60

71 2 0
                                    

Richard vs Luciana balik lagi, Kawands!

Please vote and comment 😉

🍁🍁🍁

Selamat membacs!

🍁🍁🍁

"Aku mengusulkan bagaimana jika kita sisipkan agenda tambahan pada acara grand opening galerimu, Rich."

"Agenda tambahan apa yang kau maksud, X?" Richard menyesap minuman kaleng di tangannya, sementara matanya menatap serius pada Xavi yang duduk di seberang mejanya.

Suasana cafeteria sangat ramai di saat-saat makan siang. Richard memutuskan menikmati menu makan siangnya sedikit terlambat dengan bergabung di meja pria itu karena harus menyelesaikan pekerjaannya terlebih dulu sebelum akhir tahun.

Tak hanya dirinya yang berada di meja itu, melainkan juga Josh, Xavi dan Andrea, serta Joanna. Semenjak kedatangan Nicole, Richard akui ia menjadi cukup sulit meluangkan waktu untuk sekadar bersama mereka, terutama Josh.

"Apa kau tak berniat melamar Nicole dengan cara lebih resmi?" Xavi kembali bersuara. "Menurutku kau bisa lakukan itu di tengah agenda besarmu nanti. Kuyakin Nicole pasti terharu dan langsung berkata ya."

Xavi terus saja mengoceh, tanpa tahu jika dua pria lain disekitarnya, yang tiada lain Josh dan Andrea, tengah menahan emosi yang meluap-luap di dada mereka masing-masing.

Ya, sosok Xavi hanya tidak tahu benar apa yang terjadi. Setahu lelaki berdarah Amerika Latin itu bahwa Richard kini telah memiliki kekasih bernama Nicole Grene. Bahkan rumor kedua manusia itu akan segera menikah telah menyebar ke seantero RPS gara-gara apa yang mereka saksikan pada acara malam itu di DaVinci.

Adegan mesra keduanya dalam bentuk foto maupun video pun telah dilihat banyak orang, baik di grup obrolan kantor maupun media sosial.

"Akan kupikirkan konsepnya, Rich. Kau tinggal menyetujuinya atau tidak nanti."

Josh memutar bola matanya, sementara Andrea dan Joanna menggelengkan kepalanya. Lalu Richard? Pria itu tampak tidak fokus pada Xavi, melainkan pada sosok lain yang perlahan tapi pasti sedang berjalan menuju cafeteria.

Lui.

Pria yang kini berprofesi sebagai dokter residen rumah sakit terbesar di Sofia itu terlihat mendekati lemari pendingin. Mengambil beberapa kaleng minuman, kemudian membayarnya pada Dalair.

Lui tak langsung keluar, namun lelaki itu memilih satu kursi kosong. Membuka salah satu minuman kaleng yang dibelinya, lantas meminumnya. Gesture-nya begitu manly hingga sosok Joanna tak berkedip dibuatnya.

Woah! Lengan kemeja marunnya tergulung hingga siku-memperlihatkan urat-urat serta bulu-bulu maskulin di sekitar tangan besar itu. Pun sebuah jam tangan yang harganya ditaksir cukup mahal melingkar kokoh di pergelangan tangannya.

Sebegitu tajam pandangan seorang Joanna jika itu menyangkut pria tampan dan...panas.

"Sepertinya aku pernah melihat pria seksi itu?" gumam Joanna pada diri sendiri tanpa sadar. Maniknya menyorot lurus tepat di mana Lui berada. Meski begitu, suara lirih Joanna tetap tertangkap telinga Richard dan yang lain.

"Kau pasti tidak melupakan kejadian keributan di DaVinci yang melibatkan Luciana dan Nicole beberapa hari lalu, bukan?" Andrea menyahuti tanpa sungkan. "Luciana terlalu cantik malam itu, Jo. Tidak heran ada lelaki tampan sepertinya yang akan membelanya. Kuyakin ia sedang menunggu Luciana hari ini setelah tahu gadis cantik itu bekerja di sini." Tersenyum miring kala lirikan matanya melihat sudut rahang Richard mengetat samar.

Kena Kau, Gadis Kecil!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang