15

137 9 0
                                    

"Aku harus ke Zurich selama satu minggu."

Richard memasukkan potongan buah ke dalam mulutnya setelah mengatakan kalimat itu. Mengunyahnya pelan sambil menikmati cuaca pagi di sekitaran gedung studio yang dapat ia lihat dari tempatnya duduk.

Josh mengangguk paham. "Jadi kau menyetujui untuk menjadi narasumber creative talk di acara festival foto itu?" Menyesap teh hangat miliknya.

"Tidak ada salahnya." Richard menarik satu sudut bibirnya. "Kau pernah dengar sebuah idiom-sambil menyelam minum air, bukan?"

Tentu Richard tidak akan menyia-nyiakan kesempatan itu. Walau ia pemilik studio fotografi, seorang Richard tetap akan memanfaatkan fasilitas yang berbau gratis yang diberikan pihak panitia penyelenggara. Selain urusan pekerjaan, tentunya ia bisa menyisipkan acara berlibur di waktu luang.

"Whatever you do. Kau bossnya dan kau bebas!"

Richard tergelak. "Iri padaku, heh?"

Josh mendengus. Memilih menandaskan sisa air tehnya daripada menyahut ucapan 'terlalu' percaya diri sahabatnya itu.

"Selama aku tidak ada di sini, aku memberimu tugas mengawasi Luciana-"

"What?" sela Josh tak percaya. "Untuk apa gadis itu diawasi? Ia bisa menjaga dirinya sendiri, Jackson!"

"Oh, come on ... Aku tidak ingin membuang waktuku mencari gadis itu lagi jika ia kembali berani melarikan diri dariku!"

"Kembalikan 1000 Leva milikku dan aku akan melakukan tugas itu!"

Richard terkekeh. "Hei, Man! Jangan menjilat ludahmu sendiri. Memalukan!"

Josh tak menggubris. Memilih mencomot irisan buah melon di mangkuk Richard secara diam-diam saat pria itu lengah dan memasukkannya ke dalam mulut. Begitu tandas, ia melakukannya lagi dan lagi untuk jenis buah yang lain, hingga ...

PLAK!

"Oh shit!" Josh memekik kaget saat tangannya ditepis keras oleh Richard, sebelum ia benar-benar berhasil mengambil potongan buah kiwi.

Tak menghiraukan kata tidak berguna yang keluar dari mulut Josh, Richard dengan cepat menandaskan potongan buah yang hanya tersisa 3 iris ke dalam mulut menggunakan garpu dalam sekali tusuk.

"Kalau saja kau bisa mengikhlaskan biaya kamera tuamu itu, hidupmu tidak akan sesulit ini, Rich. Kau masih bisa menggunakan kamera terbarumu. Lagipula bukannya kau sudah tahu di mana tempat tinggal gadis itu?" Josh mendecakkan lidah.

Richard mengendikkan bahu. "Entahlah!"

Hanya menarik napas dalam yang bisa Josh tunjukkan sebagai tanggapan. Richard mendadak menjadi pribadi yang aneh. Mempersulit sesuatu yang mudah.

Josh tahu Richard hanya ingin menjerat gadis itu untuk dirinya sendiri. Terlepas urusan ganti rugi tentang biaya perbaikan kamera yang katanya mencapai harga kamera keluaran terbaru. Yang benar saja! Luciana terlalu polos dan mudah ditipu. Josh merasa prihatin pada sosok gadis belia itu.

Menyadari pandangan Richard tertuju pada satu titik di belakangnya, Josh pun menoleh. Ikut memerhatikan apa yang menarik perhatian sahabatnya itu dan lalu tersenyum miring.

See? Aku tidak akan salah menduga.

Dari tempat duduk di area cafeteria, Richard menembuskan sorot manik birunya melalui kaca jendela besar yang membentang di balik punggung Josh dan memusatkannya pada sosok yang baru saja turun dari sebuah mobil hitam yang kemudian melaju pergi meninggalkannya. Sosok itu tiada lain adalah Luciana.

Kena Kau, Gadis Kecil!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang