cafe:-gangguan

702 132 7
                                    

"aishh" jeno membuka matanya saat lehernya terasa sakit karena terlelap ketika mengerjakan soal soal dan mungkin karena ia kelelahan hingga dia ketiduran di meja belajar nya.

Ia memijat mijat leher hingga bahunya yang terasa sangat nyeri karena posisi tidurnya yang luar biasa aneh sebelum melirik jam dinding, masih pukul tiga hendak pukul empat. Jeno menguap, ingin tidur lagi sebentar lagi pagi.

Membawa satu buku keluar kamar, jeno beranjak ingin membuat teh saja sambil membaca baca materi yang akan keluar atau mungkin malah dia akan bermain game saja nantinya.

ruang tengah tentu saja gelap karena Karina dan yeonjun yang tidur di kamar bawah sepertinya masih terlelap, ya siapa juga yang bangun pagi pagi buta seperti ini.

Jeno doang, Hari ini hari lomba nya tapi dia sekarang malah asik memijat mijat leher hingga bahunya dengan cream pereda nyeri otot sambil duduk di ruang tengah karena demi apapun, tadi dia ketiduran dengan posisi duduk yang hampir jatuh karena kepalanya ia rebahkan di meja.

Setelah merasa leher nya enakan, jeno melangkah menuju wastafel untuk mencuci tangan karena ingin membuat teh dan sepertinya mie instan juga enak malam malam gerimis seperti ini.  Tapi ternyata, begitu dia hendak mengambil gelas selepas mencuci tangan, samar samar  ia mendengar eunbi menangis. semakin lama semakin keras suaranya hingga membuat jeno menoleh.

tumben banget rewel?

Jeno kemudian melangkah mendekat, mengetuk pintu kamar yang ternyata masih menyala. "jun? karin? baik baik aja?" Ketuknya. 

Tidak lama, pintu dibuka.

Yeonjun tengah menimang nimang putranya dengan telanjang dada serta raut wajah yang mengantuk sementara suara tangis eunbi terdengar saling bersahutan dengan tangisan karina yang sepertinya sedang memompa asinya.

"kenapa? kok nangis nya gantian kaya gini?" jeno bertanya kepada yeonjun, membiarkan karina menutup dadanya dengan kain dan mengancingkan piyama nya nya.

yeonjun menggelengkan kepalanya. "Karina nangis karena dada nya nyeri, kalau ini ngga tau. Dia rewel dari tadi, berkali kali bangun terus nangis kenceng. gue kira demam tapi suhu badannya normal, dikasih susu ngga mau, dicek popoknya dia ngga pee atau poo. gue ngga tau apa yang terjadi" Yeonjun masih menggendong eunbi yang terus menerus menangis. Melihat wajah yeonjun yang kelelahan, jeno sendiri tidak tega

"eunbi, sini sama om yuk. Kasihan papamu besok pagi harus kerja" jeno mengambil alih gendongan eunbi yang masih menangis sementara yeonjun berusaha menenangkan karina. Jeno menimang nimang eunbi keluar dari kamar membiarkan yeonjun membantu karina.

"ck ck ck itu apa itu" jeno menggendong eunbi dengam posisi eunbi bersandar di dadanya, tangis eunbi perlahan reda walau masih sesekali terdengar. "pintarnya ponakan om jeno" jeno menimang nimang eunbi sambil melihat lihat sekitar, mencoba mencari tau penyebab keponakannnya menangis.

"udah diem karin nya?" yeonjun menganggukan kepalanya saat jeno menatap plafon kamar adiknya. Ia kemudian memberikan eunbi kepada gendongan ayahnya. "pegang dulu sebentar" ujarnya dengan raut wajah datar dan melangkah menuju kamar karina.

dan benar.

sekarang baru terlihat yang membuat eunbi tidak nyaman yaitu sesosok berambut gimbal yang yang tengah duduk di sudut ruangan dekat toilet memamerkan belatung di punggungnya.

"pergi dari sini" jeno berujar lirih. Yeonjun kebingungan. Ini dia lagi diusir apa gimana sih? Karina yang paham, buru buru langsung bangun dari kasur dan memeluk suaminya yang kebingungan.

sosok itu berbalik, menyeringai menunjuk lidahnya yang panjang tengah berusaha menjilat jilat pembalut karina yang masih nifas.

"Jorok. Pergi dari sini sekarang atau gue usir?"  jeno mengambil cangkir air minum entah milik siapa. Bukannya takut, sosok itu semakin menantang sambil tertawa melengking menunjuk punggungnya.  "hihihihi mau liat?" ujarnya sambil menjulurkan lidahnya kemudian berbalik mengambil belatung di tubuhnya. "mau?" tawarnya pada jeno.

