"ngga usah masuk dulu lah kalau masih mual. Gue ngeliatnya aja udah kaya mau mati tuh muka" jeno berkomentar saat karina memaksakan diri untuk berangkat sekolah walau pucat nya bukan main. Benar, bahkan lipstick nya aaja tidak terlihat karena dia berkali kali ke kamar mandi untuk memuntahkan apa yang ada di perutnya yang keluar hanya bisa cairan.
"kan ada ulangan" karina protes. Jeno menghela napas. "susulan aja deh, biar gue bilangin guru kalau lo lagi sakit" karina lagi lagi menggelengkan kepalanya, masalahnya ini guru yang cukup ketat karena hanya bisa ikut ulangan sekali kalaupun ada alasan harus dapat alasan yang jelas. Dan ini juga ulangan terakhir sebelum mereka uas dan kenaikan kelas.
"ya udah ayo. Tapi kalau mual atau pusing langsung ke uks aja" jeno memperingatkan, ia kemudian menggendong tas karina di bahu kanan sementara tas nya sendiri ia gendong di bahu karina, berjalan mendahului karina yang berjalan pelan pelan mengikuti sang kakak.
"minum dulu" jeno memberikan botol air kepada karina saat melihat karina menutup mulutnya. Karina menerimanya. "thanks" ujarnya sambil meneguk air yang jeno berikan. Jeno memperlambat laju mobilnya agar karina tidak terguncang saat minum.
"udah?" karina mengangguk. "udah. Maaf ya kak, karin ngerepotin" ujarnya tidak enak. jeno hanya berdehem.
Karina mengusap perutnya yang datar. "adek, ayo bilang sama mama adek mau apa. Jangan kaya gini. Kasihan om kamu tuh panik. Ayo bilang mau apa" karina berbicara sendiri sambil mengusap perutnya. Jeno tersenyum tipis. Setidaknya dia tidak khawatir kalau adiknya hilang akal karena sekarang sudah menerima ada bayi kecil di perutnya.
Ah ngomong ngomong soal yeonjun, jeno belum menceritakan kalau dia tahu ayah dari bayi yang dikandung karina. Karina baru saja bisa menerima bayinya dan jeno tidak mau membuat dia terterkan.
"suka diajak ngomong dia kayanya" jeno berkomentar saat karina sudah tidak lagi mual. Apalagi ketika karina bercerita pelan sambil mengusap perutnya. karina menoleh dan tersenyum tipis. "minta diajak ngomong kayanya" ujar karina.
Keduanya turun dari mobil begitu jam menunjukkan pukul tujuh kurang sepuluh menit dan berjalan beriringan. beruntung kelas mereka tidak berada di lantai dua walau harus berjalan menuju ujung.
"loh lu berangkat? muka lu pucet banget deh" jaemin yang sedang disuapi sushi oleh mbak pacar berkomentar melihat Karina yang datang dengan jeno. Karina hanya tersenyum. "ngga papa, ngga fit aja" ujarnya kemudian duduk di samping giselle yang sedang belajar.
"Nih makan sendiri, aku mau belajar. Gantian" jaemin menganggukan kepalanya. membiarkan minju menyingkir dari kursi jeno dan jeno akhirnya menempati kursinya sebelum dia mulai mengerjakan soal soal.
"jen, nanti lo disuruh kumpul sama kak yeeun" jeno yang sedang mengerjakan soal mendongak. Ia bisa melihat yeji berujar, ia sedikit terkejut saat melihat mata yeji yang masih terlihat begitu membengkak karena sepertinya ia semalaman menangis. Jeno hanya menganggukan kepalanya. "oke" ujarnya tidak ingin mengganggu suasana hati yeji yang sepertinya masih buruk apalagi saat melihat karina yang merebahkan kepalanya di meja karena masih pusing.
"buset, muka lu kena tawon apa gimana nyai?" susah susah jeno menjaga agar tidak membahas mata yeji, dengan tidak ada adabnya haechan mengomentari yeji. Yeji mendelik. "habis marathon drama gue. emang ngga bener marathon sebelum ulangan" alibinya.
"nih nyai, makannya kalau mau nonton drama dipikir dulu masa iya mau ujian marathon dram--aduh aduh iya jin jangan dicubit pinggang gue" haechan mengaduh saat ryujin mencubit pinggangnya oleh ryujin. "bawel amat, gembul. buruan duduk daripada ngomong mulu"
Jeno dan jaemin hanya menggelengkan kepalanya. Keduanya masih fokus belajar dengan cara yang berbeda. Jeno mengerjakan latihan soal dan jaemin...
pasrah kepada tuhan karena ia sudah menyerah saking tidak paham nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cafe : The Last mission
FanfictionSabiru Jeno Mahaprana terbangun setelah tiga tahun dari tidur panjangnya yang begitu lelap dengan fakta bahwa sang ibu, ternyata sudah meninggalkan dirinya untuk selamanya saat ia tertidur. Tak hanya itu, Jeno juga terbangun dengan sebuah kemampuan...