21

103 10 0
                                    

Tepat ketika Luciana kembali masuk ke dalam pavilion, Richard yakin jika gadis itu sama sekali belum menyadari atau bahkan tidak menduga mengenai keberadaannya di Emeraude.

"See? Aku akan selalu bisa menemukanmu walau kau bersembunyi di tumpukan jerami sekalipun, Gadis Kecil!" ucapnya penuh percaya diri.

Tak lama Richard menangkap keberadaan Ava di sudut halaman rumah melalui ekor matanya. Wanita itu tengah berbincang dengan seseorang.

Richard segera beranjak dari duduk. Melangkah pasti menuju di mana Ava berada melewati jembatan kecil yang menghubungkan gazebo dengan pelataran. Begitu menginjak paving block pelataran, langkah lebarnya terhenti oleh seruan Josh.

"Hei, Dude! Kau akan ke mana?"

Richard berpaling ke belakang. "Menemui Ava dan sebaiknya kau ikut denganku!"

Alis Josh bertaut. "Untuk apa?" tanyanya bingung.

"Aku harus melakukan sesuatu!"

Tanpa menunggu tanggapan Josh, Richard berbalik dan meneruskan langkahnya yang sempat terhenti dengan tetap menenteng kamera di tangan. Senyum Richard mengembang saat atensi Ava beralih padanya.

"Ava, bisa kita bicara sebentar?" pinta Richard begitu ia tiba di hadapan Ava.

Ava meminta seseorang, yang tengah diajaknya berbincang, pergi terlebih dulu sebelum kemudian ia mengangguk. Mempersilakan sang fotografer mengutarakan apa yang diinginkannya.

"Bisa kau panggilkan gadis yang bernama Lucy untukku?"

Ava diam dengan alis bertaut heran. Namun di detik berikutnya, wanita itu justru terkekeh pelan. Tanpa ada niatan untuk menanggapi permintaan itu.

"Aku ingin tahu apa saja yang dilakukannya selama di panti ini bersama anak-anak," terang Richard bersikap tenang. Tak ingin membuat siapapun curiga bahwa ia dan sosok gadis bernama Lucy sebenarnya saling mengenal. "Jadi, aku ingin bertemu dan berkenalan dengannya, Ava."

"Tentu, Tuan Fotografer." Ava mengulum senyum. Pun segera melangkah pergi menuju pavilion.

Sementara Richard beringsut masuk ke dalam rumah dengan senyum lebarnya. Dan Josh, yang tengah berjalan menyusul dalam jarak beberapa meter di belakang Richard, hanya menggelengkan kepala. Ia tahu apa yang akan dilakukan sahabatnya itu dan ya, ia sebenarnya tidak ingin ikut campur.

"Jadi, kau tahu apa yang harus kau lakukan, bukan?"

Josh mencibir. "Itu pekerjaan mudah," sahutnya remeh. "Namun, jika gadis itu murka, aku tidak mau tahu, Rich."

Kepala Richard menggeleng tegas. "Kujamin itu tidak akan pernah terjadi. Aku cukup tahu Luciana gadis seperti apa."

***

Ruang luas pavilion mulai terdengar riuh ceria suara anak-anak yang menyanyikan lagu Twinkle-Twinkle Little Star setelah sebelumnya cukup hening karena berkutat dengan gambar. Beberapa anak memang belum bersekolah dan baru akan memulainya di tahun ajaran depan.

Semua anak bernyanyi kompak dengan disemangati tepuk tangan Mikayla. Gadis itu berjalan mondar-mandir mengelilingi ruangan.

Sementara Luciana menikmati suasana itu dengan Miles berada di pangkuannya yang kini mulai terbangun karena suara keras anak-anak yang bernyanyi. Bayi berusia 1 bulan lebih itu menggeliat kecil, mengerjapkan kelopak mata yang kemudian perlahan terbuka-memamerkan manik birunya yang jernih dan berkilauan.

"Hai, Miles."

Luciana menyapa bernada centil. Miles tersenyum khas bayi begitu mendengar suara Luciana dan itu menggemaskan.

Kena Kau, Gadis Kecil!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang