jeno membuka matanya yang terasa berat. Lehernya terasa tercekik dan dadanya terasa tertekan begitu keras. Rasanya sesak seperti seseorang duduk di dada dan mencekik dirinya.
Saat membuka mata, jeno merasa wajahnya basah karena tetesan entah dari mana.
Lampu yang seharusnya begitu terang nampak tertutup oleh sesuatu yang menghalangi mata dan wajahnya.
Jeno melotot apalagi ketika dia bisa melihat sesosok sesuatu yang enggan sekali ia lihat yang sekarang duduk di dadanya. Menatap matanya dengan mata yang sudah lepas satu sementara satu matanya mengeluarkan cairan. Wajahnya rusak, berantakan dengan wajah yang meleleh mengeluarkan cairan dengan belatung yang terjatuh di wajah jeno.
Dan yang paling membuat jeno takut adalah sosok di atasnya dibalut dengan kain kafan yang berlumuran tanah bercampur darah yang mencoba mencekik dirinya.
"pe..r..gi" jeno mendesah lirih di sela sela doa nya. karena dia tidak berucap lebih keras. semakin keras ia berdoa, semakin keras tekanan dari makhluk yang menempati posisinya sebagai menjadi makhluk yang paling ia takuti. Benar, sosok yang menyerupai sosok dimana manusia akan berakhir nantinya. pocong.
"jeno, doa" jeno melirik suara yang masuk ke telinganya. Dia melihat taeyong tiba tiba merangsek masuk ke dalam ruangan bersama ayah dan ibu tirinya.
Jeno tidak tahu apa yang sedang terjadi kemarin kemarin ketika dia tidur tapi jeno bisa melihat papanya menangis melihat keadaan dirinya.
"ikutin mas, jeno" jeno hanya melirik kemudian perlahan mengikuti lantunan doa yang arkhan bisikan di telinganya. Perlahan, bibirnya berbicara, mengikuti doa yang dilantunkan oleh pria yang lima tahun lebih tua dari dirinya.
Dahinya di pegang oleh taeyong yang memegang sembari menutup matanya. Ia bisa merasakan kalau dahinya yang tadi dipenuhi tetesan lendir dari lelehan wajah pocong di atasnya perlahan menghilang wajahnya berubah menjadi dingin karena di usap oleh taeyong.
Begitu merasakan sesak di dadanya berkurang, jeno membuka matanya. Ia bisa melihat taeyong masih berdoa di sampingnya. Keluarga nya berdiri menangis sambil berpelukan di pintu masuk, menyaksikan bagaimana taeyong mencoba menenangkan jeno yang baru saja terbangun.
"mas?" jeno bergumam lirih. Taeyong masih melanjutkan doanya, memijat perpotongan alis jeno. "masih sakit dada nya?" tanya nya. Jeno menggelengkan kepalanya, meringis ngilu saat sakit menyerang kepalanya.
"engga. Kepalanya sakit. Kenapa mas? oh iya hari ini hari apa?" jeno bertanya. Taeyong memandang orang tua jeno sekilas. "bentar, biar mas panggilin dokter. Udah ngga liat aneh aneh kan?" jeno menganggukan kepalanya. ia menyandarkan kepalanya di ranjang mencoba mengatur napas nya yang masih terburu buru.
"jeno, masih inget papa?" jeno mengerutkan keningnya. "masih" masa iya dia mau melupakan orang tuanya sendiri.
"kalau mereka berdua, jeno masih inget?" jeno mendengus. jeno kan cuma tertidur ya? kenapa dikira sampai amnesia segala. Orang dia tidur cuma beberapa jam juga
"tau. itu karin, itu mama karin. Kenapa sih?" kesal juga lama lama karena dianggap amnesia, jeno buka suara.
"hi jeno, masih ingat saya?" jeno mengangguk mengingat ternyata dokter yang menangani nya itu dokter yang sama dengan dokter yang menangani ketika dia koma bertahun tahun.
"saya kenapa ya dok?" jeno bertanya saat dokter pria paruh baya itu mengecek respon dari tubuh jeno. "kamu ngerasa gimana?" tanya nya balik.
jeno mengangkat bahu. "saya ngerasa saya cuma tidur aja beberapa jam tapi kepala sama dada saya sakit" jeno berujar. dokternya menganggukan kepalanya.
"ini hari keempat kamu tertidur, jeno?" jeno yang sedang mengadu melotot. "empat?"
