jeno menghela napas nya untuk kesekian kalinya karena lagi lagi ia terbangun di rumahnya sendiri yang bahkan tidak ia anggap rumah. Dia tadi niatnya hendak tidur di cafe saja tapi taeyong mengusir nya karena pemilik cafe itu hendak tidur di cafe bersama mark dan mereka hanya ada satu kamar di cafe sehingga mau tidak mau jeno harus kembali pulang dengan menaiki mobil milik jaehyun.
Dan sekarang jam menunjukkan pukul dua malam, ia terbangun karena merasa ada seseorang yang tidur di atas nya dan benar saja saat ia terbangun, ia bisa melihat ada rambut kusut di atas wajahnya hingga membuatnya spontan mengucapkan doa hingga wanita tersebut kepanasan.
Dan perut nya sekarang berbunyi karena kelaparan. Ia lupa untuk mengisi makan malam karena tadi cafe untungnya sedang padat padatnya. Dan alhamdulillah, honor nya bulan ini sudah turun dan mendapat bonus karena banyaknya pengunjung yang datang.
ini salah satu alasan kenapa jeno senang bekerja dengan Mas Arkhan, walau ngomel nya setiap hari udah kaya gerbong kereta tapi kalau urusan duit jangan ditanya royal nya minta ampun.
Karena lapar, jeno kemudian memilih untuk keluar kamar nya dan melangkah ke dapur yang ada di lantai satu untuk mencari adakah makanan sisa yang masih ada untuknya atau ada mie instan yang masih bisa di sisakan untuk ia makan di malam hari ini.
Dengan bersinarkan lampu dari luar rumah yang menyala redup, jeno melangkah ke dapur. Mencari apakah masih ada nasi sisa tadi malam yang ada karena sepertinya lauknya sudah habis. mungkin jeno bisa menggoreng telur setelah ini untuk makan malam. Dia tidak masalah dan tidak merasa untuk menyalahkan mereka yang menghabiskan makanan karena jeno sendiri jarang bergabung di meja makan.
"oh hujan" ujar nya saat suara petir menyambar beserta suara guyuran hujan yang turun begitu deras beserta angin kencang. mungkin karena sekarang sudah mulai masa penghujan sehingga intensitas hujan semakin sering dan oh ingatkan jeno untuk tidak lupa membawa payung atau jas hujan nanti.
"AAAH" jeno terlonjak saat mendengar suara petir yang disambut suara teriakan seorang perempuan dari balik badannya saat ia hendak mengambil telur. Ia berbalik dan langsung berhadapan dengan karina yang berdiri terkejut dengan memegangi dadanya. "ku kira hantu" karina berujar sambil mengatur napasnya.
jeno mengangkat bahu. ia kemudian mengambil piring untuk mengaduk telurnya karena rencana nya ia hendak membuat telur dadar.
Karina menyalakan lampu dapur kemudian berjalan mendekat. "mau bikin apa?" tanya nya sambil mengintip apa yang sedang kakak nya buat. ia mengintip di balik bahu besar sang kakak membuat jeno melirik nya. "telur dadar. Laper" ujar nya sambil mengocok telur dengan garpu.
"oh kayanya ada jamur, sosis, sama bakso. mau? Biar aku sekalian potongin sama bawang. Masa kakak makan cuma sama ini aja" belum mendengar jawaban dari jeno, karina beranjak menuju dapur. Ia mengambil bakso, sosis, serta jamur. Tak lupa bawang putih, bawang merah, bawang bombay, serta daun bawang di tangannya.
Ia kemudian mengikat rambutnya menjadi ikatan lebih tinggi sebelum mulai memotong motong bahan bahan. Jeno bisa menilai kalau adiknya pandai memasak sementara dia hanya bisa memasak seadanya saja. Jadi ia lebih baik melipir, mengambil dua buah telur dan memecahkan nya lagi. "ngapain bangun?" jeno bertanya kepada karina yanh sedang mengiris bawang dengan lihai.
Karina menoleh ke arah kakak tirinya sekaligus teman satu kelasnya kemudian tersenyum. "sama. laper. Tadi makan nya sedikit karena besok kan ada ujian matematika kan? Kakak udah belajar?" ujarnya berbalik bertanya. Jeno menggelengkan kepalanya. "belum sempet. gue langsung kerja. mungkin besok pavi" karina hanya menganggukan kepalanya mengerti kesibukan sang kakak yang memilih untuk bekerja.
Dia saja pulang sekolah sudah lelah sekali apalagi kakaknya yang langsung bekerja dan sering pulang larut. Dan dia bahkan bisa mendapat nilai sempurna di kelas bahkan bisa menjawab pertanyaan sang guru dengan lugas walau wajah nya selalu mengantuk pada kelas kelas pagi karena tidur larut malam.
jeno menyingkir saat karina mengambil alih, ia memilih untuk mengambil nasi yang ada di rice cooker dan membawanya ke meja makan membiarkan adiknya menggoreng telur di teflon. Ia kemudian mengambil saus, kecap, dan air dingin dari kulkas sambil menunggu karina menggoreng telur.
"ini, bagi dua ya, kak" karina memberikan telur kepada jeno. jeno menganggukan kepalanya kemudian mengambil setengah telurnya membiarkan karina menghabiskan setengah telurnya yang lain. mereka mengobrol di tengah hujan yang kembali mengguyur dengan deras nya sesekali berbincang tanpa menyadari ada dua orang yang menatap mereka berdua dalam diam dengan air mata yang sesekali turun.
tidak apa apa jeno membenci mereka karena mereka memang bersalah tapi ternyata jeno tidak pernah membenci adik tirinya dan itu membuat mereka bahagia.
***
Dengan tergesa gesa, jeno turun dari kamarnya karena merasa jam sudah menunjukkan pukul tujuh kurang sepuluh dan dia belum berangkat ke sekolah.
"jen, sarapan dulu?" jeno yang sedang memakai sepatunya melirik sekilas ke arah sang ayah yang menyapanya. Ia bisa melihat karina juga sedang tergesa gesa menyiapkan bekal karena dia juga sepertinya bangun terlambat mengingat mereka berdua tidur pukul tiga malam lebih.
"telat" ujar nya kemudian berjalan ke arah lemari dimana ada salah satu helm full face miliknya yang jarang sekali ia pakai.
melihat kakaknya hendak mengeluarkan motor yang jarang sekali ia pakaj karena biasanya ia membawa sepedanya untuk berangkat, karina cepat cepat berlari "KAKAK, TUNGGUIN ADEK" teriaknya sambil tergesa gesa memasukkan dua bekal makanan ke dalam tas nya.
Jeno yang hendak keluar rumah berdecak. "BURUAN UDAH SIANG" ujarnya berjalan menuju garasi motor membiarkan karina berpamitan. "ma, pa, karin sama kakak berangkat ya. bye bye" ujarnya kemudian tergesa gesa berlari.
Ia langsung bisa melihat dengan gagahnya kakaknya menaiki kawasaki ninja keluaran terbaru yang jarang sekali dipakai padahal ini hadiah ulang tahun dari sang papa. Ia kemudian mengambil helm soft pink milik nya kemudian berjalan menuju sang kakak dengan tergesa gesa.
Melihat adiknya kerepotan, jeno menoleb dan menyadari kalau adiknya hanya memakai rok selutut dan mau tidak mau harus duduk menyamping. Jeno berdecak kemudian mengulurkan tangannya. "hah?" karina kebingungan.
"pegangan. buruan udah siang" mendengar itu karina menggenggam tangan jeno kemudian menaiki motor jeno dengan sedikit kesusahan. Ia kemudian meletakkab tote bag di pangkuannya kemudian berpegangan pada bahu jeno yang mulai menjalankan motornya dengan kecepatan tinggi karena sudah telat.
Begitu mereka sampai di sekolah, bel sudah berbunyi membuat mereka berdua cepat cepat berlari ke dalam kelas yang berada cukup jauh dan untungnya mereka belum melihat ada guru yang masuk.
"habis marathon lo ngos ngosan begitu?" jaemin mengomentari jeno yang berkeringat. Ia menganggukan kepalanya kemudian meletakkan tas nya di kursi sebelum karina kembali mendekat dengan kotak bekal berwarna bening yang ternyata isinya untuk dia. "punya kakak, ketinggalan. Dimakan ya, lumayan uang nya bisa disimpan ga dipakai buat jajan" ujarnya sebelum berjalan kembali ke kursi nya.
jeno bisa melihat wajah meledek teman temannya. terutama haechan yang ekspresi wajahnya sangat menyebalkan. "kakak panggilannya nih. pacar lo jen? sejak kapan jadiannya" jeno berdecih kemudian memasukkan kotak bekal di laci mejanya.
"dia adek gue. Wajar kalau dia panggil gue kakak?" mereka bertiga langsung shock mendengar ucapan jeno.
"adek? gimana ceritanya adek lo seumuran lo? dia kembaran lo apa gimana?" jaemin me nyuarakan rasa penasarannya.
jeno mengangkat bahu. "panjang ceritanya"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cafe : The Last mission
FanfictionSabiru Jeno Mahaprana terbangun setelah tiga tahun dari tidur panjangnya yang begitu lelap dengan fakta bahwa sang ibu, ternyata sudah meninggalkan dirinya untuk selamanya saat ia tertidur. Tak hanya itu, Jeno juga terbangun dengan sebuah kemampuan...