"AVA!"
Dengan tiba-tiba suara maskulin dan berat membelah keheningan ruang tengah di mana Luciana dan Ava sedang duduk saling berhadapan. Pun keduanya mengarahkan wajah ke sumber suara bersamaan.
Oh, Lord! Luciana mendesah risau. Menemukan Richard berdiri menjulang tak jauh dari mereka berdua.
Lelaki itu tampak tidak baik. Kemeja yang melapisi kaus polosnya sedikit lembab. Pun begitu dengan rambutnya. Titik-titik air mengalir di sudut-sudut keningnya.
Sejak kapan hujan turun?
Ah, terlepas dari itu, Richard memang tampan dalam keadaan apapun!
Oh, Luciana langsung membuang muka. Enggan menatapnya terlalu lama, atau ia akan semakin merasakan sakit di hatinya.
"Rich?" Ava bersuara. Cukup heran dengan kedatangan sosok Richard. Pun wanita itu berdiri. Berjalan pelan menghampiri Richard yang napasnya terdengar tak beraturan.
"Ada apa, Rich? Ini sudah malam." Ava sedikit melirik jam dinding. Jarum pendeknya tertuju pada angka 10 lebih.
"Apa kau tidak tahu jika Emeraude baru saja menghubungiku, Ava?" Richard melempar balik pertanyaan. Melengkungkan satu alis. "Sebelum benar-benar aku menjawabnya, mereka mematikan sambungan. Membuatku panik dan berpikir yang tidak-tidak jika terjadi sesuatu di sini. Untuk itu aku bergegas kemari," jelasnya panjang lebar.
Mendengar penjelasan itu, Ava terdiam-mencerna dalam kondisi bingung. Sementara di sisi lain, dalam posisi duduk yang sedikit membelakangi kedua manusia itu, Luciana membuka mulutnya lebar-lebar.
Ya ampun! Kenapa pria itu harus datang! Luciana membatin dengan jantung yang berdebar-debar.
Jujur, ada setitik perasaan tidak enak di hati. Richard nyatanya benar-benar memerhatikan Emeraude. Sejak dulu hingga detik ini. Lalu?
Luciana yakin 100% jika Ava tidak akan pernah sanggup meminta Richard menghentikan pendanaan. Pun berkat pria dewasa menyebalkan itu pula kehidupan anak-anak di sini terjamin dari segala segi.
Pasca-sadar dari keterdiaman, Ava kembali bersuara. "Duduklah dulu, Rich! Biar aku buatkan secangkir minuman hangat untukmu," katanya lembut. Lantas berlalu ke dapur.
Kepergian Ava menciptakan suasana aneh di ruangan itu. Luciana menggigit kuat bibir bawah bagian dalam, bersamaan ia merutuki Ava yang meninggalkannya seorang diri. Di sisi lain, Richard bergerak. Meraih duduk di sofa tunggal.
Oh, ya ampun! Seketika Luciana semakin berdebar ketika mendapati Richard berada di sebelah kirinya. Ya, meski masih terbentang jarak karena ia berada di sisi terjauh.
Luciana merasa seluruh wajahnya memanas. Melalui ekor mata, Luciana sangat tahu jika iris biru itu terarah padanya tanpa kedip. Oh, ingin rasanya Luciana menghilang saat ini!
Bibi Ava, cepatlah!
"Minumlah, Rich!"
Thank, God! Luciana mendesah lega.
"Biar kugantung kemejamu!" Ava menarik lepas kemeja hitam bergaris vertikal yang lembab milik Richard perlahan.
Oh, Richard menurut bak anak kucing. Hingga kini hanya menyisakan selapis kaos putih polos yang melekat di tubuhnya. Kaos ketat itu cukup memperlihatkan tubuh Richard yang tampak penuh otot.
Ya Lord! Mata biru itu! Kenapa masih saja tertuju padanya!
Aku benar-benar ingin mencongkel biji mata itu!
"Aku akan carikan kemeja kering yang bisa kau pakai-"
"Biarkan aku yang mengambilnya, Bibi!"
"Tidak, Luciana! You just stay here!" peringat Ava. Mengacungkan telunjuk. "Temani tamu kita, okay?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kena Kau, Gadis Kecil!
RomanceWarning! ⚠️ Rate 21+ Keputusan Richard Allen Jackson (30) untuk berkunjung ke salah satu store kamera terbesar di Sofia hari itu menjadi kesalahan fatalnya. Kamera istimewanya yang seharusnya hanya mendapatkan service ringan mendadak hancur akibat u...