Menurut dokter yang merawatnya, jeno sudah empat hari tiga malam tertidur tanpa sadarkan diri karena pendarahan pada kepala. Selain karena pendarahan di kepala mengingat jeno tidak memakai helm, jeno juga mengalami patah tulang rusuk. Dua tulang rusuk nya patah hingga membuat dirinya kesusahan bernapas.
Taeyong menambahkan tadi ketika dia datang, ayah jeno melihat kalau jeno sedang kejang-kejang. Matanya terbuka dengan wajah seolah dicekik oleh sesuatu. Karena taeyong paham masalah mistis, dia segera masuk ke dalam dan berusaha membantu jeno dengan doa.
"Anton sedang dalam pencarian, bentar lagi misi kita selesai. Lo lebih baik fokus sama pemulihan lo, biar dia gue yang ngurus" taeyong berujar kemudian menepuk bahu jeno sekilas kemudian berpamitan mengingat jam besuk sudah selesai dan dia masih ada janji.
***
"jeno gimana?" taeyong yang baru saja masuk mobil milik jaehyun menoleh. Ia kemudian bersandar di kursi mobil. "udah sadar tapi masih diawasi sama dokter, soalnya kepalanya udah kena sekali ini kena lagi. tadi aja ngamuk ngamuk ditanyain inget kaga sama keluarganya" taeyong berujar, jaehyun menganggukan kepalanya kemudian menjalankan mobilnya keluar dari area rumah sakit.
"tuh anak nyawanya ada berapa coba kok kebentur keras gitu masih bisa ngamuk ngamuk. Perasaan dia nyium aspal nya kenceng banget sampai butuh donor darah berkantung kantung" jaehyun berkomentar heran dengan jeno yang (ajaibnya) selamat dari insiden tabrak lari ini. Padahal biasanya orang orang jika ditabrak sekeras ini apalagi jatuh dengan motor-motornya yang super berat tentu saja tidak selamat. Tapi aneh sekali, jeno lagi lagi bisa selamat.
Jeno kayanya benar benar bukan manusia.
Dua kali ditabrak dengan kecepatan tinggi dan dua duanya selamat. Jaehyun berani bertaruh jika dia ada di posisi jeno, dia pasti akan berbaring tanpa nyawa alias wafat.
"eh ini beneran ke alamat ini?" jaehyun bertanya saat range rover miliknya malah masuk ke pemukiman yang padat penduduk. Bahkan beberap kali ia melihat anak anak menghampiri mobil nya saat mereka berhenti karena jalan yang kecil dan harus bergantian dengan kendaraan lain
"kalau lu ngikutin maps yang gue kasih berarti bener" taeyong berkomentar sambil melihat lihat sekitar.
"Mau kemana sih? gue aja yang orang asli kota ini sejak lahir disini ga pernah tau ada tempat ini" jaehyun berkomentar sambil melihat lihat sekitar. Semakin jauh mereka berdua mengendarai mobil, jaehyun yakin semakin kotor pula mobil miliknya terkena cipratan kubangan air kotor di aspal yang berlubang.
"berarti lo bukan orang sini. Gue aja tau tempat ini kok" taeyong memajukkan badannya untuk melihat apa tujuan mereka sudah dekat atau belum.
"Ini beneran gue nanya buat yang terakhir kalinya. Kita ini mau ngapain sih di tempat ini?" jaehyun berkomentar saat mereka berhenti di dekat gunungan barang barang rongsokan yang menumpuk di sekeliling, bahkan bau sampah pun tercium oleh pria tampan yang tidak pernah berada di tempat seperti ini.
"cari mobil yang nabrak jeno. Polisi ga nemu mobilnya, siapa tau ada disini" taeyong berujar sambil berjalan turun mengabaikan bau yang menyengat. Jaehyun dengan menutup hidung dengan lengan mengekor sambil mengibaskan tangannya.
"beneran ada di sini?" jaehyun bertanya apalagi melihat tumpukan rongsokan di depan sana nampak menggunung.
taeyong mengangkat bahu. "who knows?"
—————
jangan lupa untuk tinggalkan jejak disini ya bestie! thank you for reading💗
KAMU SEDANG MEMBACA
Cafe : The Last mission
FanfictionSabiru Jeno Mahaprana terbangun setelah tiga tahun dari tidur panjangnya yang begitu lelap dengan fakta bahwa sang ibu, ternyata sudah meninggalkan dirinya untuk selamanya saat ia tertidur. Tak hanya itu, Jeno juga terbangun dengan sebuah kemampuan...