"So, you wanna tell me something, Anna?" tanya Richard setelah acara makan larut malam keduanya usai. Memerhatikan lekat wajah mengantuk gadis di depannya.
Ya, Richard memang keterlaluan. Waktu nyaris menyentuh tengah malam. Kontras dengan suasana cafe yang justru semakin ramai.
"Tell you what, Allen?" desah Luciana kesal. Menahan mulut agar tidak menguap. Pun menahan beban berat berton-ton di kelopak matanya.
Beruntung tugas kuliahnya sudah selesai. Setelah ini, ia benar-benar akan langsung melemparkan badan ke kasur.
"Aku yakin kau menyimpan sesuatu. Something important that you wanna tell me," desak Richard tak mau menyerah. "Aku ingin mendengarnya." Ya. Itu benar adanya.
"Allen, please! Hentikan! Bisa kita bicarakan itu lain waktu?"
Raut mengiba Luciana benar-benar tidak bisa Richard abaikan. Suka tidak suka ia harus meyudahi acara 'berkencan' mereka malam ini dan membawa Luciana pulang dengan cepat atau Ava akan membunuhnya.
"Anna, aku minta maaf padamu." Richard membuka suara di tengah konsentrasinya mengemudi. Sedikit melirik melalui ekor mata untuk menangkap respon Luciana yang menyandarkan kepala pada kaca jendela-menatap pemandangan bahu jalan.
"Kau tidak perlu begitu. Aku tahu aku sudah kelewatan. Seharusnya aku memang tidak meminta izin keluar di tengah jam bekerja." Luciana menoleh Richard-memberikan cengiran khasnya, lalu kembali ke posisi semula.
Richie pasti marah padaku! Pria itu pasti mengira aku mempermainkannya!
Astaga! Richard benar-benar menyebalkan!
Aku harus menjelaskan ketidakhadiranku pada si pria dunia maya itu nanti. Oh, God!
Di sisi kemudi, Richard menarik napas panjang. Menghembuskannya sekali hentak. Ia berniat jujur. Pun tak peduli jika Luciana merasa malu padanya nanti. Ia akan menanganinya.
"Bukan masalah itu, Anna. Ini mengenai Hal lain." Richard membelokkan arah kemudi. Memasuki kawasan jalan utama menuju Emeraude.
Berdeham-membasahi kerongkongan yang mendadak kering. "It's about Richie J, Anna. Your online friend." Tersenyum dengan wajah terus menghadap ke depan. "Aku-lah Richie. Entah kenapa aku senang ternyata 'Eme' my favourite online friend is you." Menggelengkan kepala heran. "Bukankah ini suatu kebetulan yang luar biasa, hmm?"
Terdiam sejenak dalam detik, lantas menghela napas pelan.
"Aku hanya ingin memastikan tentang apa yang kau curahkan padaku melalui chat waktu itu." Menghentikan si merah gelap tepat di depan pintu bangunan utama Emeraude. Bermaksud agar Luciana tak perlu berjalan terlalu jauh.
"Is that true? Your feeling about me?"
Memasang senyum penuh arti-setelah melepas sabuk pengaman, Richard segera berpaling pada Luciana. Menunggu tanggapan apapun dari gadis itu.
Namun senyum itu langsung lenyap begitu matanya mendapati Luciana tertidur pulas dengan posisi kepala miring ke sisi jendela. Helai-helai rambutnya menutupi sebagian wajahnya.
Sial! Jadi gadis ini tertidur saat aku mengajaknya berbicara serius?
Richard mengusap pelan wajahnya-sejenak merasai kebodohannya, sebelum kemudian memutuskan keluar kabin. Setengah berlari memutari bagian depan mobil untuk bisa meraih Luciana.
Bersikap layaknya seorang gentleman, Richard membawa masuk Luciana dalam gendongan ala bridal. Mengantar gadis itu sampai ke dalam kamarnya di lantai dua. Tak lupa Ava mengawasinya dari belakang. Pun memberinya kuliah selama beberapa menit sebelum akhirnya ia diizinkan pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kena Kau, Gadis Kecil!
RomanceWarning! ⚠️ Rate 21+ Keputusan Richard Allen Jackson (30) untuk berkunjung ke salah satu store kamera terbesar di Sofia hari itu menjadi kesalahan fatalnya. Kamera istimewanya yang seharusnya hanya mendapatkan service ringan mendadak hancur akibat u...