"eunbi lagi apa?" eunbi yang sedang duduk di karpet depan televisi yang sedang menayangkan film cocomelon dengan tangan memegang biskuit bayi menoleh.
"lagi mamam. om biyu, mau?" tawarnya kepada om nya yang sekarang duduk di sampingnya, bersandar pada sofa sementara mama papa eunbi berhadapan dengan laptop.
Benar, hari ini pengumuman untuk jalur snmptn bagi mereka yang mendapat kesempatan ini, terutama bagi yeonjun yang sebenarnya dibilang tenang juga tidak, tegang juga tidak.
Jeno sedang istirahat bekerja, nanti dia mengajar setelah isya untuk siswa siswi kelas 11 yang tergabung dalam kelas miliknya. Semalam, jeno menghitung siswa yang ia ajar sudah hampir menyentuh angka seratus yang tentu saja bervariasi dari smp hingga sma. Jeno tidak tahu siapa yang memperkenalkan dirinya, tapi ternyata mereka menyukai sistem belajar yang jeno susun.
"om biru mau dong, masih ada lagi?" eunbi menganggukan kepalanya. Karina kecil itu merangkak menuju kotak biskuit nya yang tergeletak di dekat meja yang ada di depan papa-mamanya.
"awas nak, kejedot nanti" yeonjun menegur putrinya yang merangkak ke kolong meja. eunbi menyengir kemudian berbalik merangkak menuju paman nya dengan membawa kotak biskuit bayi.
"jam berapa sih pengumuman? jam empat kan ya?" jeno bertanya kepada yeonjun. Yeonjun menganggukan kepalanya. "iya, tinggal dua menit lagi. Gue sebenarnya dah bodo amat sama nih jalur, pasrah"
karina menepuk bahu suaminya. "jangan gitu, kalau ini rezeki mu pasti masuk" tegur nya. yeonjun hanya menghela napas.
jeno tersenyum tipis kemudian menarik eunbi ke dalam pelukannya sehingga sekarang eunbi tengah berbaring telungkup di dadanya sambil memakan biskuit bayi sesekali jeno memakan nya. enak tau biskuit bayi.
"tuh udah jam empat" jeno berujar.
"ayo doa dulu doa dulu. Semoga kalau ini jalan rezekinya yeonjun, dimudahkan. Kalau ini jalan menuju rezeki anak kami, semoga dicerahkan, amin" karina malah yang semakin semangat sementara yeonjun hanya mengamini.
"kamu lah yang buka, aku panik nanti" karina menganggukan kepalanya, kemudian dengan membaca doa, yeji mulai membuka web yang mulai crash mengingat banyaknya yang membuka web ini.
"dah jadi dah jadi duh muter muter" karina bergumam sementara yeonjun memutar bola matanya.
perlahan, web mulai terbuka.
Warna yang begitu mencolok di hadapan mereka adalah warna...
biru.
"SAYANG SELAMAT" Karina memeluk suaminya yang masih bengong, planga plongo mengira kalau semua ini prank. Masa iya? dia? yang nilainya pas pasan begini?
tapi begitu dia menyadari kalau apa yang ada dihadapannya benar benar terjadi. Biru.
"ya tuhan" yeonjun membalas pelukan istrinya yang menangis. Satu fase telah terlewati. Yeonjun sudah bisa melwati satu tinggal karina, sebentar lagi menyusul di belakangnya.
"lolos dimana?"
"teknik sipil di surabaya duh gue nangis. eunbi mana, nak, ya tuhan" ujarnya sambil berjalan ke arah eunbi. Eunbi yang kebingungan hanya merentangkan tangannya sementara jeno tersenyum tipis.
yeonjun menciumi putri nya hingga kegelian. "papa janji, setelah ini eunbi bisa bermain dengan papa dan mama di luar rumah. Eunbi akan papa kenalkan dengan bangga. terima kasih ya, nak. benar kata om kamu, rezeki papa mama lewat kamu" eunbi yang tidak mengerti hanya tertawa kegelian saat papanya memeluk dan mencium dirinya.
"jadinya gimana? pindah?" jeno bertanya sambil memberikan tissue kepada adiknya. Karina menganggukan kepalanya. "iya, nanti kayanya kita nyewa kontrakan kaya dulu. Tinggal kecil-kecilan. Kakak gimana? ngga apa apa sendirian?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cafe : The Last mission
FanfictionSabiru Jeno Mahaprana terbangun setelah tiga tahun dari tidur panjangnya yang begitu lelap dengan fakta bahwa sang ibu, ternyata sudah meninggalkan dirinya untuk selamanya saat ia tertidur. Tak hanya itu, Jeno juga terbangun dengan sebuah kemampuan...