cafe:-les

709 128 5
                                    

"lo mau langsung ke rumah gue apa mau balik dulu?" Jaemin bertanya kepada Jeno dan karina yang berjalan bersamaan. Jeno menunjuk karina dengan dagunya. "gue anter dia dulu ngga papa? Dia berangkat sama gue tadi" tanya jeno.

"eh eh ngga usah, biar nanti gue balik naik ojek aja. Kakak langsung berangkat aja daripada bolak balik" jeno mengangkat alisnya terlihat tidak suka dengan tolakan karina. Padahal karina tadi pagi masih harus dipaksakan untuk bangun.

"karina sama gue aja, gue mau nyalon sekalian ya? boleh ngga?" Giselle tiba tiba menyahut sambil merangkul karina. Jeno menoleh. "beneran?" giselle menganggukan kepalanya. "ntar gue jajanin juga elah. Adek lo ga bakal lecet, tenang" Jeno menganggukan kepalanya.

ia kemudian mengambil dompet dari sakunya kemudian mengeluarkan beberapa uang lemsran berwarna merah dari dompetnya hingga tersisa beberapa uang lembaran warna yang berbeda. "ini, bawa ini" ujar jeno sambil memberikan uang nya kepada karina.

Karina tentu saja menolak. "nggak usah, uang adek masih cukup kok. Masih ada uang tabungan juga. Kakak pake aja uangnya buat service motor" jeno menggelengkan kepalanya. ia menarik telapak tangan karina kemudian menggenggamkan uangnya di genggaman tangan karina.

teman temannya hanya bisa diam melihat jeno mengeluarkan uangnya tanpa berpikir dulu kepada sang adik padahal dia baru gajian dan sepertinya gajinya diberikan lebih dari setengahnya untuk karina.

"udah. Pake itu aja. Siapa tau lo mau ke salon, mau makan enak, pake itu aja. Jangan khawatir. gue punya uang lagi. Ambil aja. Pake sepuasnya. Buat diri lo dan dedek seneng. Uang nanti bisa gue cari lagi. Udah sana kasian giselle nungguin, makan yang enak ya. Jangan makan junk food. Gue pergi dulu" sebelum karina sempat menolak, jeno sudah melangkah pergi meninggalkan karina yang bibirnya sudah melengkung ke bawah, siap menangis.

"yuk langsung aja, karina mau main sama giselle katanya" ujar jeno menuju motornya. Ia menaiki motornya.

"ini ada yang mau nebeng gue ngga? mumpung gue kosong" ujarnya kepada teman temannya siapa tau ada yang butuh tebengan.

"lo bisa boncengin yeji ngga? atau ngga lo boncengin haechan biar ryujin bawa motornya echan boncengan sama yeji" lia bersuara. Mereka ada empat motor, jaemin akhirnya membawa motor ducati keluaran terbarunya ke sekolah.

jeno menganggukan kepalanya. "gue siapa aja boleh. Echan ayo, yeji ayo. cuma agak tinggi aja boncengannya. Bisa?" yeji menatap motor jeno ragu. Motor itu tinggi.

"ya udah ya lo bawa yeji ya, gue mau fotokopi dulu di depan. Pokoknya kita ketemu di rumahnya jaemin ya. Ntar di share location kok" jeno menganggukan kepalanya saat teman temannya  mulai meninggalkan mereka di parkiran.

"bisa naiknya ngga?" yeji menganggukan kepalanya ragu.

"nih peganggan" jeno mengulurkan tangannya sebagai tumpuan agar yeji tidak jatuh saat naik sementara tangan kanannya memegangi setang agar tidak oleng. "udah?" tanya nya saat tangannya sudah tidak terasa di pegang.

Yeji yang sedang memakai helmnya menganggukan kepalanya. "udah"

Mendengar kata udah, jeno segera menjalankan motornya keluar dari parkiran sekolah menuju rumah jaemin dengan yeji di boncengannya duduk menyamping dengan tote bag yang menutupi rok nya agar tidak terbang.

Jeno tiba tiba memelankan laju kendaraannya kemudian merogoh sakunya untuk mengambil ponsel miliknya yang berdering dan memberikan kepada yeji untuk mengangkatnya.

"hah?" yeji bengong tiba tiba disuruh memegang ponsel milik jeno.

jeno membuka kaca helm nya. "Angkat. Gue lagi nyetir. Siapa yang nelpon?" tanya nya. Yeji melihat ponsel milik jeno. "jaemin" Jeno menganggukan kepalanya. "Angkat aja" ujar jeno sambil menutup kaca helm nya kemudian melajukan motornya menyalip kendaraanya di hadapannya membiarkan wanita di belakangnya untuk mengangkat telepon.

Cafe : The Last mission Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang