cafe:-police station

687 137 4
                                    

jeno melihat lihat ruangan dengan satu lampu yang menjadi penerangan. Ruangan yang sebenarnya cukup gelap dan mencekam hingga membuatnya yang masih memakai seragam sekolah berkeringat dingin. Bayangkan saja beberapa jam lalu ia masih mengerjakan di ruangan dingin ber ac sekarang kini sedang duduk di ruangan interogasi karena penemuannya terhadap mayat.

"selamat malam, jeno?" jeno menoleh saat seorang detektif datang menghampirinya dengan membawa papan serta kertas yang berisi pertanyaan pertanyaan yang akan ditanyakan pada jeno.

"malam, pak" jeno tersenyum tipis dan menegakkan tubuhnya.

"maaf menunggu lama, ada yang perlu kami urus sebentar" detektif di depan nya berujar sambil membuka lembaran pertanyaan yang ia pegang. Lagi lagi jeno hanya menganggukan kepalanya walau dalam hati mengumpat karena demi apapun, badannya terasa remuk, otaknya terasa lelah, kepalanya sekarang hendak pecah karena dia butuh istirahat.

"jadi, kamu yang pertama kali nemuin gadis smp itu?" jeno menganggukan kepalanya. "benar. Saya menemukan gadis itu di saluran irigasi ketika pulang sekolah lalu saya menelepon polisi untuk datang" jeno menjelaskan.

"kenapa?"

"kenapa? kalau bapak nanya kenapa saya pulang lewat situ ya karena saya pulangnya jalan kaki.  kebetulan saya pulang lomba dan ngga ada yang jemput karena motor saya dibawa adik ipar saya dan terlalu lama untuk menunggu bus di halte, akhirnya saya memilih untuk jalan kaki saja dan seperti yang bapak tau, entah sial atau beruntung saya menemukan jenazah itu" dengan santai dan sejujur jujurnya jeno menjelaskan, detektif di depannya menganggukan kepalanya kemudian mencoret sesuatu dari daftar pertanyaan yang ia bawa.

"bagaimana kondisi mayat itu waktu kamu liat untuk pertama kali?" jeno terdiam mencoba mengingat ingat. Sialnya, semakin dia mengingat ingat sosok yang ia temukan, semakin jelas bayangannya, semakin dingin ruangan dan perlahan, jeno menyadari, dia memanggil hantu yang entah menyerupai atau memang dia.

"aku hanya melihat dia mengapung, aku tidak melihat ketika kalian mengevakuasi" jeno gelisah melihat gadis  berseragam biru putih tengah berada di ruangan ini, disudut ruangan masih dengan seragam serta baju nya yang basah. Samar samar, jeno bisa mencium bau amis yang tidak asing bagi dirinya, bau yang sama dengan bau sosok yang ada di pantai---tunggu.

jeno menoleh bertepatan dengan kepala gadis itu mendongak ke arahnya. Sosok tanpa bola mata itu, menatapnya dengan wajah pucat pasi membuat jeno terengah engah.

"jeno? jen? jeno" detektif yang sedang berbicara dengan jeno kebingungan saat wajah pria sma ini nampak pucat,  napas nya nampak terburu-buru seolah dia tengah melihat hantu.

Jeno tidak mendengar detektif itu memanggilnya. di telingannya, dia tidak mendengar suara siapapun. Semua inderanya termasuk telinga dan matanya terfokus pada sosok yang menyeramkan berdiri di ujung ruangan.

pluk

"hah...hah..hah...hah" jeno layaknya seusai marathon bernapas tergesa gesa. Ia menoleh ke arah siapa yang menepuknya dan melihat ada seorang pria paruh baya yang memasang wajah dengan senyum tipis nya. Ini bapaknya bang jaehyun kan?

"biar dia saya yang bawa, nanti akan saya tanyakan di ruangan saya. yuk, nanti arkhan yang jemput kamu katanya" ujar ayah dari jaehyun. Ia kemudian tersenyum dan menganggukan kepalanya kepada detektif yang bertugas, mengambil lembar-lembar pertanyaan yang dibawa oleh detektif tersebut kemudian menggiring jeno untuk masuk ke dalam ruangannya.

"istirahat dulu saja, saya tadi ditelepon jaehyun mengenai kondisi kamu. saya percaya kamu ngga bakal ngelakuin ini, oh ini teh nya diminum dulu sambil nunggu Arkhan jemput" jeno menganggukan kepalanya, raut wajahnya masih tegang serta pucat. "terima kasih, om" ujarnya lirih sebelum menyeruput teh nya.

ayah dari jaehyun menganggukan kepalanya. "iya, minum aja. Mau makan juga? biar om pesankan sekalian?" jeno menggelengkan kepalanya. "ngga usah, om, ngga papa" tolaknya tidak enak walau jujur saja perutnya sudah meronta ronta ingin diisi, ia melirik jam yang sekarang sudah menunjukkan pukul sembilan dan dia masih terperangkap di sini.

"om, ponsel saya boleh saya ambil? saya mau telepon adik saya takut nya saya dicari" ayah jaehyun menganggukan kepalanya kemudian berdiri menuju meja nya dimana ia mengambil ponsel jeno yang disimpan oleh pihak kepolisian untuk sementara waktu. Dan benar saja, begitu dia membuka pesannya sudah ada rentetan banyak nya pesan dari teman temannya dengan karina dan yeji paling banyak menanyakan keberadaannya.

"halo karin?"

"KAKAK? YA TUHAN. Kakak dimana? kok belum pulang" Karina bersuara, samar samar dia mendengar yeonjun yang tengah berbicara dengan eunbi yang menjadi background pembicaraan mereka.

"kakak sekarang lagi ada di kantor polisi"

"KAKAK KENAPA LAGI?" jeno menjauhkan teleponnya dari telinganya saat teriakan Karina semakin melengking. papa jaehyun yang sedang melihat biodata jeno hanya tertawa pelan. "ngga kok, tenang. Kakak ngga kecelakaan, ngga ketabrak, ngga kepukul. Kakak sehat wal afiat kecuali kurang mandi aja. Pokoknya panjang ceritanya. Tenang aja, sebentar lagi kakak pulang dijemput mas Arkhan" jeno menjelaskan kepada adiknya agar adiknya terlalu panik. Dan untungnya karina mau mengerti.

"seru ya punya adik? sayang banget jaehyun anak tunggal. Malah beruntung ada sungchan yang di uwel uwel sekarang" ayah jaehyun mengomentari percakapan jeno dengan karina. Jeno hanya tersenyum canggung.

"malam" mereka berdua menoleh melihat arkhan datang dengan celana jeans dan kaos hitam polos.

"loh udah dateng aja kamu" arkhan menyengir kemudian menyalami ayah jaehyun yang juga merupakan atasannya juga. "iya dong, oh ini dia udah aman? ada yang perlu lagi ngga?" taeyong menunjuk jeno dengan dagunya. ayah jaehyun menggelengkan kepalanya. "udah clear kok, dia bukan pelaku. Nanti kalau dia udah tenang kasih informasi yang dia inget aja lah. Kayanya trauma banget apa gimana itu?"

lagi lagi jeno hanya tersenyum canggung, siapa yang mau jelaskan kalau dia bukannya trauma sama mayat tapi dia takut sama hantunya..

taeyong menganggukan kepalanya. "ya udah, bawa barangmu. Kita pulang dah, udah malem. Makasih ya, om. Nanti arkhan kasih tau kalau ada informasi tambahan"

ayah jaehyun hanya tersenyum menanggapi keduanya yang berpamitan. Ia kemudian melihat profil jeno yang sedang dia baca dari tadi kemudian tersenyum semakin lebar. "menarik"

***

"sini diem bentar, gue buang dulu" jeno hanya pasrah ketika taeyong 'membersihkan' dirinya begitu dia sampai di rumah.

"rumah lo, lo pagerin?" jeno menganggukan kepala. "iya, kemarin ganggu ponakan gue nyampe nangis merah. Emosi gue. Kasian juga sama ponakan gue" taeyong menganggukan kepalanya. "ya udah sana masuk, gue nambahin proteksi lagi bentar biar kalian aman aman aja disini"

jeno menurut, ia kemudian melangkah masuk ke dalam rumah dan disambut pasangan muda yang tengah cuddle sambil nonton televisi dengan piring berisi makanan yang sepertinya sengaja ia bawa dari dapur sementara anak mereka tengah anteng tertidur.

"lo kenapa lagi? Eh makan dulu" yeonjun langsung melepaskan pelukannya ke karina karena tidak enak ada iparnya. Jeno hanya tersenyum tipis. "gue mandi dulu deh, nanti ya ceritanya. Lengket banget badan gue" ujar jeno sambil menyeret tas nya ke kamarnya di lantai atas sementara karina dan yeonjun saling pandang.

Jeno membanting tubuhnya dengan rambut yang basah ke kasur selepas mandi, tubuhnya seolah remuk sekarang karena jeno lelah secara badan dan pikiran. Ia kemudian meraih ponsel nya dengan satu tangan karena lupa belum mengabari sang pacar.

Langsung saja, ia menekan tombok telepon saat yeji mengirim pesan yang janggal kepadanya.

"kenapa sayang?"

"jeno, dimana?"

"sekarang di rumah. kenapa? Kamu butuh sesuatu apa gimana?"

"kamu ngerasa ada aneh ngga?"

jeno mengerutkan keningnya. "aneh kenapa?"

Yeji diam sebentar. "jen, kenapa cewe yang dilaut kok ngikut ke rumah, ya?"

—————

jangan lupa untuk tinggalkan jejak disini ya bestie! thank you for reading💗

Cafe : The Last mission Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang