"Luciana!"
Tepukan lembut di pundak berhasil membangunkan Luciana dari lamunan. Namun matanya masih terus terpusat pada iris biru milik Miles yang sejak tadi berada di pangkuan.
Bola mata biru yang menatapnya lembut itu menariknya masuk-jauh ke dalam. Membawanya berputar-putar hingga seolah ia tiba di awal perjumpaannya dengan sosok Richard. Lantas menjejak ke setiap pertemuan demi pertemuan sebelum kemudian Ava menyentuhnya-menyadarkannya bahwa semua itu hanya alam bawah sadarnya yang sedang berkelana.
Seluruh perilaku pria dewasa itu padanya merasuk ke seluruh sel saraf di tubuhnya. Mengirim desiran hebat yang tertuju ke dada. Mendorong paksa satu titik air mata meluncur mulus dari sudut matanya.
Oh, Luciana merindukan Allen.
"Kau bisa menceritakan masalahmu padaku, Lue."
Suara lembut Ava menggetarkan hatinya. Membuat Luciana semakin ingin menangis, tapi ia menahannya.
Sepasang tangannya kembali bergerak mengayun Miles yang terbaring di lengannya sebagai bentuk pengalihan. Luciana memang sedang berupaya menidurkan bayi bermata biru itu sejak setengah jam lalu. Malam kian larut, tapi Miles sepertinya masih ingin bermain.
"Tidak ada yang perlu diceritakan, Bibi."
"Aku sudah menganggapmu sebagai puteriku sendiri sejak dulu, Luciana." Ava mengusap bahu Luciana pelan. "Berbagilah denganku, hmm? Agar beban di dadamu terangkat."
Hening. Luciana menutup rapat mulutnya. Enggan bersuara.
"Kau merasa tertekan dengan pekerjaanmu?" lanjut Ava bertanya.
Gerakan tangan Luciana menidurkan Miles terhenti. Dadanya terasa nyeri, seakan sebuah jarum kecil menusuknya di sana.
"Keluarlah, jika itu yang kau rasakan, Lue! Sebenarnya kau tak perlu bekerja. Semua kebutuhan hidupmu tercukupi di sini. Kau cukup fokus dengan pendidikanmu. That's it!"
Kepala Luciana tergeleng. Bibirnya menipiskan senyum yang ditujukannya pada Miles yang praktis langsung membalas.
Ah, lucunya bayi ini!
"Pekerjaanku sangat mudah, Bibi. Waktunya pun bisa aku sesuaikan dengan jadwal kelasku di setiap harinya," jelas Luciana tenang. Menjeda beberapa detik. "Aku akan bosan jika terus-terusan menghabiskan waktu di dalam kamar jika sedang tak berada di kampus." Menoleh pada Ava, masih dengan senyum di wajahnya.
"Bagus kalau memang begitu adanya! Lalu apa yang menjadi pikiranmu akhir-akhir ini?" Ava masih mencecar dengan pertanyaan meski dengan suara lembut layaknya seorang ibu. Rasa khawatirnya cukup tinggi terhadap Luciana. "Kuperhatikan kau sangat terbebani, Lue."
"Kau tidak perlu mengkhawatirkan aku, Bibi. I'm just fine-"
"Kau seperti menjauh dari Richard? Ada apa?" potongnya cepat.
Sejenak napas Luciana tertahan. Namun dengan segera, ia mampu mengembalikan suasana hatinya. "Aku tidak sedang menjauh dari siapapun, Bi." Memusatkan pandangan pada Miles kembali. Menghindari sorot mata Ava yang menuntut.
"Lalu kenapa kau melarangku menghubungi Richard saat kau jatuh sakit? Terkesan kau memang sedang menghindarinya, Luciana." Ava mendesah lelah. "Pria itu tampak mengkhawatirkan keadaanmu-"
"Tidak, Bibi." Kepala Luciana sontak menggeleng cepat. "Ia tidak pernah merasa seperti itu padaku!" sahutnya bernada marah dengan tiba-tiba.
"Pria itu justru yang menyebabkanku sakit!" Luciana meneruskan, dan kini disusul lelehan air matanya yang sudah tak lagi mampu ditahannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kena Kau, Gadis Kecil!
RomanceWarning! ⚠️ Rate 21+ Keputusan Richard Allen Jackson (30) untuk berkunjung ke salah satu store kamera terbesar di Sofia hari itu menjadi kesalahan fatalnya. Kamera istimewanya yang seharusnya hanya mendapatkan service ringan mendadak hancur akibat u...