40

68 7 0
                                    

Richard ambruk bersama Luciana yang tertelungkup di atas dadanya. Gadis itu pingsan setelah mendengar letupan pistol yang begitu dekat dengan telinganya.

"Amankan dua pria itu! Jangan sampai lolos!" Josh memerintah pada dua penjaga keamanan yang mengikutinya dari belakang. Menyimpan kembali pistolnya setelah sebelumnya ia gunakan untuk melumpuhkan lengan pria yang nyaris membunuh sahabatnya.

Benar-benar sialan!

Baru kali ini galeri mereka mengalami hal semacam ini. Entah apa motivasi dibalik semuanya! Sepengetahuannya seorang Richard tidak pernah bermain curang dengan para koleganya.

Kedua penjaga keamanan berbadan kekar serta berbalut kaus ketat warna gelap itu langsung bertindak cekatan. Meringkus dua pria yang kesemuanya tampak pasrah dengan rasa sakitnya masing-masing.

Satu terluka di bagian dada akibat hantaman boot Richard, dan pria lain terluka di bagian lengan di mana satu peluru Josh bersarang di sana. Keduanya diseret keluar tanpa perlawanan.

"LAIR! Bisa kau membantu memanggilkan mobil ambulan kemari?"

Dalair mengangguk saja menerima permintaan Josh. Merogoh ponsel di saku celana sambil berjalan keluar gedung galeri. Sementara Josh menangani Richard dan Luciana.

Richard terbaring di lantai dalam posisi menghadap langit-langit dan sadar. Wajah tampan itu tampak pucat menahan kesakitan. Rembesan darah pada lengannya semakin meluas seiring rasa nyeri yang menyebar.

"You look so terrible."

Sudut bibir Richard tersungging lemah. "I do but everything is okay, Dude!"

"Yeah, you have to always be okay. Jika tidak, aku tidak tahu hal mengerikan apa yang bakal terjadi padanya." Josh melirik Luciana yang masih terkulai tak sadarkan diri di atas dada Richard. "Aku tidak mengerti dengan adanya kejadian ini yang begitu tiba-tiba. Kau membuat ulah, heh?" lanjutnya mengalihkan kembali tatapan pada Richard. Melayangkan sorot jenaka sekilas pada sang sahabat.

"Tidak ada yang berubah dari diriku." Suara Richard terdengar parau. Ya, di balik rasa nyeri pada lengan, ia juga menahan nyeri pada pangkal pahanya.

Bagaimana tidak? Luciana is almost topless on his body. Shit!

"Secara tidak sadar kau melakukannya. It all started from the moment you met her."

Richard tertawa rendah. "Kau memang selalu memperhatikanku. I love you, Dude!"

Josh memasang ekspresi muntah. So disgusting!

"Jangan katakan Luciana memiliki secret admirer. Seorang pria kaya yang kemudian tahu dan tidak terima jika wanita idamannya dekat denganmu."

"Hal yang tidak masuk akal, Josh! Jika itu perbuatan orang yang menyukainya, tidak mungkin dua pria itu berani melecehkannya kecuali mereka memang ingin mati di tangan majikannya."

Putera Anderson itu terdiam. Keningnya mengerut-cukup dalam, mencerna ucapan Richard yang sialnya benar. Lantas pria itu mengangguk.

"Kupastikan aku-lah pria satu-satunya yang kini masuk ke dalam hidupnya."

Josh menatap Richard lama, sebelum kemudian berkata, "It means she's still too innocent to know a man like you, Brother! So, don't ever kill her heart or you'll destroy her from inside."

***

"You okay, Allen?"

Mata biru Richard berbinar. Ia bahagia Luciana-nya baik-baik saja. Pun tak terdapat diagnosa bahwa gadis itu mengalami traumatic pasca-kejadian tak menyenangkan malam lalu.

Kena Kau, Gadis Kecil!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang