cafe ;-mission

737 130 0
                                    

"mau kemana lagi, biru?" bian berkomentar saat ia melihat subuh subuh putranya sudah keluar dari kamar dengan celana training dan kaus polos panjang. ia sudah membawa headphone di leher nya.

"mau lari pagi" jawab jeno sambil mengambil sepatu yang ada di rak. Ia semalam tidak bisa tidur karena entah kepalanya terasa berisik. Banyak sekali orang orang yang berbicara di kepalanya hingga membuatnya tidak bisa tidur nyenyak.

"pagi pagi begini? masih dingin loh diluar?" ucapnya tidak percaya karena bagaimanapun semalam hujan turun begitu derasnya dan sekarang tentu saja masih tersisa dingin dinginnya dan gerimis nya.

jeno hanya mengangkat bahu sebagai jawaban kemudian berjalan melewati pintu dengan memakai headphone miliknya. Ia memulai peregangan sejenak. Ia bisa melihat bahwa matahari bahkan belum muncul.

"ikutttt" jeno menghela napas saat mendengar suara cempreng dari teman kecilnya yang belakangan sering ikut pulang ke rumah.

"kamu kenapa sering ikut aku?" tanya nya kepada amanda yang ikut berlari di sampingnya dengan langkah langkah kecilnya. padahal jeno tahu kalau seharusnya amanda bisa melayang terbang seperti hantu-hantu lainnya tapi ia memilih untuk berlari lari kecil dengan jeno.

"tidak tahu. Mungkin karena kamar mu bagus. aku senang sekali bermain di kamar mu. Banyak mainan yang bisa ku mainkan" jawaban tanpa dosa itu membuat jeno mendengus.

"Jangan mengangkat mainan sembarangan apalagi ada orang lain di rumah. Mereka bisa lari ketakutan. Mengerti?" Amanda menganggukan kepalanya.

"kita mau kemana, jeno? aku lelah sekali" amanda mengeluh saat jeno menghentikan larinya. Ia menoleh ke arah amanda. "kau kan hantu bagaimana bisa merasa lelah? aku yang seharusnya mengatakan itu" sedikit terengah, jeno berujar.

amanda memanyunkan bibirnya. "begini begini juga aku pernah menjadi manusia, tau!" ocehnya masih terus mengekor kemana jeno melangkah. jeno memilih duduk di salah aatu rerumputan yang entah dimana sekarang karena entah sejak kapan kebiasaannya dimulai, dia selalu berjalan tak tentu arah. mengikuti insting nya saja sehingga mau tidak mau dia harus membawa ponsel sebagai navigasi ketika dia pulang nanti.

"itu yang kemarin pulang bersama mu kan?" amanda menunjuk tiga orang wanita dengan dua orang pria yang sedang berada di salah satu stand makanan.

Karena pagi sudah datang, ia bisa melihat jelas siapa yang ditunjuk oleh hantu belanda. "jangan menunjuk nya. dia bisa melihatmu juga, amanda" amanda yang tengah bersandar di lutut jeno menoleh dan membulatkan mata besarnya. "yang benar?" paniknya.

jeno menganggukan kepalanya. "dia bisa melihatmu juga. jadi aku peringatkan jangan macam macam dan jangan bandel atau aku akan minta will berdoa untukmu" amanda mendengus. "jangan dong, dasar jahat!"

"berhenti mengoceh amanda. Ayo pulang. Aku harus bekerja. Kudengar mas arkhan akan membuat choco cookies" mendengar itu amanda menoleh dan tersenyum gembira. "aku boleh minta satu?" tanya nya berkedip membuat mata besar nya berkilau walau jeno melihatnya tetap tembus pandang sih

"bilang sama mas arkhan dan asal kamu ngga buat ribut, pasti dikasih" amanda bersorak riang.

"assa! Jeno yang terbaik!"

dan jeno hanya bisa menggelengkan kepalanya.

***

"kalau udah nanti langsung ke dalem ya, ada yang mau diomongin" jeno yang sedang melayani pelanggan menoleh ke arah jaehyun yang menepuk bahunya. Jeno menganggukan kepalanya. "oh oke bentar lagi" jawabnya karena hanya tinggal dua pembeli dan kebetulan minuman mereka sudah dibuat.

Jaehyun menganggukan kepalanya kemudian berjalan lebih dahulu meninggalkan jeno.

setelah pesanan terakhir, jeno kemudian mengunci kasir dan pintu sebelum berjalan menuju bagian dalam cafe dimana yang lain sudah duduk berhadapan di meja makan dengan beberapa kertas yang sudah digeletakan di meja makan yang biasanya diisi oleh makanan makanan sisa yang harus mereka habiskan, tapi sekarang mereka tengah fokus membaca lembaran lembaran kertas yang tentu saja tidak mereka pahami artinya apa.

"itu apa?" jeno berbisik kepada sungchan. sungchan menoleh dan mengangkat bahu kemudian menyerahkan kepada jeno. "mboh. nggak ngerti blas aku. Mas coba baca sendiri deh. isinya gambar gambar tapi aku nggak paham. Kayanya emang otakku agak bermasalah. Kakak paham?" sungchan bertanya kepada jaehyun. jaehyun melirik dan menganggukan kepalanya ragu. "sedikit?"

jeno menghela napas. ia kemudian membuka kertas yang diberikan sungchan. Baru satu halaman, dia sudah mengerutkan keningnya. Apa ini?

"ini laporan kepolisian tentang kasus anita yang berhasil kita dapatkan dengan susah payah karena kasus ini sebenarnya sudah ditutup dan tentu saja kalau kita bisa menangkap pelakunya pun kita udah ngga bisa masukin ke penjara karena ini sudah terlalu lama dan kepolisian menganggap ini kasus bunuh diri" taeyong yang sedang memakan cheese cake sisa berujar. Di papan yang biasanya berisi catatan catatan pesanan sekarang sudah tertempel foto foto kematian anitan, tkp sejak kejadian, serta foto tkp yang kemarin mereka ambil sembari mengendap endap.

"alasannya?"  jaehyun bertanya.

"mereka memercayai kalau kasus ini kasus bunuh diri karena kalau kasus pembunuhan. Kalian bisa lihat report nya di halaman ketiga" mereka kemudian membuka halaman ketiga sesuai petunjuk dari taeyong dan membacanya dalam hati.

"jen, sini deh" jeno yang dipanggil menoleh kemudian mendekat ke arah taeyong tanpa curiga.

"mas mau ngapain mas" jeno panik saat ternyata taeyong datang membawa sebuah kain yang entah dari mana datangnya.

"sini dulu biruuuu" jeno menggelengkan kepalanya saat dia tahu apa yang akan terjadi. Taeyong akan mengikatkan kain itu di leher nya. Dan dia berusaha menutup lehernya dengan kedua tangannya.

"pegangin pegangin" taeyong memberi kode kepada jaehyun dan mark agar memegangi jeno sehingga jeno tidak banyak bergerak.

"mas sadar mas, gue masih kelas satu ini" jeno berontak saat taeyong melingkarkan kain di lehernya.

"diem dulu, jeno. gue juga ngga akan ngebunuh lo ngga tau juga kalau lo kebanyakan gerak. Jadi kata gue mending diem dulu" alhasil jeno menurut, membiarkan kain itu melingkar di leher nya.

"sungchan pegangin yang tinggi, jangan ketinggian kasihan abangmu" sungchan, si pria tertinggi menaiki salah satu kursi memegangi kain yang diberikan oleh taeyong. karena kain yang dipegang sungchan tinggi dan mengekang, jeno jadi mendongak sementara kedua tangannya memegangi tangan jaehyun dan mark.

"sama kan?" taeyong menunjukkan kondisi jeno sekarang dengan foto kejadian. jaehyun menoleh, mengamati keduanya dan mengangguk. "sama"

"lepasin lepasin" taeyong berujar kepada sungchan untuk melepaskan pegangannya pada kain hingga jeno terlepas. jeno berusaha meraih napas sebanyak mungkin saat cekikan di leher nya terlepas. ia bahkan terbatuk batuk.

"apa yang lo rasain tadi?" taeyong bertanya sambil menyodorkan segelas air. jeno meneguknya hingga tandas.

"gila lo mas untung gue kaga mati" jeno mencoba bernapas dengan normal.

"udah, ceritain dulu buruan apa yang lo rasain"

"sakit banget sumpah rasanya. apalagi pas keangkat dikit tadi rasanya sakit bagian leber kaya ada yang neken kuat banget dan susah banget napas padahal cuma beberapa senti dari tanah dan ngga ada sepuluh detik" jeno memberikan testimoni. taeyong menganggukan kepalanya.

"kalau dia bunuh diri pasti lukanya kaya jeno ya kan?" taeyong menunjuk leher jeno yang kemerahan. mereka mencocokan lagi jeno dengan gambar gambar yang mereka dapatkan.

"Yang jadi pertanyaan, kemarin gue nemu darah kering yang ngga keidentifikasi sama pihak kepolisian. Ada di sebelah closet agak jauh dari posisi kejadian. kalau kematian anita bunuh diri dan dilakukan sama kaya jeno, kemungkinan besar dia akan mati kekurangan oksigen. ya kan?" mereka mengangguk setuju.

"dan ada darah disana. Ngga mungkin dong kalau dia berdarah dengan cara seperti ini. Ini antara ada seseorang yang membunuhnya atau ada seseorang yang bersamanya di tempat kejadian tapi tidak diketahui"

———

jangan lupa untuk tinggalkan jejak disini bestie seperti biasa biar aku sering update wkwkwk

Cafe : The Last mission Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang