"pagi, jeno" jeno yang sedang memarkirkan motor matic nya menoleh ke arah teman temannya yang baru datang. Ia tersenyum tipis. "pagi" ujarnya menyapa.
ia melihat namanya di papan pengumuman, mencari dimana kelas nya berada. Masih sama, 11 MIPA 1 dimana ia masih menempati posisi kelas unggulan dan ia iseng melihat nama nama anggota kelasnya, hampir sama. yang berbeda hanya dua tiga nama, sisanya sama.
"weits hati hati" tegurnya saat melihat yeji hampir menabrak tubuhnya dari belakang. ia menahan dahi yeji yang tidak bisa mengontrol tubuhnya hingga dahinya hampir nyasar ke arah bibirnya karena perbedaan tinggi mereka.
"eh sorry sorry gue ngga bisa ngerem tadi" yeji berujar panik karena hampir ada insiden 'cium' walau bukan bibir yang bertemu.
"HEH LU BERDUA BUKANNYA MASUK KELAS, INI HARI PERTAMA UDAH CIUMAN AJA DI LORONG" keduanya menoleh mendengar teriakan seseorang. Haechan berteriak membuat orang orang yang tadinya terfokus dengan kegiatan masing masing menoleh kr arah jeno dan yeji. Tentu saja wajah keduanya langsung memerah.
"HAECHAN SINI LO ANJING" marah, jeno berlari mengejar haechan sepanjang lorong lantai kelas sebelas diikuti yeji yang sudah memastikan sol sepatunya benar dan membuatnya tidak tergelincir lagi.
"yaelah lo lagi lo lagi. bosen gue liatnya liburan gue udah tenang malah ngeliat muka lo semua" dengan asal, renjun menjawab saat melihat isi kelasnya sama sama makhluk yang sudah satu tahun bersama nya di kelas sepuluh. Tentu saja ocehan renjun disambut sorakan tidak terima dari makhluk kelas.
ia melangkah menuju salah satu bangku kosong yang berada di depan jeno dan duduk dengan asal tanpa tahu siapa di sebelahnya.
begitu tahu siapa teman semejanya, renjun melotot. "LO LAGI?" teriaknya saat ia berbalik dan melihat wajah haechan menyengir dengan memegang kedua pipinya. pokoknya wajah menyebalkan dari haechan terpampang jelas di hadapan renjun membuat renjun dengan gatal menampol pria di hadapannya.
"gue pindah ah, jeno geseran deh. gue situ" belum sempat renjun mengangkat bokongnya dari kursi, secepat kilat kursi yang kosong di samping jeno sudah diduduki. "eits. ini tempat gue" jaemin menyengir sambil memegang kopi nya. Renjun mau tidak mau mendengus dan akhirnya suka tidak suka rela tidak rela ia memilih duduk di sebelah haechan.
jeno hanya menggelengkan kepalanya pelan.
"ini masih kosong kan ya? keluar lah kita cari adek kelas yang bening bening" haechan kembali berceletuk. Renjun menyenggol betis nya kemudian berteriak. "RYUJIN, NIH COWO LO MAU NYARI ADEK KELAS"
haechan dengan panik menutup mulut renjun. apalagi ketika ryujin menoleh dengan tatapan setajam silet miliknya. "mbul"
"iya iya. Bercanda doang" haechan menghela napas lega saat pacarnya tidak lagi menatapnya. "ayolah, kalian ngga gabut di kelas?"
"gue join dah, kantin tapi habis itu. gue kangen bakso nya ibu kantin dah" menyetujui ajakan jaemin, ketiganya bangkit dari kursi meninggalkan jeno sendiri.
jeno dengan polosnya mendongak saat menyadari kalau mereka hanya berdiri di sekitar. "loh ngapain? ngga jadi?" tanyanya polos.
renjun menghela napas. "seret aja lah. Pokoknya lo juga harus ikut. Keputusan mutlak, buruan ntar keburu panas lo makin mager" urusan seret menyeret, serahkan pada jaemin yang belakangan makin aktif ngegym demi mbak pacar tidak oleng ke cowo lain.
"yang mana yang adek lo?" renjun melihat sekitar mencari keberadaan 'adek' mana yang jeno maksud di keramaian orang. Jeno yang sedang memegang air mineral nya menunjuk seseorang yang berada di barisan paling belakang, menutup wajahnya dengan papan dada yang terbuat dari kardus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cafe : The Last mission
Fiksi PenggemarSabiru Jeno Mahaprana terbangun setelah tiga tahun dari tidur panjangnya yang begitu lelap dengan fakta bahwa sang ibu, ternyata sudah meninggalkan dirinya untuk selamanya saat ia tertidur. Tak hanya itu, Jeno juga terbangun dengan sebuah kemampuan...