"Eh eh lu udah liat berita belum?" jeno memejamkan matanya saat teman temannya mengangkat topik pembicaraan yang enggan sekali dia bahas.
"yang perihal giselle itu? giselle bukan sih? kan ada anak sma kita yang ditemuin mayat nya. Please semoga itu bukan giselle deh" pembicaraan itu semakin membuat jeno muak. Ia masih diam dan menghela napas dalam, enggan memberikan respon yang membuat mereka curiga kepada dirinya.
"tapi mama nya giselle udah lapor ke kepolisian tahu. Kasian banget ya giselle, katanya tubuhnya nyampe hancur gitu"
Jeno langsung mengambil ear phone miliknya dan berdiri dengan menyeret kursi sebelum melangkah keluar dari kelas seorang diri guna menenangkan diri.
"jen, mau kemana?" jeno hanya diam memasang earphone nya dan berjalan mencari tempat yang jauh dari orang-orang. Dia tidak mau mendengar ocehan orang orang tentang kematian temannya yang tidak wajar. Ini memuakkan bagi dia yang melihat jasad nya secara langsung.
"it was you, right?" jeno yang sedang memilih duduk bersandar di salah satu kursi taman belakang membuka matanya saat melihat ternyata kursi di sebelah nya sudah terisi dengan perempuan yang rambutnya dikuncir kuda dengan kacamata baca yang bertengger di hidungnya yang mancung.
"gue apa?" jeno berpura pura tidak tahu maksud perempuan di sebelahnya. Berpura pura bodoh walau jeno tahu kalah wanita di sebelahnya tau itu sebuah kebohongan terbukti dari senyuman tipis nya.
"lo kan yang nemuin jasad jasad itu? lo ngga bisa bohong sama gue" wanita itu, yeji, berujar sambil menoleh ke arah jeno. Ia kemudian melepas kacamata yang ia pakai dan meletakkannya di kotak. Ia tersenyum tipis ke arah jeno.
"lo ngomongin apa sih?" jeno masih mencoba mengelak. yeji kali ini tidak hanya tersenyum melainkan tertawa kecil.
"jangan bohong. Gue tau mana orang yang bohong mana orang yang jujur" ujarnya sambil duduk menyilangkan kakinya, meminum jus jeruk yang sedari tadi ia genggam, menatap lurus ke depan.
jeno menghembuskan napas nya. "fine. cuma lo yang tahu karena polisi ngga publish gue sama yang lain selain mas Arkhan" jeno berujar sambil melepaskan ear phone nya.
"kan? udah gue duga kalau side job kalian kayanya hunting begini"
Jeno menoleh. "tau darimana?"
dengan bahu yang terangkat yeji menjawab "kemarin yang ngikut lo nyerupain giselle dan gue pikir kalau lo lagi nyelidikin dia kaya lo nyelidikin anita waktu itu" yeji menjawab santai.
"oh" jeno menjawab singkat kemudian hening menyapa keduanya. Mereka berdua kemudian duduk tanpa pembicaraan, suasana taman yang berada di ujung sekolah serta tidak adanya murid yang ada karena jam pelajaran masih berlangsung, tidak seperti kelas jeno yang sedang kosong membuat suasana benar benar lengang.
"gimana giselle?" yeji kembali menoleh, bertanya pelan.
Jeno tersenyum tipis. "buruk. Lebih buruk yang lu kira" ujarnya alakadarnya.
yeji menganggukan kepalanya. "i see. Gue sekarang tau kenapa lu pergi dari kelas dan duduk di sini" yeji menjawab.
Lagi lagi jeno hanya bisa tersenyum tipis. "lo pernah ngga sih ngeliat hantu temen sendiri yang ada dalam keadaan paling ngga mengenakan tapi ternyata lo liat bentuk nya yang gue sendiri ngga bakal ngira kalau dia kaya gini? apalagi gue ngga ngeliat cuma dia tapi orang orang yang ngga berdosa yang ada di sana, mati tanpa diketahui dan bahkan ngga dimakamkan dengan layak. Dibuang gitu aja" jeno berujar. Tangannya masih sangat lemas jika menceritakan semuanya, mengingat bagaimana kondisi terakhir mereka yang bisa jeno lihat secara jelas dengan kedua bola matanya.
Kemarin, tujuh badan ditemukan dan diangkat dari lembah tempat jeno, jaehyun, dan taeyong mencari keberadaan giselle. Tujuh badan masing masing adalah perempuan. Jeno bisa perkirakan kalau kematian mereka sudah cukup lama, apalagi ada bau yang begitu menyengat saat mereka di angkat. Dan mereka mati dalam keadaan tidak wajar, ada bagian bagian tubuh yang hancur hingga ada yang tanpa kepala. Entah karena memang sudah lama dan dimangsa hewan hewan buas atau mungkin karena terkena pelapukan saking lama nya mati atau bahkan mereka mati seperti itu. Yang jelas, it was a nightmare bagi jeno. Sungguh.
Jeno bahkan tidak bisa tidur dan memilih tidur di cafe bersama mark dan mengosongkan rumahnya saking ia takutnya mengingat karina dan yeonjun sudah pindah karena yeonjun sudah menjadi karyawan di salah satu bengkel yang berada di sana serta karina membuka toko bunga kecil kecilan yang berhasil membantu perekonomian keluarga kecil mereka. Jeno bahkan tidak menyangka keduanya mengalahkan ego masing masing, bekerja keras di usianya yang begitu muda untuk bayi yang usianya hampir tujuh bulan itu. Karena tidak mau mengganggu waktu beristirahat mereka berdua, jeno malam malam menggedor cafe dan menelepon mark untuk tidur bersama karena bayang-bayang tubuh mereka masih bisa ia ingat.
Tidak hanya jeno, jaehyun saja meminta ditemani sungchan tidur. Sungchan yang rumahnya pisah dengan keluarga jaehyun diboyong untuk menemani mahasiswa semester lima untuk tidur di malam hari dan mengikhlaskan tubuh jangkungnya dijadikan guling.
Yang masih bergerak adalah taeyong, mengingat dia seorang anggota kepolisian, dia langsung menghubungi teman temannya yang jeno sendiri tidak tahu membahas apa tapi taeyong mengatakan untuk cafe tutup saja selama beberapa hari karena mereka tengah berusaha menyelesaikan semuanya.
jeno tersentak saat tangannya yang ia letakkan di paha nya digenggam. Jari jari lentik dari perempuan di sampingnya mengisi sela sela jemarinya yang terlihat urat dan sedikit kasar mengingat dia mengerjakan semua pekerjaan sendiri, baik pekerjaan rumah maupun mencari nafkah.
"but you did a great job, jen. Kalau lo ngga nekat nyari turun pasti polisi ngga bakal tau kalau ada mereka di bawah sana" dengan ibu jarinya, yeji mengusap punggung ibu jari jeno membuat jeno menoleh.
"percaya ngga percaya, kita sama sama hidup di mimpi buruk kita. Ngeliat wajah terakhir mereka sebelum meninggal bikin gue stress setengah mati. Apalagi waktu malam tiba tiba gue 'keluar' dan dateng ke waktu kejadian. Tapi gue ngga masalah kalau mimpi buruk gue bikin mereka 'tenang'. bikin keluarga mereka tahu kalau kematian seseorang itu tidak bisa dicegah. Bikin orang orang paham kalau ternyata setiap nyawa itu sangat berharga"
jeno terdiam mendengar yeji bercerita. tatapannya masih lurus ke depan namun tangannya masih mengelus punggung ibu jari jeno.
yeji menoleh. "terus sekarang apa yang mau lo lakuin?"
Jeno menghela napas kemudian arah pandangnya menuju anak anak yang sudah berhamburan keluar dari kelasnya, melihat giselle yang masih ikut berlari bersama mereka. Pun yeji yang hanya bisa tersenyum miris. "kita harus bikin giselle sadar kalau dia udah ngga ada di dunia ini. Biar dia tenang nantinya"
—————
ga nyangka dah lebih dari 50 part aja ueueueueueuueuejangan lupa untuk tinggalkan jejak disini ya bestie! thank you for reading💗
KAMU SEDANG MEMBACA
Cafe : The Last mission
FanfictionSabiru Jeno Mahaprana terbangun setelah tiga tahun dari tidur panjangnya yang begitu lelap dengan fakta bahwa sang ibu, ternyata sudah meninggalkan dirinya untuk selamanya saat ia tertidur. Tak hanya itu, Jeno juga terbangun dengan sebuah kemampuan...