19

86 8 0
                                    

"Menepilah ke mini-market di depan," pinta Richard pada Josh yang tengah serius menyetir. Josh segera melakukan perintahnya-memberhentikan mobil di pinggiran trotoar, tepat di mana sebuah bangunan toko berdinding batu bata dan tidak terlalu besar berdiri di sisinya.

"Kau ingin membeli sesuatu?" tanya Josh pada Richard yang sibuk melepas sabuk pengaman.

Richard mengangguk. "Tak perlu matikan mesin. Aku hanya sebentar."

"Okay."

Jawaban singkat dan malas Josh menghantarkan Richard keluar dari mobil. Pria bermanik biru itu berjalan tegap, melangkah pasti memasuki toko. Begitu membuka pintu berlonceng, suara lembut menyambut kedatangannya.

"Selamat datang. Selamat berbelanja."

Richard tersenyum menatap wajah ayu khas Asia si penjaga kasir yang seketika merona karena pesona yang sengaja ia tebarkan secara cuma-cuma. Richard mengangguk kecil pada si wanita, sebelum kemudian mengambil troli belanja dan berlalu memutari lorong demi lorong.

Tidak lebih dari 15 menit, Richard telah berdiri di area meja kasir untuk membayar belanjaannya yang hampir memenuhi troli, seperti ice cream, cokelat, sereal, biscuit, snack, susu kotak balita, air mineral, dan lain sebagainya.

"Kau membeli banyak barang, Sir. Apa ini semua untuk puteramu?" tanya si penjaga kasir. Mencoba mengajak berbasa-basi dengan tangan bergerak lincah memasukkan barcode barang demi barang pada mesin pembaca.

"Ya. Ini semua untuk anak-anakku." Senyum Richard melengkung tipis.

"Isterimu pasti sangat sibuk hingga tak sempat membeli ketersediaan semacam ini," sahut si wanita asal tanpa tahu apa-apa. Maniknya sesekali beralih menatap Richard yang menjulang tinggi di hadapannya.

Richard menaikkan satu alisnya. "Apa salah jika seorang pria yang melakukan ini, Nona?"

Suara lembut Richard menghentikan gerakan tangan si wanita penjaga kasir yang hendak menggeser barang yang sebelumnya telah terbarcode. Hanya untuk memberikan senyum kecil pada pria yang dalam matanya terlihat sangat matang dan menggoda.

"Aku akan terlambat jika kau terus memandangiku seperti itu, Nona Manis."

Dengan cepat, si wanita menundukkan wajah yang terasa memanas-malu. Pun melanjutkan pekerjaan yang sempat ia tunda akibat merekam lekuk tampan itu. Oh Gosh!

***

Richard melepas kacamata hitam miliknya. Melemparnya asal ke bagian dashboard mobil, seiring Josh mengarahkan kemudi berbelok ke kanan. Melajukan kendaraannya pelan memasuki gerbang besar Emeraude yang selalu terbuka lebar.

"Kita sampai." Josh mendesah. "Saatnya bertemu anak-anak!" serunya riang.

Kedua sudut bibir Richard berkedut begitu manik birunya menangkap keberadaan beberapa anak tengah bermain ayunan di taman. Menurutnya, anak-anak penghuni Emeraude sangat menggemaskan dan menarik perhatiannya.

Dua tahun ini Richard resmi menjadi salah satu donatur Emeraude. Dana yang ia gelontorkan menjadi yang tertinggi di antara yang lainnya.

Emeraude tergolong panti asuhan yang baru saja berdiri di ibukota ini. Tepat di tahun ini, panti itu berusia 3.5 tahun. Begitu mengetahui adanya panti baru melalui siaran berita nasional 2 tahun lalu, hati Richard tergerak untuk menyumbangkan sebagian pendapatannya demi kesejahteraan anak-anak di sana.

Richard melepas sabuk pengaman, dan lalu meraih satu tas plastik putih besar yang penuh bermacam jenis makanan, sedangkan Josh menenteng tas besar berisi pakaian-pakaian serta perlengkapan bayi yang Gabriella beli saat wanita itu hamil. Ditambah beberapa barang untuk kebutuhan si bayi, seperti susu dan diapers. Keduanya keluar dari mobil secara bersamaan melalui sisi pintu masing-masing.

Kena Kau, Gadis Kecil!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang