44 (18+)

293 5 0
                                    

Dengan berani, Nicole naik ke pangkuan Richard. Duduk mengangkang dengan tubuh yang dirapatkannya ke dada kokoh itu. Membuat bagian bawah gaunnya tersingkap-mempertontonkan paha mulusnya. Puncak kelembutannya yang membusung tentu saja menggoda Richard.

Sekuat tenaga Richard menahan hasrat yang perlahan bangun karena ulah Nicole. Meski begitu, Richard tetap memperlihatkan raut tenang. Ia tidak ingin menyerang wanita di pangkuannya ini dengan tiba-tiba.

Let's see what this woman will do to him. Bagaimana bisa tingkah Nicole berubah drastis layaknya seorang wanita murahan seperti itu?

"Rich?" desahnya manja.

"Hmm."

"Bisakah kau menyediakan satu kamar untukku di apartemenmu?" Menggigit bibirnya sensual, sementara jari telunjuknya bergerilya di seputaran dada keras Richard yang masih berbalut sweater hitam. Membentuk pola-pola abstrak.

Kening Richard mengerut. "Maksudmu?"

Lengan Nicole mengalung di leher Richard. Kepalanya ditelengkannya beberapa derajat. "Kau tahu aku kemari tanpa sepengetahuan ayahku. Aku tidak membawa kartu apapun. Jika aku menggunakannya, tentu ayahku akan dengan mudah mengetahui posisiku."

"Lalu nomor ponselmu?"

"Aku mengganti nomor Skotlandia dengan nomor negara ini."

"Please, Rich!" Meletakkan kepala di bahu Richard. Menghidu dalam-dalam aroma sang mantan kekasih yang sangat dirindukannya. "Bukankah kau juga membutuhkan kehangatan menjelang musim dingin, hmm? Aku siap menghangatkan ranjangmu setiap malam selama aku di sini."

Kelopak mata Richard terpejam erat kala hembusan napas Nicole menggoda setiap inchi saraf di lehernya. Sangat menggelitik. Pun semakin menggeliatkan sesuatu di bawah sana. Richard pria normal dan tentu saja tergoda.

"Tapi-"

Nicole membawa wajahnya ke depan Richard. Tersenyum senang menangkap Richard yang tampak menahan sesuatu akibat ulahnya. "Aku tidak mungkin tinggal di hotel ini dalam waktu yang lama, Rich," katanya-mengundang kelopak mata Richard untuk membuka.

"Aku akan membayarnya selama kau tinggal di sini."

"No, Rich. Aku ingin berdekatan denganmu. Aku ingin kita seperti dulu lagi. Saling berbagi, seperti ini."

Tanpa aba-aba, Nicole mendaratkan bibirnya pada sepasang bibir Richard. Melumatnya perlahan-lahan hingga terdengar geraman rendah dari tenggorokan Richard.

Pertahanan pun jebol. Richard menangkup bongkahan padat milik Nicole yang mulai bergoyang-goyang menggoda miliknya. Meremas dan menekannya kuat-kuat seiring ia membalas lumatan demi lumatan Nicole yang tak mampu ditolaknya.

***

Kau memang keras kepala, Anna.
Kau tak harus masuk full time jika libur kuliah.

Seperti biasa. Aku akan mengantarmu pulang.

Entah sudah berapa kali Luciana membaca berulang-ulang isi pesan dari Richard pagi ini. Duduk di beranda galeri seorang diri di saat waktu menunjuk angka 8 malam lebih.

Ya, seperti yang sudah-sudah, Richard akan selalu mengantarnya pulang jika Luciana bekerja sampai galeri tutup.

Namun, apa yang Luciana saksikan siang tadi membuatnya ragu jika Richard akan datang. Pria itu mungkin saja sedang bersenang-senang dan secara otomatis melupakannya.

Ya, Tuhan! Langit semakin tampak mendung dan Luciana bimbang.

Lebih dari 30 menit ia menunggu di area kompleks RPS yang perlahan sepi. Dalair telah menutup cafeteria-nya bermenit-menit lalu. Meski begitu, keadaan galeri tetap terpantau dengan baik. Guna meminimalisir kejadian lalu, Richard memang menambahkan penjaga keamanan baru yang kemudian ditugaskannya di dalam bangunan galeri sesuai shift.

Kena Kau, Gadis Kecil!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang