"Kau sengaja membalasku dengan menerima ajakan Andrea."
Luciana berpaling saat mendengar pernyataan aneh dan tidak berdasar dari pria yang tengah serius mengemudi di sampingnya. "Jangan terlalu serius. Tidak baik untuk kesehatan," sahutnya keluar konteks.
Kening Richard mengerut. Pria itu menoleh sekilas. "Maksudmu?" tanyanya tidak mengerti. "Apa hubungannya dengan kesehatan? Dasar aneh!" Menggerutu dengan pandangan telah kembali fokus ke depan.
"Kau terlalu tampan saat serius. Menyebabkan mataku susah berkedip dan berakhir iritasi!"
Detik itu juga Richard meledakkan tawa hingga cairan bening dan hangat merembes di masing-masing ujung mata birunya. Pertama kalinya seorang Richard terhibur dengan lelucon absurd yang keluar dari bibir seorang ... perempuan.
Biasanya para gadis atau wanita yang tengah bersamanya, berada di sekelilingnya, selalu menjaga citra diri agar selalu terlihat elegan di matanya, namun tidak dengan sosok Luciana yang menurutnya-jujur, blak-blakan dan apa adanya.
Richard menyukainya, hingga mengakhiri tawa dengan senyum penuh arti. Ia menoleh kecil pada Luciana yang seketika membuang muka ke bahu jalan. "Apa aku setampan itu di matamu, heh?" Mulai menggoda. Sangat terlihat di sisinya jika Luciana berusaha menelan salivanya kuat-kuat.
"Lupakan!"
"Oke." Tawa Richard kembali terdengar walau tidak sekeras sebelumnya.
Beberapa menit suasana kabin hening. Richard fokus mengemudi, sementara Luciana merutuki dirinya karena terlanjur jujur dalam berucap. Lain kali ia harus pintar menekan rem di lidahnya atau ia hanya akan mempermalukan diri sendiri untuk kesekian kalinya.
Itu rahasianya! Lalu kenapa sekarang membongkarnya?
Astaga! Pun baru saja ia menjatuhkan harga diri dengan mengemis-ngemis meminta diantarkan pulang. Tidak! Itu karena murni kesalahan pria itu dan ia tengah memperjuangkan keadilan dirinya. Keadilan dalam hal apa?
Luciana mengusap wajahnya. Merasa bingung dengan pemikirannya sendiri.
"Kenapa lagi?"
Luciana menghela napas. Menghadapkan wajah ke depan. "Aku tidak menyangka akan dikenal di area cafeteria dalam waktu singkat," gumamnya.
"Bicara yang jelas, Luciana!"
"Bagaimana bisa Dalair mengenalku? Pria itu dengan kurang ajarnya berteriak lantang menyebut namaku untuk membayar makan siang di tengah banyaknya pengunjung cafeteria-nya. Itu sangat menjatuhkan citra diriku dan itu semua karena perbuatanmu!" Luciana mendelik sebal ke arah Richard.
Sudut bibir Richard berkedut. Pria itu tampak menahan tawa. Merasa bersalah di saat yang bersamaan hingga tidak tega jika harus menyuarakan tawa lagi. "Kau selalu membawa tanda pengenalmu ke mana-mana kalau kau sadar, Luciana. Lagipula keuntunganmu dekat denganku, bukan? Kau menjadi mudah dikenal siapa saja," ujarnya tanpa berpaling.
"Percaya diri sekali!" Menatap kian kesal sosok pria dewasa di sebelahnya yang sialnya tampan. "Kau harus mengembalikan citra diriku yang telah berserakan di tanah, Tuan Richard Yang Terhormat!"
Detik itu juga, Richard menepikan mobilnya, disusul menekan rem begitu dalam. Membuat kedua manusia di dalamnya itu sejenak terpelanting ke depan. Richard gegas melepas sabuk pengaman dan membawa wajahnya mendekati Luciana yang ternganga kaget.
"KAU-"
Ucapan Luciana terhenti. Dengan gerakan cepat, Richard segera menjatuhkan bibirnya di atas bibir Luciana yang telah terbuka. Mengecup pelan, lantas melumatnya sepersekian detik. Meski dalam hitungan Luciana, hal itu terbilang cukup lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kena Kau, Gadis Kecil!
RomanceWarning! ⚠️ Rate 21+ Keputusan Richard Allen Jackson (30) untuk berkunjung ke salah satu store kamera terbesar di Sofia hari itu menjadi kesalahan fatalnya. Kamera istimewanya yang seharusnya hanya mendapatkan service ringan mendadak hancur akibat u...