"sekarang kalian buka mata kalian" jeno yang sedari tadi duduk entah dimana karena tiba tiba diarahkan oleh seseorang untuk berjalan dengan mata tertutup lantas membuka matanya saat seseorang menepuk bahunya.
ia bisa melihat kalau mereka dibagi menjadi dua dan di barisannya yang ia kenal hanya ada yeji sisanya dia tidak mengenal mereka karena dari kelas lain.
"buat adik adik disini, selamat bergabung menjadi anggota MPK" kakak kelas yang berdiri di hadapan mereka, yeeun, berujar sembari bertepuk tangan pelan sesudah kelompok lain di bubarkan. Jeno berkedip pelan. Dia?
Majelis perwakilan kelas atau biasa disebut MPK adalah salah satu organisasi yang tidak berada di dalam naungan osis. MPK di sekolah jeno adalah organisasi independen yang langsung bertanggung jawab dibawah kepala sekolah. MPK bertugas mengawasi kegiatan yang ada di dalam sekolah, baik ekstrakulikuler maupun organisasi seperti dewan ambalan maupun osis.
mpk wajib memiliki anggota setiap kelas nya dan entah mengapa jeno dan yeji terpilih menjadi anggota mpk bagi mipa satu.
"selamat datang dan selamat bergabung di mpk, perkenalkan saya yeeun, saya yang menjabat sebagai ketua satu dan ini minhyuk menjabat sebagai ketua dua. mungkin kalian sudah kenal kami bukan?" yeeun bertanya basa basi kepada adik adik kelas mereka.
"sudah kak" mereka bersorak. yeeun yang memegang kertas tersenyum sementara minhyuk yang sedang memeluk tiang net lapangan voli menganggukan kepalanya puas. "bagus bagus"
"ini mau langsung aja hyuk?" minhyuk menoleh ke arah yeeun yang menunjuk kertas di tangannya. minhyuk menganggukan kepalanya. "langsung aja daripada kesorean, mending sekarang" minhyuk menjawab. yeeun menganggukan kepalanya.
"jadi gini, karena kalian semuanya udah terpilih buat masuk MPK, kakak ucapkan selamat sekali lagi. Dan tentu saja, untuk MPK sendiri akan memiliki ketua tiga buat ketua angkatan kalian dan kebetulan dari hasil pemilihan kemarin kami sudah menemukan kandidat yang cocok menjadi ketua tiga" jeno menghela napas. Ia menyipitkan matanya yang memang sudah kecil karena sinar matahari sore mengenai tepat di matanya.
Karena itulah, jeno bisa 'melihat' hal macam macam. Mencoba membiasakan diri dengan penghuni sekolah walah kadang merasa gemetaran mengingat dia baru bisa melihat sejak beberapa waktu lalu. Ia bisa melihat anita berdiri dari kejauhan, masih dengan tali di lehernya bergerak melayang atau jeno bisa melihat beberapa sosok yang sedang duduk di pohon pohon sesekali menggaruk rambutnya yang mengembang.
"hah kenapa?" jeno terkejut saat sikunya tiba tiba di senggol padahal dia sedang asik asik nya melamun.
jeno tidak tahu siapa yang menyenggolnya karena pria itu duduk di sebelahnya. "itu" tunjuknya ke arah yeeun dan minhyuk.
"jeno kan?" yeeun bertanya. Jeno gelagapan. "i-iya kak. saya jeno. kenapa ya kak?" jeno berujar menjawab sambil terbata.
minhyuk tertawa pelan. "fokus bro, ngelamunin apa?" ledeknya. jeno hanya menyengir. Dia tidak mau menjawab. masa iya menjawab 'saya lagi ngeliat kunti di belakang kakak?' bisa bisa semuanya orang langsung berlari terbirit birit.
"jadi jeno, kami pilih kamu sebagai ketua tiga, ya? siap ngga siap kamu harus mau. gimana?" jeno shock.
"saya, kak? ngga salah pilih? kan ada yang lain yang dulunya anak organisasi waktu smp. soalnya saya ngga ada pengalaman sama sekali" jeno mencoba mencari alasan agar dia tidak menjadi ketua tiga.
"dari hasil tes tertulis dan wawancara kemarin, nilai kamu paling tinggi, jeno. jadi setelah ini kamu langsung rapat bersama anggota anggota baru kamu untuk susunan angkatan ya. Untuk event pertama kalian adalah pemilihan ketua osis dua minggu lagi, calonnya ada dua hendery dan mark. Kita rapat lagi hari rabu dan semua instruksi akan saya beritahukan kepada jeno. Jadi, setelah ini jeno jangan pulang dulu ya"
jeno mendelik.
AH ELAH TAU BEGINI JADINYA DIA NGGA USAH IKUT SELEKSI.
***
"lo jadi ketua tiga?" jeno yang baru saja masuk ke cafe mendengus saat tiba tiba mark menyindir nya dari balik kasir. beruntung sedang tidak ada pelanggan jadi tidak ada yang mendengar suara mark yang menyindir nya.
"siapa yang jadi ketua tiga? elo jen?" jeno mendengus saat suara jaehyun terdengar.
"iya" dengan sebal ia berjalan. "tau gitu kemarin gue kaga usah ikut seleksi" mark tertawa saat melihat wajah bad mood dari jeno. Ia tadi mendengar kalau jeno yang terpilih menjadi ketua tiga dan ia langsung tertawa terbahak bahak saat menyadari nasib jeno yang masuk ke dalam zona buruk karena jeno, si cowo magernya luar biasa dipaksa untuk aktif di organisasi pada tahun pertama ia sekolah umum.
"diem ngga usah ketawa lo. gue yang bakal ngurus waktu lo nyalon nih, ah anjir lah. tau gitu gue ngga usah dateng aja" kali imi bukan hanya mark, tapi jaehyun juga ikut tertawa. "selamat meninggalkan kemageranmu, adik. Ayo aktif, anak muda. ayo ambis!" Jeno mendengus.
"kalian ngapain disini?" mereka menoleh ke arah taeyong yang ternyata baru datang dengan kacamata di tangannya, kemeja dimasukkan ke celana bahan serta pantofel hitam kaya anak magang. di tangannya ada sebuah map yang membuat mereka mengira ngira apa yang di pegangnya.
tentu saja bukan kontrak band karena kemarin mark kena omel taeyong habis habisan. udah tau taeyong kemarin mood nya lagi jelek malah disuruh, udah deh kena omel dan kena sindir macan pms ini.
"ngga ngapa-ngapain. mas darimana? itu apa?" sungchan yang sedang memegang pel pelan bertanya sambil menunjuk map di tangan taeyong.
taeyong yang sedang mengunyah kebab nya menelan terlebih dahulu. "ini? hasil dari kepolisian"
mereka berempat menoleh ke arah taeyong. "udah keluar? gimana hasilnya?" jaehyun bertanya. taeyong kemudian bersandar di meja kasir sambil menggigit kebabnya.
"positif. dna mereka sama" jawabnya masih sambil mengunyah kebabnya.
"sama? terus gimana? ada keluarga yang bisa dihubungi?" taeyong mengangkat bahu.
"itu dia. mereka nutup diri sama kematian anita karena nganggep anita aib. jadi selamat bekerja keras, kids"
—————
jangan lupa untuk tinggalkan jejak disini ya bestie! thank you for reading💗
KAMU SEDANG MEMBACA
Cafe : The Last mission
FanfictionSabiru Jeno Mahaprana terbangun setelah tiga tahun dari tidur panjangnya yang begitu lelap dengan fakta bahwa sang ibu, ternyata sudah meninggalkan dirinya untuk selamanya saat ia tertidur. Tak hanya itu, Jeno juga terbangun dengan sebuah kemampuan...