26

72 6 0
                                    

Tidak sulit bagi Richard untuk meminta duplikat kunci loker karyawan. Ia tahu Luciana membawa bekal dan diam-diam menikmatinya saat jam istirahat tiba. Ia pun sebenarnya tidak ingin mengusik ketenangan gadis itu, namun ia sedang ingin menjahili teman kecilnya itu.

Menghabiskan bekal si gadis ceroboh itu sepertinya ide yang bagus-pikir Richard di pagi harinya.

Entah kenapa melihat kefrustrasian atau kegelisahan, bahkan raut polos Luciana akibat keusilannya, selalu berhasil membuatnya terhibur. Tidak pernah ada gadis yang sangat ingin ia jahili selama ini, kecuali Luciana dan Richard pun heran dengan hal itu.

Apa yang terjadi di area cafeteria siang ini pun sebenarnya tak lepas dari pandangan seorang Richard. Sungguh, Richard ingin tertawa keras ketika melihat raut syok gadis kecil itu, namun ia menahannya sekuat tenaga dan meledakkannya tiba-tiba kala memilih menjauh dari tempat itu untuk menuju ruang kerjanya.

"Kau akan pulang sekarang?"

Richard berpaling dan menemukan Josh menghampirinya. "Ya. Sudah tidak ada yang harus aku kerjakan," sahutnya dan kembali membereskan permukaan meja kerja.

"Café?"

"Tentu saja. Let's go!"

"Aku ikut denganmu. Gabby mengambil mobilku."

"No problem, Bro!"

Sepasang sahabat itu berjalan bersisian keluar studio. Kembali saling bercerita tentang perbuatan konyol yang mereka tujukan pada sosok Luciana siang ini dan berakhir membuat keduanya tertawa terbahak bersamaan. Pun mengundang kerutan tanda tanya di dahi orang-orang yang mereka lewati.

Josh masuk ke dalam mobil di bagian penumpang, sedangkan Richard berposisi di balik kemudi. Bersiap menghidupkan mesin, namun segera diurungkannya begitu mendengar gedoran kasar pada sisi kaca jendela samping.

Untuk sesaat, Richard dan Josh saling melempar pandang. Mengetahui waktu menunjuk pukul 6 sore dan Luciana belum juga kembali pulang. Seharusnya shift gadis itu sudah selesai sekitar pukul 5 mengingat pekerjaannya hanya bersifat part-time dan fleksibel. Richard tahu hari ini Luciana hanya mengikuti satu kelas di kampusnya.

Jadi benar apa yang dikeluhkannya? Bahwa ia tidak tahu bagaimana cara pulang? Josh membatin.

Sementara itu, Richard menekan tombol. Menurunkan kaca jendela mobil yang kemudian membingkai raut lelah bercampur kesal milik Luciana. "Ada apa?" tanyanya santai, seolah tidak pernah terjadi apa-apa.

"Dalair Si Kasir tidak memberitahumu?" balas Luciana bertanya dengan nada super kesal. Melipat lengan di depan tubuhnya.

"Memberitahu apa? Aku tidak punya urusan dengannya-"

"Aku kehilangan 43.00 Leva karena kau menipuku," sela Luciana yang kini merubah posisi lengan menjadi berkacak pinggang.

"Menipu apa? Luciana, sudah mulai gelap. Pulanglah!"

"Kau memintaku ke cafeteria dan aku harus membayar makan siangku. Bukankah seharusnya-"

"Kau makan dan kau memang harus membayar, Luciana." Richard mendecakkan lidah. Membuat Luciana membuka lebar mulutnya, tak percaya dengan perkataan itu dan Josh? Pria itu menahan tawa di balik punggung Richard.

"Apa?" lirih Luciana dramatis. "Kau ... KAU HARUS MENGANTARKU PULANG, ALLEN!" Kehilangan kesabaran, Luciana mulai berteriak.

"Berikan alasanmu kenapa aku harus menuruti perintahmu!"

Luciana menipiskan bibir jengkel. Pria ini benar-benar menyebalkan. Ia yang bersalah dan berniat mencuci tangan. Fine! "Karena ...." Menjeda ucapan dalam tiga detik, Luciana tampak berpikir. "Karena ...." Luciana mulai bingung untuk mengutarakan alasannya. Ia tak ingin malu hanya karena tidak memiliki uang cukup untuk membayar transportasi pulang.

Kena Kau, Gadis Kecil!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang