28

77 5 0
                                    

"TIDAK! AKU TETAP TIDAK MAU!" Luciana menggeleng kuat-kuat. Menyemburkan penolakan. Cukup keras dan tegas.

"Apa alasanmu menolak penawaran itu, Luciana?" tanggap Josh yang duduk di sofa-berseberangan dengan Luciana. "Kuharap kau sudah memikirkannya baik-baik. Kutekankan sekali lagi bahwa kau akan dibayar penuh untuk itu."

Sudut pipi Luciana menggembung dengan isi kepala berputar. Memikirkan sekali lagi penawaran menggiurkan dari Josh.

Sial! Mulut Josh benar-benar berbahaya! Penekanan iming-iming royalti yang akan diterimanya cukup memengaruhinya hingga perlahan mengundang keraguannya untuk mengabaikan tawaran itu begitu saja yang kemudian terpancar melalui sorot matanya.

Josh menghentakkan napas pendek kala menyadari Luciana hanya terus terdiam. "Bagaimana, Luciana? Kau yang terpilih dari dua kandidat lainnya. Itu berarti kau pantas berada di depan kamera sebagai foto model brand produk itu," ungkapnya panjang lebar.

"Lagipula, kau bisa membayar hutangmu pada Richard dengan uang itu, bukan?" Josh bersuara lirih. Mengerling pada sosok yang tengah ia bicarakan melalui ekor matanya.

Richard mendengus kesal ketika menangkap kerlingan Josh yang tampak begitu menyebalkan. Dengan sengaja ia menyibukkan diri di meja kerjanya. Menilai beberapa foto hasil editing timnya, sesuai instruksi yang diberikannya, yang akan dipamerkan di grand opening nantinya.

Richard menyerah. Konsentrasinya membuyar akibat mulut Josh yang tak henti-hentinya menyemburkan bujukan pada Luciana.

"Tapi, Josh-"

"Luciana, apa kau lupa dengan salah satu poin kesepakatan yang sudah kau tanda tangani, heh?" Satu alis Josh melengkung naik. "Aku hanya mengingatkan bahwa kau tidak bisa menolak jika atasanmu sewaktu-waktu merubah isinya, bukan? Dan kali ini atasanmu itu memintamu menjadi model pengganti."

Josh bersedekap. Menyandarkan punggung pada sofa. Menyeringai samar karena ia tahu Luciana tidak akan pernah bisa menghindar. Pasal-pasal karangan Richard memang ampuh mengikat pergerakan gadis itu agar takluk dalam kuasa pria itu.

Di sisi lain, Luciana menggerutu dalam hati. Untuk apa Josh mengingatkannya tentang kesepakatan sialan itu? Tentu ia akan selalu ingat dan menjadikannya kenangan buruk nanti setelah semua berakhir.

"Bukankah begitu, Richard?" Josh berpaling pada Richard. Meminta dukungan sang pemimpin yang mencetuskan poin-poin karangan itu.

Josh tidak tahu saja bahwa saat ini Richard benar-benar ingin melayangkan tinju pada wajah tampannya itu. Richard sadar dan mengerti konsekuensinya jika Luciana benar-benar menjadi foto model produk itu setelahnya.

Tanpa berniat menanggapi, Richard berdiri dari kursi empuknya. Meninggalkan sejenak layar laptop yang menyala dengan beberapa file foto yang terbuka. Menghampiri set sofa dan menjatuhkan dirinya tepat di samping Josh.

Josh menyambut Richard dengan melabuhkan satu tepukan kuat di pundak pria keturunan Jackson itu. "Richard yang akan mengambil gambarmu, Luciana. Semua orang tahu jika pria ini yang berada di balik kamera, hasilnya akan selalu sempurna. Kau tidak perlu meragukannya." Tersenyum bangga selepas memamerkan keahlian sang sahabat.

"Kau terlalu banyak bicara, Josh!"

"Itu memang tugasku, Dude!" jawab Josh cepat. "Bagaimana, Luciana? Waktu adalah emas. Jangan kau sia-siakan." Melayangkan tatapan serius kembali pada Luciana yang duduk gelisah di sofa seberang.

Helaan napas Richard terdengar samar, namun cukup mewakili perasaan kesalnya. Ia benar-benar dibuat menyesal setelah Josh mengingatkan Luciana mengenai poin ketiga untuk memecahkan masalah ini!

Kena Kau, Gadis Kecil!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang