jeno menghentikan mobilnya di gerbang rumah yeji kemudian turun menyapa security untuk membuka kan pintu gerbang. "malam, pak. Yeji nya ada?" ujarnya sambil mencium tangan satpam yang bekerja di rumah yeji.
"ada den, di dalam. Sebentar ya saya buka kan pintu" security tersebut langsung bergegas membuka kan pintu agar mobil nya bisa masuk. Setelah pintu gerbang terbuka, jeno kemudian mengucapkan terima kasih.
Dengan celana jeans hitam, kaos polo berwarna putih dengan balutan jaket kulit hitam, jeno turun dari mobil dan berjalan masuk ke dalam rumah. Dia langsung disambut papa yeji yang sedang menonton televisi.
"malam, om" ujarnya tersenyum sopan kemudian menyalami papa dari yeji.
"oh malam, yeji ya?" jeno tersenyum dan menganggukan kepalanya. "duduk dulu duduk. Yeji nya lagi siap siap. Oh bentar, ma, temennya adek nih buatin minum"
jeno menggelengkan kepalanya. "ah ngga usah repot-repot om, tante, takut nanti pulangnya kemalaman" jeno menolak dengan sopan.
"loh emangnya mau kemana?" jeno menyalami mama yeji yang datang. "mau main ke pantai sebentar tante. Jeno lagi ngga bisa mikir di rumah jadi mau cari tempat refreshing karena besok lomba dan tadi kebetulan yeji kosong jadi sekalian" ujar jeno menjelaskan sejujur jujurnya. Iya, dia memutuskan untuk berjalan jalan keluar karena kepalanya terasa penuh dan tidak bisa digunakan untuk berpikir. Dia butuh refreshing.
"oh gitu, bentar ya tante panggilin yeji dulu. Keburu malam ya, dingin juga"
Jeno kemudian berbincang bincang dengan papa yeji selagi mama yeji memanggil yeji. entahlah, keduanya walau berbeda usia nyambung nyambung saja. Pola pikir jeno yang dewasa dan mau belajar dari orang orang yang lebih tua dari dirinya tanpa menyombongkan kemampuannya membuat papa yeji nyaman berbincang dengannya padahal dia hanya pernah bertemu beberapa kali dengan jeno
"nih, yeji nya udah cantik" yeji menyikut lengan mamanya. "mama ih" ujarnya dengan wajah memerah.
jeno hanya tersenyum tipis. "kalau gitu, om, tante, saya pamit dulu bawa yeji. Nanti maksimal jam sepuluh saya kembalikkan lagi. Location di handphone saya dan yeji selalu aktif, kok, om" jeno berpamitan.
lagi lagi papa yeji tersenyum kemudian menepuk bahu jeno. "om percaya sama kamu. Hati-hati nyetirnya. Kalau cape gantian sama yeji aja" jeno hanya menganggukan kepalanya kemudian mengajak yeji untuk masuk ke dalam mobilnya.
Jeno memarkirkan mobilnya di salah satu pantai yang cukup sepi pengunjung. Kalau tamya kenapa ya karena dia butuh healing, otaknya perlu di refresh. Kalau misalnya ketemu banyak orang, apa ngga makin stress jeno selaku introver sejati?
"nih yang vanilla" jeno memberikan es krim vanilla cup besar kepada yeji yang sudah duduk di tempat duduk yang memang sudah disediakan. Cukup jauh dari air sehingga mereka tidak khawatir ombak akan datang dan membuat pakaian keduanya menjadi basah.
"thank you thank you" dengan senyuman lebar nya, yeji menerima es krim yang jeno belikan. Cukup jauh dari sini karena hanya ada mereka berdua disini sekarang.
"sama sama. dingin nggak? kalau dingin pake aja jaket punya ku" jeno menawarkan jaketnya kepada yeji yang memakai sweater berwarna baby blue dengan celana jeans berwarna putih serta rambut yang dibiarkan tergerai serta make up tipis di wajah cantiknya.
"engga kok, belum malem banget. Ayo ke sana" yeji melepas alas kakinya, meletakannya di dekat mobil sebelum berlari ke arah pantai. Jeno menggelengkan kepalanya, ikut melepas alas kaki nya dan berjalan mengekori kemana yeji melangkah.
"kamu lagi stress kah?" yeji yang sedang menggulung celana jeans nya mendongak ke arah jeno yang sedang memakan es krim miliknya. Iya, mereka beli satu es krim karena kalau beli dua terlalu banyak dan tidak habis.
jeno mengangkat bahu. "ya gitu. Ngga bisa mikir aja di rumah. Rasanya jenuh aja" jawab jeno apa adanya. Ia kemudian memberikan es krim nya kepada jeno.
"ya kamu sih, keluar rumah cuma buat kerja sama sekolah. stress kan tuh kepala? ngebul kan?" yeji kembali mengomel. Jeno hanya tersenyum, membiarkan kakinya basah terkena ombak. pandangannya lurus ke depan, melihat cahaya bulan yang terpantul indah.
keduanya nampak diam membiarkan kaki mereka sesekali tenggelam terkena ombak serta angin malam yang membuat rambut yeji terbang.
"kalau aku bilang, aku suka kamu. Gimana?" yeji langsung tersedak es krim nya saat jeno tanpa aba aba langsung mengatakan hal yang membuat jantungnya berdegup kencang.
"kamu kalau ngomong kaya gini, bilang bilang dulu dong. Kaget kan aku" jeno tertawa kecil.
"iya, maaf. Tapi aku lagi jujur ini" yeji mengipas ngipas wajahnya yang memerah secara tiba-tiba. "ya ngga papa lah. namanya juga manusia pasti ada waktunya suka sukaan" ujarnya dengan pipi memerah, tangannya sibuk mengaduk aduk es krim saking salah tingkahnya.
"kalau kamu, suka aku, nggak?" jeno mendekatkan wajahnya ke arah yeji sambil tersenyum sehingga mereka berhadapan. Wajah yeji makin memerah, bahkan hingga ke telinga.
"ya, gitu" jawabnya salah tingkah. "gitu gimana?" ledeknya. "isssh, ya gitu deh"
jeno tertawa kemudian menarik wajahnya menjauh dari wajah yeji dan menghadap kembali ke laut. merasakan tubuhnya terasa terseret arus begitu ombak kecil datang ke arahnya.
"mungkin, aku kedepannya bakal sibuk, yeji. Aku ngga bisa setiap saat ada karena kamu tau sendiri kesibulan organisasi ku gimana, kerjaanku gimana, dan aku jujur aja kesulitan buat tidur karena ngurusin ini itu bahkan ngga sempat pegang hp" yeji menyuap es krim nya kemudian menganggukan kepalanya. "ngerti, kok. Kan belakangan kamu begitu" jawabnya alakadarnya.
jeno tersenyum tipis. "aku ngga tau kedepannya bakal gimana. Mungkin kamu tau kabar kalau misalnya aku ngga bakal lanjut kuliah, bisa jadi aku bakal kaya gitu karena aku bakal lebih fokus nyari uang. Aku orangnya suka pelupa dan kadang aku mau ngebantu perempuan lain, dan aku tahu kamu tipe orang yang posesif dan cemburuan" yeji menggigit sendok es krim nya saat jeno kembali menoleh.
"tapi bisa kan, kamu bantu aku? bantu aku mengontrol semuanya. Aku butuh seseorang yang mau ngingetin aku kalau misalnya aku overwork, aku butuh orang yang bener bener mau ngedukung aku walau aku lagi bangun setelah jatuh lagi, dan yang paling penting aku butuh orang yang bisa jadi 911 waktu aku kecelakaan lagi. Gimana, kamu mau?" jeno bertanya kepada yeji. Memastikan.
Dengan malu malu yeji menganggukan kepalanya.
Jeno tersenyum, anggukan itu membuat status diantara mereka berubah. Dengan berani, tangan kirinya menggenggam tangan kanan wanita yang sekarang menjadi kekasihnya.
"udah yuk, pulang. Udah malem keburu makin dingin. Nanti nyari makanan buat mama sama papa. Kebetulan aku habis gajian, kamu mau apa?" jeno bertanya sambil menggandeng pacarnya kembali mendekat ke mobil.
Jika wanita lain akan menjawab terserah, kali ini yeji langsung menyengir. "donat gula!" ujarnya antusias. Mumpung pacarnya gajian ya kan? kapan lagi di traktir jeno.
Jeno mengacak rambut yeji. "boleh. Ayo kita cari toko yang masih jual donat gula" ujarnya sambil memutar untuk masuk ke dalam mobil.
Dalam perjalanan pulang, mereka nampak sesekali bercanda seperti perjalanan berangkat. yang membedakan adalah status mereka yang berubah, dari awalnya sahabat menjadi kekasih.
"jen" jeno menoleh saat tiba tiba yeji menggenggam tangannya. Ia menghela napas, melihat orang ketiga di mobilnya yang mengganggu.
"jangan dilihat, kerasin aja musik nya" jeno mencoba mengalihkan pandangan yeji agar tidak melirik ke bangku belakang dimana seseorang dengan basah kuyup duduk di kursi paling ujung.
pelan, namun terdengar. Keduanya mendengar isak tangis wanita di bangku belakang yang perlahan kepalanya mendekat ke sela sela antara jeno dan yeji. Menoleh ke arah yeji dengan wajah nya yang picat serta mata yang tidak ada hitam hitam nya, bau amis laut begitu tercium di mobil.
wanita itu memiringkan kepalanya ke arah yeji sambil melotot walau tidak memiliki bola mata. "kamu bisa lihat aku kan?"
"AAAAAHHHHHH"
—————
another heartbreak but i'm glad akhirnya ada kejelasan dari beliau ya, semoga keputusan yang diambil sudah benar ❤️
jangan lupa untuk tinggalkan jejak disini ya bestie! thank you for reading💗
KAMU SEDANG MEMBACA
Cafe : The Last mission
FanficSabiru Jeno Mahaprana terbangun setelah tiga tahun dari tidur panjangnya yang begitu lelap dengan fakta bahwa sang ibu, ternyata sudah meninggalkan dirinya untuk selamanya saat ia tertidur. Tak hanya itu, Jeno juga terbangun dengan sebuah kemampuan...