17

109 8 0
                                    

Penerbangan dari Zurich ke Sofia hanya membutuhkan waktu kurang lebih 2 jam lebih 10 menit. Sesampainya di kota sendiri, Richard memutuskan kembali ke apartemen untuk beristirahat sejenak. Dan sore harinya, tepat sebelum jam pulang kerja, Richard mengunjungi galerinya-hanya untuk menitipkan buah tangan pada para karyawannya.

"Thanks, Rich!" ucap salah satu staff wanita begitu menerima dua tas besar berisi berbagai macam pernak-pernik khas Zurich dari Richard.

Richard mengangguk singkat. "Tolong bagikan pada yang lain!"

Tanpa menunggu apapun lagi, Richard berbalik keluar studio dan galeri fotografi menjadi tujuan selanjutnya. Langkah kaki Richard yang berbalut boots itu terdengar tegap. Diiringi ayunan paper bag berisi kotak cokelat di tangan kirinya saat ia bergerak menuruni anak tangga. Begitu mencapai ujung tangga terbawah, Richard memutar arah menuju pintu utama ruang galeri.

Sepasang kakinya baru saja masuk-mengambil tiga langkah lebar ke dalam ruangan setelah pintu kaca ganda bersistem otomatis itu tertutup di balik punggung-ketika pekikan seseorang yang memanggil namanya dari arah kanan tiba-tiba memantul. Memaksanya menunda niatan untuk menemui seseorang.

Richard menoleh. Tersenyum melihat Joanna berjalan cepat-setengah berlari menuju padanya. "Siapa yang mengajarimu berlari di ruang penuh bingkai seperti ini, Jo?"

"Wah, kau seperti iron man, Brother!" ujar Joanna sedikit terengah. Tak menggubris pertanyaan Richard.

Richard menaikkan satu alisnya.

Joanna mendecakkan lidah. "Aku tahu kau baru tiba dan langsung datang kemari? Dasar manusia besi!"

"Pasanganmu belum masuk," tambahnya.

"Aku tahu. Aku akan ke apartemennya sekaligus melihat keadaan Gabby," tukas Richard sambil mengangguk.

Richard menyapukan pandangan ke tiap sudut ruang galeri, namun matanya tak menangkap keberadaan sosok yang ia ingin temui.

Bukankah seharusnya gadis itu berada di salah satu sudut ruangan besar ini, di mana terlihat 10 - 15 pengunjung sedang berkeliaran mengagumi karyanya? Atau ia sedang mengambil hari libur? Bahkan ia belum sempat mendiskusikan masalah libur bersama gadis itu saat membicarakan kesepakatan.

Joanna mencuri lirik paper bag berwarna coklat muda di tangan Richard. "Nadia masih melakukan pemotretan di studio. Wanita itu selalu tak sabar menanti kepulanganmu. Berharap ia mendapatkan sesuatu darimu dan sepertinya harapannya akan segera terkabul," katanya seiring mengembalikan fokus pada Richard yang terlihat bingung.

Berpaling pada Joanna. "Selama aku tidak ada, galeri baik-baik saja?" tanya Richard. Tak menanggapi ocehan panjang kali lebar sosok perempuan di hadapannya.

"Semua berjalan lancar, Rich. Hanya saja ...."

Kedua alis Richard menukik tajam. "Ada apa, Jo?"

Joanna membuang napas. "Sudah 5 hari ini, aku tidak melihat bayangan gadis bernama Luciana Miller," adunya pada pria itu.

"Apa maksudmu dengan tidak melihat?"

"Luciana tidak masuk kerja beberapa hari ini, Rich. Kupikir ia memberitahumu perihal izin atau semacamnya. Mungkin ada sesuatu yang terjadi pada gadis itu. Sakit? Atau entahlah." Joanna mengangkat kedua pundaknya. Tidak mengerti sepenuhnya.

Luciana sakit?

Richard terdiam selama beberapa saat. Perasaan khawatir mendadak muncul. Sisi nuraninya berkata jika ia harus melakukan sesuatu jika benar gadis itu sakit.

"Bagianmu ada di area CS, Jo. Cepat ambil sebelum kau menyesal! Aku membelikan kalian sesuatu yang menarik."

Richard menepuk pelan pundak Joanna yang seketika terdiam begitu mengetahui perubahan pada dirinya yang sangat drastis. Mengabaikan keterdiaman Joanna, Richard lantas berbalik. Mengambil langkah cepat keluar galeri-menuju area parkir di mana mobilnya berada.

Kena Kau, Gadis Kecil!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang