cafe;-dream

684 131 4
                                    

jeno membelalakan matanya saat merasa asupan udara yang masuk ke tenggorokan nya tersendat, matanya melotot saking tidak adanya sirkulasi udara yang masuk ke saluran pernapasannya saat menyadari cengkeraman tangan seseorang di lehernya.

Lagi lagi dia melotot saat seluruh tubuhnya kaku, tidak bisa digerakan sama sekali selain rintihan dari mulutnya. Apalagi saat ia melihat sosok yang sekarang duduk di atas nya sembari mencekik nya begitu kuat.

"kamu harusnya bisa nyari dimana aku!"

jeno mengatur napas nya saat melihat sosok yang menyerupai giselle datang ke dalam tidurnya, mencekik dirinya hingga dia kesulitan untuk bernapas.

"Kamu harus ikut aku pergi dari sini!" jeno menggelengkan kepalanya. Tangan di lehernya semakin kuat mencengkeram hingga membuat jeno kembali tidak bisa bernapas. Apalagi sosok di hadapannya datang dengan wajah terburuk nya, kepala yang remuk dan berdarah darah yang menunduk tepat di kepala jeno hingga membuat  darah menetes ke seluruh wajah nya.

Tangan jeno mencengkeram sprei kamar nya begitu erat hingga urat di tangannya terlihat saking keras nya cengkraman di leher nya.

dalam hati, dia mencoba mengingat Tuhan, merapal kata ampun kepada Tuhan sebelum mulai berdoa dalam hati agar diberikan kekuatan. Perlahan, bibirnya yang tadi seolah kaku, berhasil terbuka perlahan. Rapalan doa yang tadi hanya bisa ia rapalkan dalam hati perlahan bisa keluar dari mulutnya. Semakin lama, semakin keras doa yang bisa jeno lantunkan hingga membuat sosok yang duduk di atas tubuhnya menggeram marah dan melepaskan cekalan tangannya kemudian beringsut keluar kamar.

Jeno terbatuk begitu keras saat menyadari kalau ternyata dia dicekik ketika tidur. saat membuka matanya, ia spontan terduduk dan mencari napas sebanyak banyaknya. Dadanya yang masih bergemuruh ditekan sebagai penenang.

ia melirik jam dinding yang ada di sisi kamar nya, masih pukul dua lebih lima puluh tiga dan dia sudah mendapat pengalaman tidak mengenakan.

tangannya beranjak untuk mengambil botol air minum yang selalu ia sediakan di kamar dan meneguknya hingga habis, namun tetap saja hatinya tidak tenang. Rasa takut dan resah masih ada di dalam hatinya, apalagi cekikan tadi begitu nyata, bukan hanya di dalam mimpinya. Bahkan rasanya jeno masih bisa merasakan bagaimana kuku kuku panjang itu menekan leher nya hingga ia kesulitan bernapas.

Karena masih tidak tenang, ia memilih beranjak untuk bangun dari tempat tidurnya, mengambil air wudhu dan memutuskan untuk sholat malam dan mengaji sampai subuh nanti karena percuma jika dia tidur pun dia akan kesulitan.

Jeno berangkat sekolah pagi pagi sekali, matanya masih merah dengan raut wajah agak pucat karena kurang tidur.  Dengan memakai hoodie yang tudungnya berguna untuk menutupi wajahnya yang kurang tidur, jeno melangkah di sela sela kerumunan siswa siswi tempat nya sekolah. 

"tumben amat pake hoodie" renjun yang sedang menghapus papan tulis mengomentari jeno yang datang dengan memakai hoodie. Biasanya dia memakai jaket soalnya karena membawa motor. Jeno menggelengkan kepalanya. "kurang tidur gue" ujarnya apa ada nya. Renjun menganggukan kepalanya. "ya udah tidur dulu, mayan setengah jam. Kalau lu bisa tidur"

jeno menganggukan kepalanya. "thanks" ujarnya sebelum melangkah ke tempat duduknya dan memilih menelungkupkan wajahnya disana.

tidak, dia tidak tidur kok. Dia hanya menutup matanya sejenak. Beberapa saat kemudian dia juga terbangun saat kursi di sampingnya di tarik.

"gue pikir lu tidur" jaemin berkomentar kepada jeno. Jeno tersenyum  dan menggelengkan kepalanya. "mana bisa gue tidur cuma setengah jam, pusing doang entar" ujarnya sambil menurunkan tudung hoodie miliknya. 

Cafe : The Last mission Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang