jeno keluar dari kamar nya sambil memijat bahunya yang merasa nyeri karena sepertinya ia salah posisi tidur. Ia kemudian memilih duduk di ruang tamu, melihat bagaimana sang adik mulai berkutat membuat sarapan.
"kak udah bangun? mau dibuatin apa?" menjelang bulan keempat, mual mual karina sudah lebih baik. Bayinya sudah bisa ia ajak kompromi.
"ngga usah. Eh minta tolong deh buatin kopi, ada ngga?" karina membuka laci, melihat kopi yang biasanya masih bertumpuk tumpuk tersisa beberspa sachet saja. "ada sih kak. Bentar biar Karin buatin" jeno menganggukan kepalanya. Tangannya masih memijat mijat bahunya.
"buset siang amat gue liat liat anak bujang bangunnya" yeonjun datang dari arah kamar karina dengan kaos rumahan tanpa lengan serta celana pendek. "bacot banget, warga baru" ocehnya apalagi saat yeonjun tidur di sofa panjang berhadapan dengan jeno.
"oh ya, lo masih di bengkel ga sih?" jeno bertanya. Yeonjun yang ditanya tentu saja menganggukan kepalanya. Setelah menikah, ia tentu saja mulai bekerja. Tidak mungkin dong ia hidup mengandalkan nafkah pemberian kakak iparnya padahal dia seorang kepala keluarga disini walau di Kartu keluarga jenolah yang masih menyandang kepala keluarga. iya, mereka kartu keluarganya disatukan agar mempermudah urusan pendataan pernikahan kemarin.
Dan karena yeonjun anak otomotif, tentu saja opsi terdekat ya dia bekerja di bidangnya, mengotak atik motor maupun mobil sesuai passion nya. walau gajinya tidak besar karena dia adalah anak magang, tapi setidaknya lumayan untuk makan sehari hari dan ditabung untuk lahiran nanti.
"masih. Kenapa emangnya?" yeonjun bertanya kepada jeno. Jeno menggelengkan kepalanya. "motor gue kalau dijual laku berapa ya kira kira?" tanya jeno.
yeonjun yang sedang tiduran menoleh terkejut. "Hah? motor lo mau dijual? kenapa?" protesnya sambil bangun. Karina yang datang dengan dua kopi di tangannya juga terkejut. Kakak nya punya rencana apa sih?
"thanks karina" jeno menyeruput kopinya, tidak menjawab pertanyaan dari yeonjun.
"heh, jeno. coba jawab gue dulu. Ini apa duduk masalahnya sampai lo mau jual motor nih. kalau buat anak gue gue tolak ya alasannya. Nih gini gini gue ada tabungan buat dia besar nanti" yeonjun langsung protes karena ia tidak mau jeno terlalu mengorbankan dirinya padahal jeno juga kekurangan.
jeno berdecak. ia tentu saja paham alasan kenapa yeonjun begitu. apalagi nampak karina yang juga setuju dengan opini suaminya. "kagak elah. Gue cuma mau ganti sama matic aja. Motor yang ini boros bensin nya. Terus juga gue udah ngga suka. Apalagi nanti karina kalau perutnya gede agak susah naik motor kemana mana. kalau matic kan gampang. Tapi alasan utama ya karena motornya boros, jangan salah paham lu berdua" mendengar alasan jeno, yeonjun menganggukan kepalanya. toh jeno juga hendak membeli motor matic baru.
"kalau kemarin gue nyoba motor lo ya 28 sampai 35 kena lah jen, apalagi tuh motor pernah ketabrak kan ya? Coba nanti gue tanya temen temen gue berani bayar motor berapa. Kalau matic, saran gue beli baru. Ntar gue temenin deh nyari motor yang spesifikasi nya lo mau" yeonjun menjawab sambil meminum kopinya.
"oke thanks. Ntar anterin gue ya" yeonjun menganggukan kepalanya. "agak sore ya. Gue mau anter check up dulu. Udah bulan keempat soalnya" yeonjun menyahut.
jeno menoleh. "hah masa? perasaan baru kemarin marin deh gue yang nemenin" ujarnya tidak percaya.
karina mengusap perutnya sambil tersenyum kecil. "udah masuk bulan keempat, kak. Jadi kata yeonjun itu bulan ditiupnya ruh buat adik bayi. Jadi yeonjun keukeuh buat ngecek perkembangan dedeknya di dalam sehat apa engga" yeonjun mengangguk setuju. Jeno ber oh ria.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cafe : The Last mission
FanfictionSabiru Jeno Mahaprana terbangun setelah tiga tahun dari tidur panjangnya yang begitu lelap dengan fakta bahwa sang ibu, ternyata sudah meninggalkan dirinya untuk selamanya saat ia tertidur. Tak hanya itu, Jeno juga terbangun dengan sebuah kemampuan...