"buat adik adik yang mengikuti seleksi anggota osis, mpk, dan pramuka kami tunggu hari besok ya pukul sembilan" jeno bisa melihat mark dan teman teman lainnya berujar di hadapan mereka seusai jam pelajaran berlangsung. beruntung mereka ada jam kosong di akhir pelajaran jadi kedatangan kakak kelas mereka tidak mengganggu waktu pembelajaran.
"baik kak"
"kalau begitu kami pamit dulu ya. jangan lupa datang besok" ujar mereka ramah sebelum kembali keluar. Jeno mendengus saat melihat mark bukannya ikut keluar malah menghampiri dirinya
"apaan?" mark menyengir kemudian merangkul jeno. Jeno mengerti. ini pasti ada maunya nih.
dan benar saja.
"jen, motornya gue yang bawa balik ya. Mau nebengin mina soalnya" jeno melirik mark tajam. Tadi dia berangkat bersama dengan mark dari cafe bersama dan sekarang dia akan ditinggal sendiri gitu?
"dih? terus gue balik sama siapa nanti?" jeno bertanya kepada mark. mark menyengir. "lo naik ojek online aja. Duitnya gue ganti dah. Ya? ya? ya?" jeno mendengus kemudian mengeluarkan kunci motor dari sakunya.
"noh" ujarnya melempar kepada mark yang langsung dengan sigap. "thanks ya adek, ntar gue traktir" mark berujar sambil mengacak rambut jeno membuat jeno merengut. perasaan dia anak sulung kalau di rumah tapi kalau di tempat kerja pasti dia yang diuyel uyel karena kalau sungchan, yang nyampe cuma jaehyun kalau mau nguyel dia
harap dimaklumi yang lainnya tingginya mini- mini
"kayanya yang keliatan saudara banget lo sama mark deh daripada sama adek lo" jaemin mengomentari jeno yang malah nampak akrab dengan mark yang bukan siapa siapanya, tidak ada hubungan darah sama sekali dengan dirinya tetapi dengan karina malah terlihat canggung, jeno bahkan tidak banyak berbicara dengan adik tirinya. Ia hanya pernah berangkat sekali dengan karina setelah itu tidak ada interaksi apapun lagi. Tugas kelompok pun jeno hanya bisa berbicara seadaannya.
"gue kan emang adeknya mark" jawab jeno singkat sambil memasukkan buku nya ke dalam tas. bersiap untuk mengganti bajunya karena sebentar lagi dia ada pertemuan rutin pecinta alam.
"sakit hati kalau adek lo denger omongan lo" jaemin meledek. Jeno hanya tersenyum sinis. "emang seharusnya gitu ngga sih? udahlah. gue udah males bahas itu. mending gue ganti baju aja. Lo jadi kumpul voli?" jeno bertanya kepada jaemin yang menggendong tas nya.
"ya mau gimana ya tiba tiba dikasih tau kalau voli ada lomba bulan depan dan kita langsung di suruh langsung seleksi" jaemin berujar kemudian bangun dari kursi nya diikuti jeno untuk melangkah ke kamar mandi mengganti pakaian mereka.
jeno mengganti seragamnya dengan kaos polos berwarna hitam dengan celana training senada hingga mata kaki. Ia menatap cermin yang berada di hadapannya saat ia melepas baju.
matanya mendesah malas saat melihat ada 'seseorang' yang mengintip. Wajahnya menempel di pintu, tapi tidak ada badannya. Jadi jeno hanya bisa melihat pintu dengan mata dan bagian wajah yang tidam menarik sama sekali. ia melirik sinis. "keluar. gue mau ganti baju" ujar nya tidak takut lagi dengan hantu seperti ini.
hantu tersebut melotot ke arah jeno menyadari kalau pria itu bisa melihatnya. "keluar atau gue bacain doa sekarang?" jeno mengancam. Mau tidak mau hantu wanita itu merengut dan keluar dari pintu sambil cekikikan.
"lo ngomong sama siapa dah?" jaemin bertanya setelah jeno keluar dari kamar ganti. hanya ada mereka berdua karena mereka berdua tadi keluar lebih awal.
"biasa" jeno berujar sambil melipat kemejanya. Jaemin melotot. Paham nih arah pembicaraan jeno kemana. "hantu? serem?" ujarnya sedikit berbisik kepada jeno yang berjalan di sampingnya begitu mereka keluar dari kamar ganti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cafe : The Last mission
FanfictionSabiru Jeno Mahaprana terbangun setelah tiga tahun dari tidur panjangnya yang begitu lelap dengan fakta bahwa sang ibu, ternyata sudah meninggalkan dirinya untuk selamanya saat ia tertidur. Tak hanya itu, Jeno juga terbangun dengan sebuah kemampuan...