6

209 14 0
                                    

Richard memutuskan mengambil cuti. Satu hari libur dirasa cukup mengembalikan kebugaran tubuhnya setelah perjalanan kerja ke luar kota dua hari lalu. Ia baru saja sampai apartemen semalam.

Tak berbeda dengan Josh. Pria itu juga kelelahan dan Richard memberinya satu hari libur yang sama. Masih ada Xavi dan Andrea yang akan membantu menangani studionya meski Richard tahu Xavi akan lebih sibuk karena menanggung tugas yang dibebankan padanya.

Ya, Richard tidak pernah hitung-hitungan dalam hal pemberian bonus tinggi sebagai penghargaan pada mereka yang bekerja overtime atas perintahnya.

Samar-samar aroma lezat perpaduan butter dan daging menyelinap melalui ventilasi, menyentak indera penciuman. Dalam tidur, Richard menarik napas dalam. Mulai menggeliatkan tubuh dan segera membuka mata cepat. Menyadari seseorang berkeliaran di dapurnya.

Sedikit melompat dari ranjang, Richard berjalan setengah gontai menuju sudut kamar. Berdiri menghadap dinding kaca kamar yang membentang, memberinya akses pemandangan langsung ke ruang tamu dan ruang keluarga yang menyatu dengan dapur di lantai bawah sana.

"What the h...."

Tak menunggu lama lagi, Richard berbalik cepat. Berlari menuju kamar mandi dan membersihkan diri sekilat mungkin.

Richard menuruni anak tangga dengan cepat. Menyebarkan aroma maskulin sabun dan shampoo yang dipakainya. Segera merengkuh sosok lembut itu dari belakang. Melabuhkan satu kecupan ringan pada pelipis, dan lantas berkata dengan hangat. "Love you."

Wanita itu berbalik. Melempar senyum manis, lantas mendorong Richard menggunakan ujung-ujung jemarinya yang berkuku indah agar menjauh darinya. "Duduk dan sarapan!" perintahnya yang langsung dipatuhi Richard.

Bak anak kecil, dengan sorot binar, Richard menanti makanan lezat yang berada di tangan indah itu hingga mendarat tepat di hadapannya.

"Cepat habiskan dan Mom akan membicarakan sesuatu denganmu!"

"Kau bahkan tidak membalas pernyataanku, Mom!" kesalnya terdengar manja. Diikuti satu suapan sarapan yang memenuhi mulutnya.

"Love you too, Son."

Alma menjauh dari meja dapur. Meninggalkan sang putera yang tengah lahap menikmati sarapan buatannya di meja dapur. Kemudian duduk dengan elegan di depan layar tv berukuran besar yang tertempel pada dinding. Meraih remote tv. Saluran fashion dan gossip selalu menjadi favoritnya.

Sementara Richard menghabiskan sisa sandwich daging yang ada di tangan, layar ponselnya menyala. Satu pesan singkat masuk.

[From Nadia] 8:17 am
Rich, kau sudah kembali?
Bisa aku mampir ke apartemenmu?
Kubawakan sarapan untukmu.

Sudut rahang Richard mengeras. Ia sangat kesal dengan sikap Nadia. Namun begitu, ia tak mungkin menghardik wanita itu. Selama ini Richard merasa cukup hanya dengan mengabaikannya meski tetap bersikap baik.

Jika saja suatu saat wanita itu menjadi-jadi, Richard takkan segan berbuat kasar. Ia sudah cukup merasa terganggu selama ini.

[To Nadia] 8:20 am
Terima kasih atas tawarannya.
Tapi ibuku sedang di rumah.
Kami sedang menyantap sarapan bersama.

Selesai mengirim pesan balasan, Richard menon-aktifkan ponsel. Meletakkan asal di atas meja dapur. Ia ingin tenang selama sehari penuh walau tidak akan ke mana-mana.

"Ada yang ingin kau bicarakan denganku, Mom?"

Richard menghempaskan tubuh di sofa. Tepat di samping ibunya yang tengah sibuk membuka-buka majalah fotografi. Bersandar nyaman pada sofa menunggu sang ibu bersuara.

Kena Kau, Gadis Kecil!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang