"Jangan menyentuh apapun!"
Richard menyuarakan peringatan bernada rendah sesaat setelah ia membuka pintu mobil bagian kemudi dan mendapati sosok Luciana merabakan tangannya pada sisi interior. Sedikit ada rasa berbangga diri karena bola mata gadis itu tampak berkilat takjub.
Sementara itu, Luciana lekas menarik cepat tangannya dari dashboard mewah mobil Richard. Memejamkan mata, menarik napas dalam-dalam yang sialnya membuat paru-parunya senang karena aroma kabin yang wangi.
"Dengarkan aku-"
"Tu-tuan, izinkan aku bekerja!" Luciana membuka mata cepat, dan langsung memotong ucapan Richard yang telah duduk sempurna di depan lingkaran kemudi. "Aku akan mencicil biaya perbaikan kamera A-anda." Melanjutkan kalimat diikuti acungan dua jari isyarat janji.
Mencicil? Bahkan satu bulan gaji belum tentu cukup membiayai biaya hidupmu sehari-hari, Luciana! Luciana mendesah lelah dalam hati.
"Dan berapa lama aku harus menunggu sampai lunas?" tanya Richard. Menyorotkan mata birunya pada gadis itu yang terlihat bak kelinci kecil tengah terpojok di bawah tatapan serigala lapar.
Luciana terlihat mengerucutkan bibir lucu. Bola matanya berlari ke sembarang arah dan permukaan keningnya terlipat. Menunjukkan bahwa ia tengah berpikir keras walau kenyataannya ia sedang bingung akan menjawab apa.
Di samping Luciana, Richard merutuki jantungnya yang mendadak berdebar hanya karena ulah bibir menggoda si gadis ceroboh. Ingin rasanya meraup dalam sekali kecup, namun akal sehatnya masih bekerja dan sadar sedang dalam kondisi seperti apa saat ini.
Selang beberapa detik, Luciana meringis. "A-aku ti-tidak tahu akan sampai kapan, Tu-tuan. Tapi-"
"Sudahlah!" Richard mengibaskan tangan. Membenarkan posisi duduk dan bersiap menghidupkan mobil. "Kau sebaiknya ikut denganku!"
Si merah gelap pun melaju dalam kecepatan sedang. Keheningan panjang berkuasa di antara dua manusia di dalamnya. Luciana memilih diam. Sesekali mencuri lirikan, memerhatikan Richard yang tampak sibuk menghubungi seseorang. Berbicara lugas melalui benda kecil tanpa kabel yang tersemat di telinganya.
"Tu-tuan, sebenarnya A-anda akan membawaku ke mana?"
Begitu Richard menyudahi perbincangan melalui ponselnya, satu pertanyaan Luciana terdengar. "Apartemenku," jawabnya cepat. Minus basa-basi.
Mata Luciana melotot. "Ta-tapi ke-kenapa? A-aku memiliki tempat tinggal sendiri. An-anda bisa mengantarku ke sana-"
"Siapa dirimu berani mengaturku, huh?!"
"Ya. Na-namaku Luciana Miller kalau Anda ingin tahu. A-aku bekerja paruh waktu sebagai pelayan di café itu. Baru beberapa hari dan Anda sudah menculikku. A-apa yang harus aku katakan pada a-atasanku nanti, Tuan? A-aku harus mem-membiayai kebutuhan hidupku sendiri," ucapnya panjang lebar. Bahunya meluruh pasrah. Luciana yakin pasti akan segera mendapat kabar pemecatan setelah hari ini.
Sadar atau tidak, nyatanya Richard menarik kecil sudut bibirnya. Membentuk senyum samar walau dalam satu detik kemudian senyum itu hilang. "Aku sedang tidak melayani interview pekerjaan. Untuk apa kau memperkenalkan dirimu padaku?" balasnya datar. Tak menoleh sedikit pun sejak menjawab pertanyaan sedari tadi.
"Kalau tidak salah dengar Anda baru saja menanyakan tentangku dan aku menjawabnya. Apa itu salah?" Luciana berpaling muka menatap bahu jalan dengan lampu-lampu penerangan yang menyala terang.
Richard cukup kewalahan membalasnya. Apa ia akan semakin gila setelah ini?
Ya Tuhan ... Cobaan apa lagi ini!
KAMU SEDANG MEMBACA
Kena Kau, Gadis Kecil!
RomanceWarning! ⚠️ Rate 21+ Keputusan Richard Allen Jackson (30) untuk berkunjung ke salah satu store kamera terbesar di Sofia hari itu menjadi kesalahan fatalnya. Kamera istimewanya yang seharusnya hanya mendapatkan service ringan mendadak hancur akibat u...