aku saranin kalian dengar lagu adu rayu di part akhir deh hihi. happy reading!
karina turun untuk sarapan cukup siang, pukul delapan. Ia bangun terlambat hari ini karena sedang datang bulan jadi dia tidak sholat subuh dan bisa berleha leha bangun siang walau seluruh tubuh sakitnya luar biasa.
"pagi dek" karina tersenyum menyapa sang papa yang duduk di ruang tengah sembari meminum kopi hitam. "pagi, pa. Mama masak apa?" karina bertanya sambil melangkah ke dapur.
"mama masak ayam sambal hijau kesukaannya kakak mumpung kakak di rumah. Ngga apa apa kan? eh adek juga minta cap jay juga. itu udah mama bikinin" mendengar menu sarapan yang lebih seperti makan siang ini, karina tersenyum lebar.
"oke. Ngga papa. kakak belum keluar?" karina bertanya sambil mengambil nasi dari penanak nasi. Aroma nasi yang baru saja matang langsung tercium.
"belum bangun kayanya. Dia pulang sebelum papa subuhan tadi" karina menganggukan kepalanya mungkin kakaknya masih tertidur.
"loh karin udah bangun? eh nih ayam buat karin udah dipisahin" karena karina tidak suka pedas, sengaja, mamanya memisahkan ayam untuknya sebelum dibumbui. karina yang sedang mengambil cap jay nya menoleh. "ada?"
"ada dong. udah mama pisahin" karina bersorak gembira kemudian melanjutkan kegiatan sarapannya dalam diam sesekali menonton tayangan televisi yang tengah ditonton oleh sang papa.
"biru, sarapan dulu sama senja sana" papanya menegur jeno yang turun dengan terburu buru dari kamar nya. Ia sudah berganti pakaian. pakaian nya sudah rapi dengan celana jeans, kemeja yang tidak di kancing dengan kaos polos hitam sebagai dalaman serta ransel di punggung nya.
jeno hanya melirik sekilas. "biru berangkat. lupa ada shift pagi. assalamualaikum" ujarnya menuju garasi untuk mengambil sepedanya.
karima melihat kedua orang tuanya kemudian menghela napas karena sikap dingin sang kakak yang tidak kunjung menghilang padahal sudah hampir satu tahun mereka tinggal bersama. "biar nanti karina yang anter buat makan siang, ma. Kakak lagi buru buru" ujar karina sambil mengusap usap punggung tangan mamanya yang hanya bisa menghela napas karena masih belum bisa mendekati anak tirinya. "makasih ya, karina"
karina hanya tersenyum. "sama sama, mama. Mama jangan khawatir. pelan pelan aja pasti kakak luluh kok nanti"
***
Di sisi lain, jeno mengayuh sepeda nya dengan kecepatan tinggi karena dia benar benar terlambat untuk datang bekerja. Dia seharusnya berangkat lebih awal untuk membuka cafe tapi dia kesiangan. salahkan mereka yang memberi ide untuk menyusup ke sekolah malam malam dan mereka kena teror sampai dini hari. Dimulai dari sungchan yang berkali kali bangun, jeno yang ketindihan hingga kesulitan bernapas, bahkan jaehyun gelisah ketakutan. Mereka jadinya tidur di cafe. Di kamar mark yang kecil bertumpuk tumpuk layaknya ikan pindang saking takutnya untuk keluar.
Jadi karena kunci cafe di pegang jeno (awalnya memang ada pada mark dan mark malah diseret jaehyun dan sungchan untuk tidur di rumah mereka saking ketakutannya), akhirnya jeno dengan terpaksa mendapatkan amanah untuk memegang kunci karena sang pemilik cafe enggan untuk bangun tidur pagi pagi.
ia menghela napas saat menyadari jalan ditutup karena ada perbaikan jalan sehingga membuat dia mengayuh sepedanya berbelok melalui jalan tikus.
"loh lo ngapain disini?" jeno bertanya kepada salah satu orang yang berdiri memegangi ponsel nya di jalanan yang cukup sepi.
"jeno? akhirnya" jeno menghentikan laju sepedanya kemudian menurunkan kakinya sebagai sandaran. "yeji? kenapa disini? ngapain jauh jauh disini?" jeno bertanya kepada teman sekelasnya yang entah dari mana tiba tiba ada di hadapannya sambil menangis.
"aku hampir dirampok terus kabur dan ngga tau tiba tiba kesini dan hp ku mati" jawabnya panik. Jeno berkedip pelan mencoba mencerna apa yang diucapkan yeji. "terus gimana? kamu baik baik saja? ada yang ilang ngga?" ujarnya sambil melihat yeji dari atas hingga bawah. Memastikan kalau tidak ada luka yang ada di tubuh yeji. Yeji menghapus air matanya. "untungnya ngga apa apa. Cuma kena ini aja" ujarnya menunjukkan pergelangan tangan yang mengeluarkan darah, untung bukan di nadi.
"ya udah gini. gue mau ke cafe, lo bisa ikut gue ke cafe dan nanti lo bisa isi daya ponsel lo karena maaf maaf aja hp gue aja ngga ada dayanya karena gue buru buru tadi" jeno berujar kepada yeji. yeji menganggukan kepalanya. "boleh?" tanyanya.
"boleh. tapi lo bisa kan naik dan berdiri di belakang. Kalau gue tawarin duduk di depan agak susah dan kalau jalan nanti kelamaan karena gue harus beres beres?" yeji menganggukan kepalanya kemudian berdiri di belakang jeno dengan kaki bertumpu pada hub sepeda sementara kedua tangannya berpegangan pada bahu jeno.
"pegangan ya? gue mau agak cepet soalnya" ujar jeno. "oke" yeji menganggukan kepalanya kemudian memegang bahu jeno lebih erat saat jeno mulai mengayuh sepedanya.
Karena jeno cepat dalam mengayuh, mereka sampai di cafe kurang dari sepuluh menit. cepat cepat jeno membuka cafe dan mempersilakan tamu pertama cafe ini untuk masuk.
"duduk duduk. Sorry ya gue ngga bisa bikij minuman baristanya ngga ada takutnya ngga enak kalau gue yang bikin. Oh ini charger handphone gue. sama ngga?" jeno mengeluarkan charger dan handphone yang sudah mati dari tasnya.
"sama kok" ujar yeji sambil mengambil charger milik jeno kemudian mengisi daya ponselnya agar bisa menghubungi siapa yang bisa dihubungi sementara itu jeno memulai kegiatannya, membuka tirai jendela, menurunkan kursi, hingga menyapu lantai.
"sorry sorry gue telat bangun eh ini?" jeno yang sedang menyapu lantai menoleh kr arah pintu yang ternyata taeyong masuk dengan memakai hoodie oversize yang jeno yakini tidak memakai dalaman apapun karena terburu buru dan dia memakai celana pendek selutut. dia juga sepertinya belum mandi, untung ganteng.
"ini temen gue numpang nge charge bentar soalnya habis ilang" taeyong hanya menganggukan kepalanya kemudian menyapa yeji yang sedang menelepon.
taeyong kemudian berjalan menuju counter kasir, merapikan bagian kasir beserta etalase yang nantinya akan diisi oleh kue kue yang harusnya sudah dia buat tapi memang mereka bangun terlambat jadi dia datang dengan terburu buru kesini.
Mereka menoleh ketika pintu cafe terbuka dan jeno bisa melihat pacar yeji datang tergesa gesa masih memakai pakaian futsal miliknya berlari dan memeluk yeji dengan erat saking khawatirnya.
"jen, thank you banget udah nyelamatin yeji ya tuhan kamu kok bisa begini" yeonjun berujar kepada jeno yang dibalas senyuman kecil.
"sama sama"
"ya udah kita berdua pergi dulu ya, jen, thanks buat bantuannya. Kalau ngga ada lo cewe gue ngga tau nasibnya gimana. thanks sekali lagi jen, bang" ujar yeonjun kepada jeno dan taeyong. Taeyong yang sedari tadi hanya menyaksikan tersenyum tipis. "sama sama. Lain kali dijaga ya pacarnya" ujarnya.
"kita duluan ya, jen" jeno hanya menganggukan kepalanya kemudian melambaikan tangannya saat yeonjun dan yeji keluar dari cafe.
jeno kemudian melangkah menuju tempat yeji duduk dimana masih ada charger ponsel miliknya dan menyambungkannya ke ponsel miliknya.
"temen lo itu? apa pacar lo?" taeyong bertanya saat jeno berdiri di sampingnya.
"temen lah bang, ngga mungkin pacar gue orang dia udah punya pacar begitu" jeno menjawab sambil menata sedotan.
"kalau misalnya dia belum punya pacar, lo mau sama dia?" taeyong bertanya menjebak. sementara jeno hanya tersenyum sebagai jawaban.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cafe : The Last mission
FanfictionSabiru Jeno Mahaprana terbangun setelah tiga tahun dari tidur panjangnya yang begitu lelap dengan fakta bahwa sang ibu, ternyata sudah meninggalkan dirinya untuk selamanya saat ia tertidur. Tak hanya itu, Jeno juga terbangun dengan sebuah kemampuan...