Ting!
Pintu elevator terbuka. Richard melangkahkan sepasang kakinya yang terbungkus boots keluar kotak besi yang sempit menuju ruang kerjanya. Masih dengan Luciana yang tangannya tergenggam erat seolah ia khawatir gadis itu akan melarikan diri lagi darinya.
"Masuk dan duduk di sana!" ucap Richard setelah membuka lebar pintu ruangannya. Menunjuk satu set sofa hijau lumut yang memberi kesan earthy ruangan bernuansa putih itu.
Luciana mengangguk patuh. Berjalan pelan menuju sofa tunggal dan mendudukkan dirinya di sana. Ketakjuban yang terlukis di wajahnya terlihat jelas oleh Richard yang lagi-lagi hanya bisa mendengus sebagai bentuk tanggapan.
"Tunggu aku di sini! Jangan pernah berpikir untuk kabur atau aku benar-benar akan melahap habis dirimu. Mengerti?" ancam Richard yang masih di ambang pintu dan lalu menutupnya. Meninggalkan Luciana seorang diri di dalam sana yang seketika melongo tak percaya.
Saat akan menuju salah satu studio foto guna memberi arahan pada Andrea yang akan menggantikannya melakukan pemotretan seorang model pria, langkah Richard dihentikan paksa oleh seseorang.
Josh.
"Hei, Dude. Serius? Kau membawa pelayan itu kemari?"
Richard mengangguk santai. "Ia akan mulai bekerja hari ini. Setidaknya untuk mengisi kekosongan sebelum kita mendapatkan pekerja baru yang lainnya," jawabnya bersedekap.
"Sampai kapan kau akan mempekerjakannya dengan cara sadis seperti itu?"
"Sampai hutangnya lunas!"
"Hutang apa, Rich?"
Richard mendecakkan lidah. "Gadis itu yang menghancurkan kamera pertamaku dan ia tidak sanggup menggantinya dengan apapun. Hanya cara ini yang bisa kulakukan-"
"Itu memakan waktu yang sangat lama, Richard Jackson. Biar kuberi saran padamu! Mungkin kau bisa memasukkannya ke dalam portofolio fotografimu. Ia gadis yang cukup menarik dan sangat manis. Menurutku portrait photography cocok untuknya. Jika berhasil, akan mendapatkan upah yang lumayan ketimbang-"
Memasukkannya ke dalam portofolio? Gadis itu?
Richard mengangkat satu tangan. Menghentikan paksa ujung lidah Josh agar tidak lagi menuntun pria itu berkata-kata lebih panjang. "Aku tahu apa yang harus aku lakukan!"
"Bukankah akan berakhir sama saja-pertama, aku membayarnya utuh dan ia harus memberikan setengahnya padaku sebagai cicilan. Kedua, aku membayarnya separuh gaji yang seharusnya ia terima?" Richard mengangkat satu alis.
Josh mendengus. "Tentu saja berbeda, Bodoh! Pertama atas dasar kesepakatan bersama dan kedua paksaan yang merugikan."
Richard mengibaskan tangan. "Sudahlah, Josh! Aku sedang tidak ingin berdebat." Melangkah pergi meninggalkan Josh yang mengekorinya.
"Bagaimana jika gadis itu tidak terima dengan pemikiran konyolmu itu?" tanya Josh di tengah perjalanan mereka menuju salah satu ruang studio foto. Keduanya memasuki elevator bersama-sama yang kemudian membawa mereka ke dua lantai di bawahnya.
"Rich!" seru Josh gemas kala Richard tak kunjung meresponnya sampai keduanya keluar kotak elevator.
"Oh, Gosh-"
"Aku akan membuatnya menerima apapun yang akan aku katakan!" tandas Richard cepat, penuh percaya diri. Memasuki ruang studio dan langsung menutup pintunya begitu saja-seakan lupa Josh berada di belakangnya.
"Kudoakan kau jatuh cinta pada gadis itu, Jackson!"
Josh berkacak pinggang. Menatap lurus pintu yang baru saja tertutup-nyaris menghantam ujung hidung mancungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kena Kau, Gadis Kecil!
RomanceWarning! ⚠️ Rate 21+ Keputusan Richard Allen Jackson (30) untuk berkunjung ke salah satu store kamera terbesar di Sofia hari itu menjadi kesalahan fatalnya. Kamera istimewanya yang seharusnya hanya mendapatkan service ringan mendadak hancur akibat u...