Jeno yang sudah emosi karena makhluk ini sampai mengganggu karina apalagi eunbi. Ia kemudian membaca doa, dari dalam hati semakin keras hingga bahkan suaranya terdengar di telinga karina yang ketakutan dan yeonjun yang sedang menenangkan anak istrinya.

"kutaliin aja ya? apa mau kurusak sekalian? nih. Makanya jangan ganggu keponakan gue. Rasain" Jeno kemudian memberi 'ikatan' dan membaca doa lebih keras sehingga suara teriakan minta ampun terdengar begitu keras di telinganya dan entah dari mana ada sosok tinggi besar yang datang dan membawa wanita itu. Jeno kemudian mencipratkan air yang sudah ia baca doa, di sekeliling kamar terutama di ranjang eunbi dan karina..

"udah. Nggak bakal kenapa napa. Lain kali kalau eunbi rewel panggil gue aja biar  gantian gendongnya" ujar jeno sambil mengelus pipi eunbi sekilas yang sudah terlelap begitu nyenyak dan nyaman.

***

"gimana lomba nya?" yeji menempelkan isotonik dingin di pipi jeno yang baru saja selesai lomba, untuk pengumuman akan dilaksanakan esok hari jadi jeno dan pendampingnya memilih pulang ke sekolah untuk mengambil barang-barang yang tertinggal.

"pusing. Ngantuk. pengen tidur. by the way thank you" ujar jeno sambil meneguk minuman yang kekasihnya berikan. "mau ada event apa anak dance?" tanya nya. Yeji menoleh. "biasa, kan kelas 12 mau perpisahan. Harus disiapin dari sekarang biar ngga mepet terus juga ada event di salah satu kampus swasta juga yang diikutin" jeno menganggukan kepalanya.

"oh kamu nanti pulang sama siapa? aku ngga bawa motor karena tadi berangkat sama yeonjun. Mau naik bus sama aku?" jeno bertanya. Yeji menggelengkan kepalanya. "papa sama  yang jemput nanti. Sekalian mau makan malam keluarga diluar" jeno menganggukan kepalanya. "oh baguslah. Mau keluar bareng ngga? udah sore banget nih soalnya. Mau maghrib juga daripada ditungguin papamu" yeji menganggukan kepalanya kemudian mengambil tas nya dari tempat latihan dan berjalan keluar dengan jeno, untungnya yeji sudah menyempatkan diri untuk mandi tadi.

"sore, om, tante" jeno menyapa papa yeji yang ternyata sudah menunggu di parkiran luar. Ia kemudian menyalami tangan keduanya. "sore, nak jeno. baru pulang juga?" jeno menganggukan kepalanya.

"iya, om" ujarnya ramah.

"pulang naik apa? motor nya mana? apa mau ikut om aja?" jeno tersenyum dan menggelengkan kepalanya. "ngga usah om, nanti jeno bisa naik ojek online aja. Makasih buat tawarannya" mendengar jeno yang menolaknya mau tidak mau papa yeji akhirnya menjalankan mobilnya karena memang sudah mulai maghrib dan akan terlambat jika dia tidak bergegas sekarang.

"jalan aja kali ya, males juga kalau harus nunggu bus" almamater nya ia sampirkan ke bahu sehingga sekarang dia hanya memakai kemeja dengan celana abu abu sebagai bawahan sebelum memulai berjalan untuk kembali ke rumah, sesekali berlari untuk menyegarkan pikirannya.

Jeno menghentikan langkahnya saat indera penciumannya mencium bau aneh yang begitu menyengat begitu ia melewati sebuah irigasi kecil yang memang tiap hari ia lewati. Maghrib sudah datang, matahari juga sudah tenggelam tapi jeno masih berada di tengah jalan dengan bau aneh yang begitu menganggunya.

Saking mengganggunya, karena penasaran ia mendekat ke arah irigasi yang menjadi sumber bau yang membuatnya penasaran. Begitu ia mendekat, seluruh tubuhnya membeku.

Sesosok remaja perempuan, masih dengan seragam biru putih kini terbaring telungkup mengapung di irigasi tersangkut dengan batang batang pohon yang menahannya. Bau busuknya pertanda kematiannya tidak terjadi hari ini.

"what the fuck?"

—————

jangan lupa untuk tinggalkan jejak disini ya bestie! thank you for reading💗

Cafe : The Last mission Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang