64

57 2 0
                                    

Sesuai permintaan Alma, Richard dan Josh akhirnya menyetujui jika Emery dirujuk ke rumah sakit pusat jantung di Varna. Malam itu juga, Josh gegas mengurus seluruh prosedur lengkap dan menjelang pukul 3 dini hari, Josh meminta izin untuk pulang sebentar.

Dr. Sebastian, sebagai dokter yang menangani Emery sementara waktu ini, terus memantau perkembangan pria paruh baya itu. Pun akan mendampingi selama perjalanan menuju Varna.

Namun tidak pernah ada yang menduga jika pada pukul 6 pagi, ruang ICU yang tenang-hanya suara alat-alat medis yang biasanya terdengar, mendadak terlihat sangat sibuk. Pun membangunkan Richard yang tertidur di bangku koridor.

Oh, God! Selain merasa remuk di sekujur tubuh, Richard juga merasakan pusing di kepalanya. Ia baru bisa tidur menjelang fajar.

"Allen! Ayahmu!"

Pekikan panik Alma yang keluar dari ruang ICU benar-benar mengejutkannya. Richard menoleh cepat pada sang ibu dengan jantung berdegup sangat kencang-tak terkendali.

"What's happened, Mom?" tanyanya gusar sambil melangkah mendekati Alma. Bola mata birunya menatap lekat-lekat, tepat di kedua manik Alma yang mengkristal.

"Ayahmu!" isak Alma terbata-bata.

Richard terdiam, namun jelas, raut tegang tak bisa disembunyikan dari wajahnya. Otaknya merespon cepat jika sesuatu yang buruk menimpa sang ayah.

"Mengalami kejang!" lanjut Alma. Semakin terisak di dalam dekapan Richard.

No way! Kedua mata Richard refleks menutup dramatis seiring kedua lengannya mengerat-memeluk tubuh Alma. Dadanya bergetar kuat. Selain karena degup jantungnya yang nyaris lepas, juga karena suara tangis ibunya yang kian menjadi.

Don't dare to leave me, Dad!

"Sebastian sedang menanganinya!" tandas Alma. Mencoba menguatkan hatinya melalui suaranya yang datar.

"Rich! Apa yang terjadi?"

Mendengar engahan suara Josh yang terpantul pada dinding koridor, Richard gegas membuka mata. Netra birunya berubah menyala-nyala, menguarkan aura tak bersahabat. Pun terarah lurus-lurus pada Josh yang berdiam diri di balik punggung Alma dalam jarak tak lebih dari 3 meter.

"Mom, duduklah!" Richard membimbing Alma agar duduk di bangku-area tempat tidurnya dua jam lalu.

Sesudah itu, Richard memutar tumit. Melangkah mendatangi Josh yang mengernyit tak mengerti dengan tatapan yang diberikannya.

Bagi Josh, ini terhitung masih sangat pagi untuk menerima kemarahan Richard! Tapi apa kesalahannya? Karena datang terlambat pagi ini?

"RICH!"

Tak menghiraukan seruan Josh, Richard mendorong dada sahabatnya itu. Membawa keduanya sedikit menjauhi pintu ruang ICU dengan Josh yang terpaksa melangkah mundur hingga punggung pria itu membentur keras dinding porselen. Kedua pria dewasa itu berakhir beradu pandang dalam jarak dekat. Richard menajamkan sorot mata birunya, sementara Josh membalasnya dengan tatapan tidak mengerti.

"Karena kau, Joshua Anderson! Ayahku sekarat!" Richard mendesis. Menggerakkan jari-jemari untuk meremas kuat-kuat kaus yang menutupi bagian dada Josh.

"Aku tidak mengerti maksudmu, Rich-"

"Apa kau sengaja ingin membunuh ayahku dengan mengungkap secara terang-terangan kehamilan Nicole bersama pria lain di depannya, huh?"

Duarrr!

Otak Josh mendadak beku. Hanya beberapa detik, karena setelahnya pria itu mampu menguasai keadaan.

"Oh, Gosh! Kau-"

Kena Kau, Gadis Kecil!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang