Luciana menyimpan ponselnya ke dalam saku celana setelah sebelumnya memeriksa sekilas beberapa pesan masuk dari teman-temannya dan belum sempat mengirim balasan. Ia akan melakukannya nanti di rumah.
Agenda orientasi kampusnya segera dimulai dan teman-teman satu kelompok meributkan beberapa barang yang belum juga bisa ditemukan untuk mereka bawa. Luciana belum bisa berpikir. Ia harus bekerja terlebih dulu untuk tabungan biaya hidup.
Orangtua Luciana hanya menanggung biaya pendidikannya saja. Minus biaya sewa tempat tinggal dan kebutuhan sehari-hari, termasuk urusan perut di dalamnya. Luciana harus menanggung risiko atas keputusan yang ia buat setelah lulus sekolah menengah.
"Lue, coffee latte. Meja 12."
Luciana mengangguk. Menerima nampan dengan satu cangkir coffee latte pesanan salah satu pengunjung dari seorang barista dan lantas melangkah keluar area bar.
Semakin malam, suasana café semakin riuh. Banyak anak muda menghabiskan waktu di café. Hanya sekadar mengajak pasangan berkencan atau berbincang bersama kelompok mereka. Berhura-hura, bercanda hingga salah satunya tidak sadar menyenggol sisi tubuh Luciana saat gadis itu melewati meja mereka.
Ketidakseimbangan membuat tubuh Luciana oleng dan berakhir menumpahkan cangkir berisi coffee latte di atas baju salah satu pengunjung perempuan yang diketahuinya tengah berkencan. Dress berwarna putih itu berubah dalam sekejap. Noda cairan kopi merembes ke sisi pakaian wanita itu. Mencetak jelas permukaan bagian tubuh.
"Oh GOSH!"
Wanita muda itu memekik nyaring, dan langsung berdiri tegang dengan raut memerah marah. Mengibaskan-ngibaskan dress bagian bawah. Selain karena air kopi, juga karena rasa panas yang menjalari pahanya.
Di detik itu juga, keduanya menjadi pusat perhatian pengunjung café dari tempat mereka duduk. Tak seorang pun berniat beranjak untuk ikut campur.
"Ma-maaf, Nona. Sa-saya tidak sengaja."
Luciana meringis dengan tubuh gemetar takut. Wajah itu memerah malu begitu sadar apa yang baru saja terjadi. Luciana tahu persis jika kopi itu masih panas.
Ah, entah sudah berapa kali kata maaf itu meluncur dari bibirnya.
Mengalihkan pandangan, wanita itu lantas mendesis di depan Luciana. "Apa kau bilang? Maaf katamu? Kau pikir pakaian ini murah, huh? Kau pikir biaya perawatan kulit itu juga murah?" Meninggikan volume suara.
Luciana menciut. Jantungnya berdebar kuat. Mulai menangis dalam hati.
Kay, aku menyesal tidak mengikuti saranmu untuk mengambil shift pagi.
SRETT!
"Lihat ini!" seru si wanita marah. Menaikkan sedikit ujung dress hingga memperlihatkan bagian pahanya yang memerah samar.
Luciana menatap takut-takut pada apa yang sedang diperlihatkan si wanita. Ya, ia bisa merasakan rasa perih dan nyeri yang merayap di sana. Tapi itu bukan murni kesalahannya. Ada peran orang lain yang menyebabkan semua ini.
Namun apa daya dirinya? Hanya seorang pelayan café paruh waktu dan pasti akan mendapat semburan dari atasannya. Ia bahkan baru bekerja dalam hitungan hari. Bersama Kay. Ya, gadis itu mengajaknya ikut bekerja di café ini. Luciana tentu menyetujuinya karena ia sendiri yang meminta untuk dicarikan pekerjaan paruh waktu.
"Sudahlah, Sayang."
Seorang pria mencoba menenangkan kekasihnya. Mengusap lembut punggung wanitanya.
Sesaat kemudian, pria itu berpaling pada Luciana. Menghujamkan tatapan tajam. "Kau harus bertanggung jawab, Pelayan! Atau aku akan mengadukan perbuatanmu ini pada atasanmu dan memintanya untuk memecatmu!" ucapnya rendah dan bertekanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kena Kau, Gadis Kecil!
RomanceWarning! ⚠️ Rate 21+ Keputusan Richard Allen Jackson (30) untuk berkunjung ke salah satu store kamera terbesar di Sofia hari itu menjadi kesalahan fatalnya. Kamera istimewanya yang seharusnya hanya mendapatkan service ringan mendadak hancur akibat u...