31

76 5 0
                                    

"Kau sudah siap?"

Richard melipat lengan dengan bahu bersandar pada ambang pintu kamar hotel di mana Luciana tidur.

Bola mata biru pria itu berkilat memerhatikan seksama Luciana yang tengah mengenakan sepatu sport putihnya di tepian ranjang. Gadis itu terlihat membungkuk. Jemarinya bergerak lincah menyimpulkan tali sepatunya.

Satu hal yang membuatnya kesal. Gadis itu berani mengabaikannya! Sialan!

Sambil menunggu, kepala Richard mulai menyusun kesimpulan jika ternyata Luciana merupakan satu-satunya teman perempuannya yang bergaya sporty.

Ya, karena hampir semua wanita yang ia kenal selalu berpenampilan modis dan seksi. Menonjolkan lekuk tubuh dengan pakaian kurang bahan dan ketat. Bertingkah manja, namun elegan dan berkelas. Kaki-kaki mereka yang terawat dan harum selalu terbungkus sepatu berhak tinggi dan mahal.

Unbelievable! Richard menggeram samar.

Luciana berbeda di matanya dan entah mengapa ia menyukainya. Dunianya menjadi sedikit berwarna karena kehadiran gadis itu yang tidak pernah ia bayangkan.

"Cepatlah sedikit! Kakiku kram, Luciana!"

Kepala Luciana menegak. Sepasang matanya melotot kesal. "Bersabarlah! Kalau kau ingin turun lebih dulu, lakukan saja! Aku tidak masalah!" Kembali menekuri tali sepatu yang sempat terhenti karena ulah Richard.

"Aku tidak mau kau tersesat di hotel ini nantinya. Itu akan merepotkanku."

"Terserah!" ujar Luciana tanpa mengalihkan fokus.

Richard terkekeh geli tanpa melepas tatapannya pada Luciana. Ia terhibur dengan suasana seperti ini. Tak hanya berdebat tentang hal sepele, melainkan menggoda sekaligus. Kira-kira bagaimana rasanya memiliki pasangan seperti ini?

Hari ini menjadi hari terakhir Richard, Josh dan Luciana berada di Selandia Baru setelah menyelesaikan pekerjaannya sehari lalu. Esok siang mereka harus kembali ke Sofia. Untuk itu, Richard berniat mengajak Luciana ke salah satu spot indah di Wellington.

Ya, karena niatan Richard membawa Luciana adalah memang untuk mengajak gadis itu berlibur. Bukan bekerja.

"Bagaimana dengan Josh? Kau tidak mengajaknya?" Luciana berdiri setelah memastikan simpul tali sepatunya benar dan kencang. Berjalan meraih tas punggung, lalu menghampiri Richard yang kemudian meluruskan tangan dan menegakkan tubuh.

Kepala Richard tergeleng. "Josh memiliki acara sendiri. Membeli beberapa pesanan isteri, orangtuanya dan juga mertuanya." Mengangkat bahunya tak begitu yakin.

"Lalu kau? Tidak membeli buah tangan? Untuk kekasihmu, mungkin?"

Richard tersenyum. "Kekasihku ada di sini. Untuk apa membelikannya? Ia bisa membeli sendiri apa yang ia inginkan," jawabnya ringan-terselip candaan. Tanpa diduga, reaksi Luciana atas jawabannya justru membuatnya tertegun sekaligus geram.

"Woah!" kaget Luciana, terdengar antusias. "Jadi, kekasihmu tinggal di kota ini? Kenapa kita tidak mengunjunginya kalau begitu?"

Oh, My Goodness! Richard memukul gemas keningnya sendiri. Betapa polosnya gadis yang tengah bersamanya ini! Lalu apa yang ia harapkan? Luciana tersipu atas pernyataannya, begitu? Ck.

Luciana mengangkat bahunya. Melangkah keluar kamar melewati Richard dan membiarkan pria itu menutup pintunya.

***

"Kita akan ke mana?" tanya Luciana. Perjalanan mereka dari hotel sampai detik ini telah memakan waktu yang cukup lama.

Pandangan Luciana terus tertuju ke depan, di sisi kanan-kiri jalan di sekitaran, melalui kaca depan mobil. Terpana melihat betapa bersihnya kota yang tengah ia dan Richard kunjungi. Jalanan lengang-tak terlalu banyak kendaraan. Udara sejuk minim polusi.

Kena Kau, Gadis Kecil!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang