cafe;-pembagian hasil belajar

675 117 11
                                    

hari ini adalah hari yang ditunggu tunggu yaitu hari terakhir jeno menginjakkan kakinya di kelas sepuluh. hari terakhir bagi mereka yaitu pembagian rapor beserta pembagian laporan hasil belajar.  Jeno berangkat sendiri tanpa wali tentu saja.

Lagipula siapa yang mau menjadi walinya?

Dia yatim piatu, tidak dekat dengan keluarga kedua orang tuanya apalagi ibu tirinya. Apalagi setelah dia koma tiga tahun banyak yang berubah. Kakek neneknya entahlah jeno tidak mau tahu dimana berada. Terlalu memikirkan mereka membuat pikiran jeno lebih lambat. lebih baik mulai bekerja dan mendapat penghasilan sendiri daripada harus menunggu ketidakpastian dari kakek nenek beserta saudara saudaranya, ya kan?

Dengan mengendarai motor miliknya jeno berangkat. Tidak sempat memakan sarapan padahal karina sedang memasak. terlalu terlambat sekarang.

"mau kemana?" jeno bertanya sambil menghentikkam motor nya saat melihat giselle berdiri di pinggir jalan. Ia berdiri sambil memakai seragam sekolahnya, kebingungan melihat sekitar seolah ingin memanggil seseorang tapi ragu.

"jeno?" ujarnya bersorak gembira. Ia memiringkan kepalanya sambil bertepuk tangan ria saat melihat jeno menyapanya. jeno tersenyum. "mau kemana?" ulangnya kembali bertanya. 

"mau berangkat sekolah. Kan sekarang pembagian raport. Nebeng boleh?" jeno menganggukan kepalanya. "boleh. Naik aja ayo daripada kesiangan" ajak jeno. Giselle bersorak kegirangan. Ia kemudian menaiki motor jeno yang tinggi.

"enteng amat lo" komentar jeno saat ia tidak merasakan motornya bergoyang saat dinaiki seseorang karena biasanya ia harus memastikan motornya untuk tetap seimbang seperti saat membonceng yeji tapi saat membonceng giselle rasanya enteng sekali.

"udah? mau pake helm gue ngga?" giselle menganggukan kepalanya. "udah. lu pake aja. Cuma sebentar kok sampai depan" ujar giselle.

jeno menganggukan kepalanya. "ya udah. Gue pelan pelan ya. Biar safety" jeno berkata sambil menyalakan motornya kemudian mengendarakan motornya dengan kecepatan sedang memastikan giselle tidak kenapa napa.

"thanks ya jen, gue duluan" jeno yang sedang melepaskan helm nya menoleh ke arah giselle yang kemudian berlari menuju kelas. Mungkin buru buru kali ya?

Setelah melepaskan jaket dan helm miliknya, jeno melangkah menuju kelas dimana nilai rapor sebentar lagi dibagikan. Pembagian nilai akan dibagi dua, orang tua akan mendapatkan rapor dan nilai yang akan di olah sementara anak anaknya akan mendapat nilai murni, hasil ujian sebagai patokan untuk peringkat kelas maupum peringkat paralel.

Sistem yang dianut menggunakan sistem unggulan penjaringan. Jadi tiga puluh lima siswa terpilih yang menempati nilai paralel tinggi akan otomatis tetap naik ke sebelas MIPA satu. Maka siswa siswi berlomba lomba untuk mempertahankan nilai nya.

Jeno menghela napas saat nilai rangking sudah dibagi terlebih dahulu. Dia hanya duduk sendiri sementara teman teman sekelasnya di dampingi orang tua dan wali masing masing. Ia mencoba tenang saat sebuah kertas berada di mejanya.

"untuk peringkat pertama dengan rata rata nilai 96,1 baik kelas maupun paralel jatuh kepada Sabiru Jeno"

Kaki jeno rasanya lemas saat  namanya tiba tiba dipanggil sebagai peringkat satu paralel oleh wali kelasnya disebutkan. Teman temannya menoleh ke arah jeno dengan ekspresi senang, tau sendiri bahkan untuk belajar jeno mencuri curi waktu.

"pokoknya diatas kkm sedikit ngga masalah" kembali ryujin merapalkan diri saat ia hendak melihat nilai raport nya begitu siswa siswi diperbolehkan keluar meninggalkan orang tua di dalam untuk mengambil rapor.

Kedelapan orang itu berkumpul di depan ruang kelas, menutup diri mereka dengan kertas rangking dan nilai yang dipegang masing masing. Jeno adalah satu satunya yang sudah tenang karena sudah tau posisinya ada dimana dan tidak tergeser ke kelas reguler.

Cafe : The Last mission Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang