Melangkah keluar ruang rawat Emery dengan menarik lengan Nicole agar wanita itu mengikutinya.

"Kau tahu apa yang menyebabkan suamiku anfal, Nicole?" tanya Alma-penuh drama begitu kaki mereka telah kembali menapaki lantai koridor. Wanita setengah baya itu melipat kedua lengan di dada. Sorot matanya lurus-menembus iris berkilau milik Nicole yang air mukanya praktis menegang seketika.

Kepala Nicole tergeleng kecil. "Richard tidak memberitahuku-"

"Kau hamil dengan pria lain dan Emery mengetahuinya. Bukan begitu?"

"Mom-"

Alma mengangkat satu tangan. Meminta Nicole untuk diam. "Bagaimana bisa kau mengkhianati puteraku? Richard sangat mencintaimu, Nicole!" ucapnya lirih, namun cukup mewakili perasaan kecewanya. "Aku tidak menyangka kau akan tega melakukan ini padanya!"

"Mom, bukan begitu-"

"Aku tahu aku hanya mendengar samar-samar dari mulut puteraku pagi ini. Tapi kupastikan telingaku tidak salah tangkap!"

Kepala Nicole menggeleng keras-keras. Wanita itu menolak pernyataan Alma. "Aku sungguh mencintai Richard, Mom. Aku tidak mungkin mengkhianatinya. Itu pasti berita bohong. Seseorang ingin menjauhkan Richard dariku-"

"Pergilah, Nicole! Aku tidak ingin melihatmu lagi!"

Itu kalimat terakhir yang Alma suarakan di depan wajah Nicole. Karena setelahnya, Alma kembali memaksa dirinya masuk ke ruang ICU. Ia tidak ingin mendengar apapun lagi dari mulut Nicole sebagai pembelaan diri wanita itu.

Kena Kau, Gadis Kecil!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang