"nyawa lu beneran sembilan ya gue liat liat" jeno yang baru saja duduk di kursi nya menoleh saat jaemin, dengan coki coki di mulutnya berkomentar. Jeno menyengir. Tahu betul kalau jaemin tengah menyindir nya yamg sudah masuk sekolah padahal minggu kemarin dia masih terbaring penuh darah di depan sekolah.
"gue udah sembuh kok, santai. udah segar bugar nih" jeno membela dirinya sendiri. Jaemin berdecak kemudian memilih duduk menghabiskan snack coklat pasta di mulutnya sambil tangannya merogoh saku tas mencoba mengambil kopi nya.
"Buset, dah sembuh aje lu" haechan spontan bersuara ketika melihat jeno yang sudah duduk santai di kursinya. Jeno lagi lagi menyengir. "udah dong" balas nya.
"Edan banget, lo itu kucing apa gumiho sih jen? Perasaan kemarin darahnya kemana mana kebenturnya juga kenceng nyampe kritis gitu sekarang udah sehat lagi aja" ryujin dan teman temannya yang berada di belakang haechan berkomentar.
jeno mengangkat bahu. "mungkin" jawabnya asal. Dia juga tidak tahu seberuntung apa dirinya sehingga dia bisa berkali kali lolos dari maut padahal nyawanya sudah diujung.
"Karina ngga berangkat jen?" jeno yang ditanya oleh renjun mengangkat bahu. Dia juga tadi pagi tidak bertemu dengan karina di meja makan atau dimanapun yang ia lihat.
"kecapean kali. Cowo gue aja kecapean kemarin habis main basket. cewenya jeno juga pasti kecapean. Ya nggak jen?" jeno hanya tersenyum tipis saat yeji berujar mengira kalau karina adalah pacarnya. Sementara teman teman jeno saling pandang tetapi hanya diam tidak mau ikut campur urusan pribadi jeno karena mereka tahu jeno enggan sekali bercerita tentang masalah pribadinya. Mereka tahu kalau karina itu adek tiri jeno dan ya sudah, bukan ranah mereka memberi tahu jika tidak di beri izin.
jeno hanya tersenyum kecil. "iya kali" jawabnya apa adanya karena ia juga tidak tahu apa yang terjadi dengan karina.
"tapi waktu kemarin lo jatuh dia nangis nya paling kenceng loh, bahkan bajunya aja penuh sama darah lo karena ngga mau lo jauh dari dia. Beruntung banget ya" yeji kembali berceloteh dan lagi lagi jeno hanya menganggukan kepalanya tapi kali ini tidak memberikan jawaban apapun.
"eh lo tau ngga kalau pak anton udah nggak ngajar di kelas kita?" jeno yang baru saja menyelesaikan pembicaraan menoleh ke arah jaemin yang berbisik, ia sedang memakan roti tawar miliknya yang entah ia bawa dari mana.
"oh ya? emang kemana?" jeno berujar pura pura tidak tahu. Jaemin mengangkat bahu. "ngga tau. kayanya kabur. Soalnya jadi bahan ghibahan guru guru"
"kenapa?"
jaemin mengangkat bahu. "ya karena kabur" jawab jaemin. jeno mengangguk anggukan kepalanya. Pura pura tidak tahu apa yang sedang terjadi saat ini.
pelajaran berlangsung seperti biasa. Jeno mendengarkan ucapan dari guru pun mengerjakan semua kuis dari guru dengan nilai sempurna.
"kenapa?" jeno bertanya saat mark menelepon dirinya saat jam istirahat berlangsung.
"ke kamar mandi lama sekarang, cepetan" mark berujar sedikit tergesa. Jeno mengerutkan keningnya. Ada apa?
"kenapa sih?" jeno bertanya bingung.
"buruan. Jangan banyak bacot" mendengar suara mark yang tampak kesal membuat jeno yang tadinya hendak memasukkan buku nya ke dalam tas segera melesat keluar dari kelas dan berlari menuju kamar mandi lama itu berada.
Dan pemandangan yang ada di depan jeno membuat jeno membulatkan matanya. Bangunan kamar mandi itu nampak sudah tidak lagi berbentuk, hancur berkeping keping seolah ada yang menghancurkannya.
"mark" mark yang berdiri mematung dengan memegang ponsel nya menoleh ke arah jeno yang sama terkejutnya.
mark menggelengkan kepalanya. "penjaga nya aja ngga tau kapan ini hancur. Ada yang mau ngancurin tkp. Mas Arkhan bentar lagi kesini sama penyidik"
jeno menoleh. "mas arkhan?" tanya nya terkejut.
"loh lo belum dikasih tau kalau mas arkhan sekarang kerja di kepolisian emangnya?" mark bertanya balik. jeno menggelengkan kepalanya. perasaan dia tidur hanya sebentar, tapi banyak sekali yang terlewat.
***
"mau kemana?" taeyong membanting pintu mobil salah satu partner nya bekerja. Dia mendengus kesal saat tkp yang sedang ia selidiki tiba tiba hancur begitu saja.
"Kalian tau siapa yang bisa nyadap cctv gedung belakang sana" taeyong berujar sambil menunjuk gedung kosong yang masih ada cctv entah masih menyala atau tidak.
"bentar, gue hubungi jennie dulu" temannya, Yuta, berujar.
Mereka di dalam mobil bertiga, salah satu tim bentukan ayahnya jaehyun yang terdiri dari satu orang kriminolog, satu orang kepolisian, dan seorang tukang pukul bercanda, johnny merupakan salah satu agen rahasia yang namanya sudah tersohor yang menjadi tutor keduanya.
"jennie bisa berapa lama?" taeyong berujar. Ia sudah tidak sabar karena waktu terus berjalan.
"gue sambungin dah, nih. kayanya udah kelar juga" Yuta menyalakan pengeras suara di ponsel nya.
"kirim alamat terakhirnya" taeyong berujar kepada jennie, si hacker yang nyawanya masih mengambang karena baru bangun tidur.
"iye sebentar. Noh. Gue tidur lagi" ujar jennie mengirimkan pesan kepada taeyong menunjukkan lokasi dimana terakhir anton berada. Benar, antonlah yang menghancurkan bangunan kamar mandi dengan membius satpam di malam hari.
"bisa kita ke pemakaman ini?" taeyong menunjuk ke arah johnny yang menyetir. Johnny melirik ke arah taeyong. Mengerutkan keningnya ketika arah yang diminta taeyong berbanding terbalik dengan arah yang jennie berikan.
"serius lo mau ke makam ini? ngapain?" johnny bertanya penasaran sementara taeyong hanya tersenyum tipis.
"percayalah. Dia lagi dihantui anita kemana mana. Setelah ini, ada kemungkinan dia menghancurkan makam anita karena menghantui dirinya. Jadi lebih baik kita pergi kesana lebih dulu"
—————
jangan lupa untuk tinggalkan jejak disini ya bestie! thank you for reading💗
KAMU SEDANG MEMBACA
Cafe : The Last mission
FanfictionSabiru Jeno Mahaprana terbangun setelah tiga tahun dari tidur panjangnya yang begitu lelap dengan fakta bahwa sang ibu, ternyata sudah meninggalkan dirinya untuk selamanya saat ia tertidur. Tak hanya itu, Jeno juga terbangun dengan sebuah kemampuan...