"kak, langsung berangkat apa ke tempat kerja dulu?" jeno yang seperti biasa bersikap cuek dan dingin di rumah menghentikan langkahnya saat karina menghentikan dirinya dengan suaranya yang menusuk telinga.
Jeno hanya berdiri diam di depan pintu menunggu apa maksud karina dan benar saja karina berlari dari kamar nya mengejar jeno yang sudah bersiap dengan memegang leather jaket miliknya.
"kenapa?" tanya nya pada karina yang sudah rapi dengan kaus polos berwarna peach dan celana training panjang lengkap dengan tote bag dan minum di tangannya.
"ikut dong nyampe sekolah, udah telat" jeno hanya berdecak kemudian berjalan melewati karina, memilih memakai jaket nya menuju motor besar nya yang sudah terparkir rapi oleh salah satu supir sang papa. Sudah dipanaskan tinggal dipakai berangkat sekolah saja.
"ngapain disitu? buruan! udah siang!" karina tersentak kemudian berlari lari mengambil sepatunya sebelum kakaknya kembali mengoceh.
"helm nya mana?" jeno menoleh ke arah karina yang naik tanpa memakai helm. "masih di rumah nya giselle, kemarin kan bawa helm berangkatnya tapi pulang nya dianter" jeno berdecak lagi, ia kemudian melepas helm full face yang sudah ia pakai dan memberikannya kepada karina.
"ngga usah lah, kak. Cuma deket kok dari sini ke sekolah" karina menolak helm pemberian kakaknya sementara jeno menatap datar gadis di boncengan belakangnya. "pake atau turun sekarang!" ancamnya.
Karina mendengus. "dih ngancem nya begitu" karena sudah diancam sang kakak yang karina tahu ancamannya akan benar benar dilakukan, akhirnya dia menerima helm milik jeno dan memakainya.
setelah memastikan kalau helm nya sudah dipakai oleh karina, jeno akhirnya menjalankan motornya dengan kecepatan tinggi mengingat kalau sebentar lagi mereka harus berangkat karena ada perlombaan antar sekolah. Bukan hanya karina yang sedang siap berlatih, jeno juga sudah memakai almamater miliknya yang dibalut jaket hitam nya.
"pulang jam berapa?" sedikit berteriak, jeno berusaha mengajak berbicara karina. Karina mendekat hingga wajah mereka sejajar. "HAH? KENAPA KAK?" ujarnya sedikit berteriak karena tidak kedengaran. Ini karena jeno menjalankan motornya dengan cepat plus karina yang memakai helm milik jeno sehingga ia makin makin tidak bisa mendengar suara jeno.
jeno berdecak. "PULANG JAM BERAPA?" teriaknya. karina ber oh ria. "nanti selesainya jam tiga an. Kenapa?"
jeno menggelengkan kepalanya. "ngga papa"
Karena sekarang jadwalnya pertandingan sepakbola dan dance antar sekolah, tentu saja parkiran dalam sudah ramai oleh para peserta lomba serta para supporter sudah berdatangan jadi mau tidak mau jeno memarkirkan motornya di parkiran luar, berada di depan sekolah yang menyeberang jalan.
Jeno mematikan motornya dan membiarkan adik tirinya untuk turun terlebih dahulu dengan berpegangan pada bahu nya.
"makasih kak, karina duluan. Udah ditungguin. bye bye. selamat bertugas!" jeno menggelengkan kepalanya saat melihat karina memberikan helm nya secara sepihak dan berlari dengan tergesa gesa.
Karena sekarang ia parkir di parkiran luar yang agak rawan pencurian helm (ini yang tau hanya anak organisasi karena kejadiannya saat rapat organisasi dan tidak ada yang tau lagi) jadi jeno memilih untuk membawa helm nya masuk ke dalam lingkungan sekolah atau setidaknya bisa dia titipkan di ruang tu karena dia sudah bestie sekali dengan mereka.
"biru tumben siang?" rekan jeno bertanya kepada jeno yang sudah rapi dengan almamater yang ia pakai serta name tag yang sudah ia kalungkan. "iya nih, tadi habis subuh gue ketiduran" jawabnya apa adanya. "ini baru mulai apa udah setengah jalan?" tanya nya sambil melihat sekitar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cafe : The Last mission
FanfictionSabiru Jeno Mahaprana terbangun setelah tiga tahun dari tidur panjangnya yang begitu lelap dengan fakta bahwa sang ibu, ternyata sudah meninggalkan dirinya untuk selamanya saat ia tertidur. Tak hanya itu, Jeno juga terbangun dengan sebuah kemampuan...