58

56 3 0
                                    

Tidak ada yang tidak melirik Luciana di ruangan penuh kerlap-kerlip lampu itu. Cahayanya membiaskan rona wajah Luciana menjadi kian bersinar.

Terlebih ia berpenampilan sedikit mature meski riasan di wajahnya natural. Sepasang bibir merah berkilau dipadukan rambut panjangnya yang terikat bak ekor kuda mengundang tatapan lapar para pria.

Mini dress ketat warna merah marun membalut tubuhnya hingga sebatas paha. Jaket kulit berpotongan crop yang melapisi cukup menutupi area dadanya yang penuh, namun tidak dengan bagian belakang.

Astaga!

Oh, jangan lupakan hoop earrings besar dan heeled boots selutut yang dikenakannya menambah kesan glamour dan menonjol.

Benar-benar bukan Luciana! Dan semua itu cetusan ide gila Mikayla.

"Aku tidak mau bertemu Caleb, Kay!"

Mikayla berdecak. "Pria itu memberi kode agar kita mendekat padanya!"

"Memangnya ia mengenalmu?" tanya Luciana bernada remeh.

"Terlalu sering aku mendapat hukuman menyalin pasal-pasal darinya karena keterlambatan masuk kelas." Mikayla menyengir kuda, sedangkan Luciana mencebikkan bibir sebagai respon.

Sementara Mikayla terus menarik lengannya, pandangan Luciana ikut beredar ke setiap sudut.

Jantungnya berdebar ketika tanpa sengaja ia menangkap sorot tajam Andrea yang tertuju padanya. Di sampingnya, Josh bersama seorang wanita cantik tampak melambaikan tangan padanya. Luciana membalas dengan senyum tipis serta anggukan kepala.

"Lebih baik aku bergabung dengan Josh dan teman-teman, Kay-"

"Saingan Richard bukan mereka, melainkan Caleb, Dear!"

"Astaga, Mikayla! Sepertinya kau memang salah minum obat hari ini-"

"OH, SHIT!"

Suara umpatan keras dari mulut seseorang menghentikan gerak Luciana dan Mikayla bersamaan. Pun menghentikan alunan musik dan merubah suasana sekitar menjadi senyap. Orang-orang hanya berbisik-bisik, tanpa ada yang berniat ingin ikut campur.

Pertunjukan seru-pikir mereka.

Luciana dan Mikayla menoleh, lalu melotot kaget karena menemukan tatapan marah Nicole.

Pandangan Luciana bergerak turun dan ia mendapati cairan pekat dalam gelas bertangkai di meja wanita itu tumpah. Namun airnya tidak menumpahi pakaian si wanita, melainkan mengalir ke arah lain, lantas menetes tepat di kain celana pria yang tengah duduk di sana, yang tiada lain adalah Richard.

Oh, Lord! Terjadi lagi!

Mikayla harus membayar ini! Karena langkah terburu-burunya akibat tarikan tangan gadis itu, tangan Luciana yang bebas, berayun ke sembarang arah, lalu tak sengaja menyenggol gelas kaca tinggi itu.

"Kau!" Nicole berseru kesal. Menyebabkan meja itu semakin menjadi pusat perhatian. "Sengaja melakukan ini untuk membalasku, Gadis Pucat?" Berdiri-menatap lekat-lekat Luciana yang terkesiap menerima perlakuan tiba-tiba itu.

Sejenak Luciana terdiam-meredam keterkejutan, sedangkan Mikayla, yang memposisikan diri di belakang Luciana, memasang raut cemas, bingung juga takut sekaligus malu.

"A-aku tidak sengaja, Nona! Maaf-"

"Maaf... maaf dan maaf! Untuk apa, huh? Apa hanya kata itu yang bisa kau ucapkan?"

Jika Luciana perhatikan, Nicole tampak berapi-api hanya karena masalah segelas air. Tentu! Luciana tidak tahu saja jika air yang tumpah itu sebenarnya telah bercampur serbuk kapsul yang Nicole tuangkan secara diam-diam tanpa sepengetahuan siapapun.

Kena Kau, Gadis Kecil!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang