52 (18+)

195 3 0
                                    

"Apa-apaan? Aku belum menerima permintaan maafnya, tapi gadis itu langsung pergi begitu saja! Tidak tahu tata krama!" keluh Nicole tiba-tiba. Menyugar rambutnya sekali hentak. Punggungnya bersandar pada kursi mobil, sementara matanya berkeliaran ke mana-mana.

Di sisi kemudi, Richard terlihat santai melajukan si merah gelap. Bola mata birunya menyorot jauh ke depan, namun siapa sangka jika isi kepalanya merekam kembali kejadian beberapa menit lalu.

"Apa semua penghuni panti itu tidak memiliki sopan santun?" Nicole mendengus. Masih meluapkan kekesalannya karena Richard tak berbuat apa-apa untuk menghukum si gadis pucat yang berniat menamparnya.

"Maksudmu?" Richard menoleh sebentar pada Nicole. Lantas kembali menghadapkan wajahnya ke depan.

"Berani-beraninya si gadis pucat menyebut namamu tanpa embel-embel apapun! Itu sangat tidak sopan, Rich!" Wajah Nicole berpaling pada Richard yang masih terdiam-tak menanggapi omongannya lebih jauh. "Apa selama ini gadis itu dan semuanya yang ada di sana memang seperti itu? Dan kau mengizinkannya?"

"Biarkan saja-"

"Aku tidak bisa menerima itu, Rich!" sela Nicole bernada tinggi. "Mereka seharusnya menghormatimu sebagai donatur terbesar!"

"Kami sudah seperti keluarga selama beberapa tahun ini, Nikki. Aku tidak marah dan kau tidak perlu mempermasalahkannya!"

Hanya dengusan sarat kekesalan dari Nicole yang Richard dengar. Ia pun menggelengkan kepalanya.

"Bisa kau jelaskan apa yang sudah kau lakukan pada Stella?" Richard membelokkan arah kemudi ke kiri-memasuki kawasan boulevard yang akan membawa kendaraannya menuju apartemen Nicole.

Ya, Richard tentu saja mendengar suara tangis anak kecil. Yang sebelumnya samar-samar menjadi semakin jelas. Lantas ia berlari keluar ruangan yang pintunya memang setengah terbuka.

Tepat di ruang tamu, ia bertemu Mikayla, yang tengah memangku Stella, hendak menaiki anak tangga. Refleks ia menghentikannya.

"Apa yang terjadi, Mikayla?"

"Tanyakan sendiri pada wanitamu!"

Itu jawaban Mikayla. Sorot mata gadis itu menajam dan terarah lurus-lurus padanya. Richard hanya bisa meloloskan napas panjang dan tak melanjutkan bertanya lebih jauh. Itu karena setelahnya, Mikayla langsung berlalu-meninggalkannya.

"Gadis kecil itu mengataiku dan aku tidak menerimanya!" geram Nicole yang kemudian menyadarkan Richard dari keterdiaman.

"Apa yang dikatakannya?" Richard melirik Nicole melalui ekor mata. "Jika memang ia melakukan hal buruk, aku akan memberitahunya bahwa yang dilakukannya itu tidak benar."

"Ia tidak terlalu suka melihatku selalu bersamamu dan menyebutku ibu beruang," dusta Nicole.

Sekuat tenaga Richard menahan tawanya. Menghentikan laju si merah gelap karena lampu lalu lintas berubah merah.

Di detik berikutnya, ia dikejutkan dengan Nicole yang merangsek duduk di pangkuannya.

Oh, God! Sejak kapan wanita itu melepas jaket kulitnya? Sengaja mempertontonkan aset bukit berharganya yang hanya berlapis tank-top tanpa bra tepat di depan matanya. Celah di antara keduanya cukup curam dan tentu sangat menggoda hasrat kelelakiannya.

Nicole benar-benar semakin berani!

"Nikki...." Suara Richard mendadak tenggelam. Wanita itu sengaja membangkitkan sesuatu yang tertidur di bawah sana dengan cara menggoyang-goyangkan pelan pinggulnya.

"Bring me to your mom and dad, Honey! Secepatnya! Ada hal penting yang ingin aku bicarakan dengan mereka." Nicole berbisik di depan wajah Richard yang perlahan memerah menahan gejolak gairah yang tersulut. Nicole mengalungkan lengan di sekitaran leher kokoh itu.

Kena Kau, Gadis Kecil!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang