Seperti jadwal yang ditentukan, jeno datang ke sekolah pukul enam lebih dua puluh. Lebih awal dari yang lain. Ia pagi ini tidak membawa motornya karena bingung hendak dititip kemana. Jadi dia dibonceng adik iparnya yang ia paksa untuk bangun pagi setelah malam pertama pernikahan mereka untuk mengantarkannya :3
"dah? ada lagi yang ketinggalan?" yeonjun sambil menguap bertanya. Jeno menggelengkan kepalanya. "kaga ada. Lo ngapain sih kaya ngantuk amat perasaan. habis ngapain semalam?" ledek jeno. Yeonjun menoyor kakak iparnya. "gue tau pikiran lo kemana ya, anjing. Karina semalen boro-boro bisa tidur. perutnya keram semaleman trus badannya sakit sampai ga bisa tidur. subuh subuh dah mual mual, gimana gue bisa tidur anjir" keluh yeonjun di hari kedua pernikahannya. Jeno membuka mulutnya. "serius? kok ngga bangunin gue?"
yeonjun menguap. "lo aja sama sama cape lagian gue lakinya. Ya udahlah sana berangkat gue mau lanjut tidur mumpung karina tidur. Gue pinjem kamar ya" jeno menganggukan kepalanya. Tentu saja karina jika kasurnya bergerak akan ikut terbangun jadi opsi terbaik ya yeonjun pagi ini tidur di kamar jeno mumpung jeno nya tidak ada di rumah.
"atur aja lah. Lu belum ketemu ngidam yang aneh aneh" ledek jeno. Yeonjun mengerang. "semoga anak gue nurut deh beneran. Mak bapaknya udah pusing banget kurang tidur" lagi lagi jeno tertawa.
"dah gue balik ya, mau tidur" ujar yeonjun memakai helm nya dan menyalakan motor milik jeno. Jeno menganggukan kepalanya membiarkan yeonjun mengemudikan motornya untuk kembali ke rumah meninggalkan jeno yang sedang mencari anak osis.
"gue telat ga? sorry sorry gue lupa malah keramas jadi rambut gue masih basah dan terpaksa harus ngeringin sama nyatok jadi lama" jeno yang sedang duduk di kursi dekat pohon beringin menoleh ke arah yeji yang datang dengan terburu buru.
"santai. Anak osis juga belum pada dateng. Kita aja kayanya yang kepagian" komen jeno sambil membuka ponselnya mengabari mark bahwa dia sudah ada di sekolah.
"bagus lah. Gue mau skin care an bentar" ujarnya kemudian mengeluarkan skincare dari pouch kecil yang ia bawa di tas nya. sedikit kesulitan karena ia membawa tas yang cukup besar. Melihat temannya kesulitan, jeno mengambil cermin yang dipegang yeji kemudian memeganginya dengan tangan kiri sementara tangan kanannya bermain ponsel.
sedikit terkejut karena tindakan jeno, yeji langsung melanjutkan memakai skincare untuk wajahnya. "thanks. Lo ngga pake skincare?" jeno menoleh mengembalikan cermin milik yeji kemudian mengerutkan keningnya. "buat apa?"
"biar ngga rusak kulit lo. Lo beneran ngga pake?" jeno menggelengkan kepalanya. Wajahnya ya seperti ini ini saja. Dia tidak pernah ada keluhan tentang wajahnya.
yeji berdecak. "nih mending lo pake sunscreen punya gue aja. Daripada muka lo kena paparan sinar matahari"
"emang kenapa kalau muka gue kena matahari? gue juga ngga bakal berubah jadi rangers merah elah" yeji melotot. "pake ngga?" jeno mendesah lelah, takut nyai di sebelahnya ngamuk, ia memilih memasukkan ponsel nya ke saku. "iya nyai, iya" ia memilih menurut, membuka telapak tangannya meminta sunscreen dari yeji. "spf 50, buset banyak amat" komentarnya yang dibalas lirikan tajam yeji membuatnya mengkerut sehingga mau tidak mau dia melakukan apa yang diminta ibu bendaraha kelasnya yang terkenal galak.
Tidak berselang lama, satu per satu anggota osis berdatangan. Mina langsung mengarahkan mereka untuk duduk di dalam bus karena perjalanan akan mereka tempuh. Jeno duduk di bangku panjang bersama mark, langsung akrab dengan osis kelas sebelas. terbukti dia sudah memangku gitar entah milik siapa dan memetiknya.
mereka sampai ketika jam menunjukkan pukul sembilan setelah mengurus segala perizinan, akhirnya rombongan osis plus anak mpk selundupan berhasil masuk. jeno menempati tenda dimana ia ada dengan mark, sebenarnya dia bisa tidur dimana saja tapi mengingat ini hutan dan tentu saja banyak 'mereka' ia akan cari aman untuk tidak jauh jauh dari mark hehehehe.
Kegiatan pertama mereka tentu saja mendirikan tenda dan membereskan barang-barang hingga pukul sepuluh. Dan ketika pukul sepuluh, briefing pun dimulai. Hari pertama mereka akan mengikuti pengisian materi dari beberapa pembina yang ikut datang. Untung ini outdoor, kalau indoor bisa bisa jeno mengantuk.
Bahkan pengisian materi memerlukan waktu hingga sore hari karena setelah sholat isya biasanya mereka akan di evaluasi atau yang kalian lebih kenal di marah-marahi senior sebagai pembentukan mental katanya. tenang aja, ini cuma gimmick kok. nanti juga mereka minta maaf di akhir.
jeno dan yeji hanya berdiri di belakang peserta, memperhatikan para osis melakukan evaluasi. sesekali menguap karena rasa lelah yang mendera. Walaupun mereka hanya duduk tapi tetap saja rasanya lelah. Sesekali mengigil kedinginan karena mereka berada di kaki gunung.
"dingin ga?" yeji menoleh dan menganggukan kepalanya. "ya udah kalau gitu sama berarti" jawab jeno asal. Keduanya kemudian melipir, duduk di dekat api unggun sambil menyaksikan takut ada kejadian yang tidak diinginkan
jeno menyenggol yeji saat yeji mulai mematung. "jangan dilihat, baca doa aja" bisiknya yang dibalas anggukan yeji walau matanya masih sesekali melihat 'dia' yang mendekat ke arah mereka yang sedang di evaluasi. Jeno tahu akhirnya bakal kemana, pasti ada saja yang kerasukan.
Karena yeji terus melirik, jeno mengangkat tangannya, melingkari kepala yeji dari belakang dan menutup kedua matanya agar yeji tidak melihat sosok sosok yang mulai mendekat.
"fokus, jangan liat kemana mana" jujur, jeno juga takut. Bohong kalau dia tidak gemetaran karena dia juga masih noob dalam hal beginian, tapi untung saja dia sering diajak 'jalan-jalan' sama mas arkhan hingga dia lebih sering melihat variasi dari mereka.
"AAAAAAAH"
kan? benar.
Jeno kemudian berlari mendekat ke arah seseorang yang sedang terbaring sambil menjerit. Sebenarnya ini tidak sampai 'masuk' seperti karina ketika saat itu. Dia hanya menempel tapi sepertinya gadis yang berterisk itu kelelahan sehingga bisa melihat wajahnya.
Jeno menganggukan kepalanya saat mark mendekat. memilih menarik gadis itu menjauh daripada menimbulkan kekacauan. Ia menoleh ke arah yeji. "tangannya coba dipegang sama dicubit pelan" ujar jeno kepada yeji. yeji menganggukan kepalanya mengikuti arahan jeno. Memastikan apakah gadis itu masih sadar atau tidak dan gadis itu mengerang yang berarti dia masih sadar. Jeno membisikkan beberapa doa, mengusap dahinya pelan dan meniupnya di telinga. Gadis itu tiba tiba berhenti menangis.
"minum dulu?" yeji menawarkan air mineral. anggota osis itu menganggukan kepalanya.
"gimana jen? aman?" jeno menganggukan kepalanya saat mark mendekat. Oh tentu saja semua akan aman saat mendekat. Hantu hantu yang tadi berada di sekitar mereka hilang entah kemana. mengintip dari pucuk pucuk batang pohon.
"ada untungnya elu yang dateng ya jen, multifungsi dari anggota mpk sama tukang ruqyah" hendery berceletuk. jeno hanya menyengir. "bayaran gue nasi besok sarapan tambah menunya dua ya, bang" guraunya hingga hendery dan mark tertawa.
"eh giselle anak osis tah?" jeno bertanya kepada yeji saat mereka hendak kembali menuju tenda. yeji menoleh. "engga deh perasaan. emang kenapa?" tanya yeji sambil melihat sekitar.
"gue kok kaya ngeliat giselle disini ya? apa gue salah liat?"
—————
jangan lupa untuk tinggalkan jejak disini ya bestie! thank you for reading💗
KAMU SEDANG MEMBACA
Cafe : The Last mission
FanfictionSabiru Jeno Mahaprana terbangun setelah tiga tahun dari tidur panjangnya yang begitu lelap dengan fakta bahwa sang ibu, ternyata sudah meninggalkan dirinya untuk selamanya saat ia tertidur. Tak hanya itu, Jeno juga terbangun dengan sebuah kemampuan...