18

108 6 0
                                    

"Apa yang sebenarnya terjadi?"

Richard bertanya setelah duduk di kursi tinggi pada kitchen island apartemen Josh. Memerhatikan Josh yang berjalan menuju lemari pendingin dua pintu di sudut ruangan.

Dulu-sebelum Josh menikah, ia senang menghabiskan waktu di unit tempat tinggal ini. Namun setelah pria keturunan Anderson itu memiliki seorang isteri, tentu ia tidak berani melakukannya meski Gabriella baik padanya dan membebaskannya untuk datang kapan saja.

"BO. Diagnosa dokter dan mau tidak mau harus dilakukan prosedur curettage," terang Josh yang tengah mengambil minuman dan snack di dalam lemari pendingin.

Gabriella atau akrab disapa Gabby oleh Richard, baru saja menjalani operasi kecil untuk mengeluarkan janin di dalam rahimnya yang tidak berkembang. Tepat dua hari setelah Richard terbang ke Zurich. Untuk itulah Josh tidak masuk bekerja dan harus menemani wanitanya itu selama pemulihan.

Richard mengangguk meski ia tidak mengerti istilah itu. "Berapa minggu usia kandungan Gabby?"

Josh menutup pintu lemari pendingin. Memutar tubuh menghadap Richard. "12 minggu dan janin itu tidak tumbuh sesuai usianya, Rich." Raut Josh muram. Air muka pria yang selalu terlihat ceria itu berubah keruh. Tentu Josh sedih karena calon anaknya gagal bertumbuh dengan baik.

"It's okay, Josh. Kalian masih bisa membuatnya lagi nanti."

Richard mengerling jenaka pada Josh yang berjalan menghampirinya dengan membawa dua kaleng softdrink dan makanan ringan. Josh menaruh apa yang dibawanya di atas meja. Mengabaikan pernyataan sang sahabat dan lantas mendudukkan diri di kursi samping Richard.

Josh menoleh ke belakang pada dua paper bag berukuran besar yang ada di atas meja ruang tengah dan menatap Richard kembali. "Apa yang kau bawa?" tanyanya. Meraih softdrink miliknya, membukanya dan meminumnya dalam dua kali tegukan.

"Navyboot untuk kalian berdua," jawab Richard singkat. Menandaskan minuman kaleng yang ada di genggamannya.

Josh terkekeh geli. "Kau sangat pengertian."

"Tentu saja. Aku tidak mungkin mengabaikan bawahanku-"

"Sialan!"

Josh melempar bungkus biscuit cokelat pada Richard yang langsung bisa ditepis pria itu dengan cepat. Lantas keduanya tertawa bersamaan. Tawa yang menggelegar hingga membuat istirahat seorang wanita cantik terganggu.

"Oh, boys! Kalian benar-benar mengganggu!"

Kedua pria dewasa itu menghentikan tawa, kemudian berpaling pada sumber suara dan menemukan Gabriella melangkah menghampiri area dapur dengan tangan sibuk mengikat asal rambutnya ke atas.

"Sorry, Gabby." Richard berucap santai tanpa merasa bersalah. "Bagaimana keadaanmu?"

"Aku sudah lebih baik, Rich," jawab Gabriella singkat. Membalas pandangan Richard dengan senyum kecil. "Kalian berdua pindahlah. Aku akan memasak makan malam untuk kalian!" usirnya lembut pada dua sosok maskulin di hadapannya.

"As your wish, My Queen."

Josh mengedipkan satu mata pada sang isteri dan langsung bergerak ke ruang tengah. Disusul Richard yang terkekeh di belakangnya. Gabriella memutar bola matanya dan di detik berikutnya, wanita itu telah berkutat dengan bahan-bahan makanan.

***

Richard menjatuhkan tubuhnya di atas permukaan sofa empuk di ruang tengah. Membiarkan kepalanya terkulai lemah, menghadap langit-langit ruangan yang tinggi dengan satu lampu kristal menggantung di tengah.

Kena Kau, Gadis Kecil!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang